7 Fakta “NGEHEK” tentang Nyinyirin Omdiks dan Mereka yang Sudah Melakukannya

7 Fakta “NGEHEK” tentang Nyinyirin Omdiks dan Mereka yang Sudah Melakukannya

pengumuman nyinyirin omdiks min min optimized
pengumuman nyinyirin omdiks min min optimized

Saya sadar Omah Diksi itu Ngehek, tapi kalian jauh lebih ngehek!!!

Omah Diksi alias Omdiks mengawali awal tahun 2019 dengan agenda yang tidak biasa. Bukan karena luar biasa, melainkan karena agenda seperti ini bakal sangat sulit kami selenggarakan kembali di hari-hari biasa. Agenda itu kami beri judul “Nyinyirin Omdiks dapat Hadiah Menariks!”

Pada agenda tersebut kami, para penghuni Omah Diksi bersama dengan kru Sediksi dan admin Toko Buku Unggulan, mencoba untuk berlapang dada menerima setiap kritik dan pujian. Bahkan, kami mencoba memberikan apresiasi bagi mereka yang punya effort lebih untuk menjadi nyinyir. Bayangkan, ketika banyak orang naik pitam mengetahui ada orang yang nyinyirin dirinya, kami malah memberikan mereka hadiah!

Tapi nyatanya, penyelenggaraan event bertagar #NyinyirinOmdiks ini malah membuat kami sadar akan beberapa fakta yang menurut kami itu ngehek banget! Baik yang berasal dari para peserta, maupun penghuni Omah Diksi, kru Sediksi dan Toko Buku Unggulan itu sendiri.

Saking ngeheknya, fakta itu sudah seperti kentut kasat mata. Rasanya kentut kasat mata itu ingin saya jejali saja ke wajah pelanggan Omdiks yang di google map ngasih rating berbintang tiga, padahal mereka sering datang ke sini dan selalu kami sambut dengan hangat. Kamu ngerasa? berarti kamu ngehek!

Adapun fakta-fakta tersebut saya rangkum menjadi tujuh poin sebagai berikut:

1. Banyak yang Ngira Omdiks Lebih Dulu daripada Sediksi!

Dari puluhan peserta yang masuk, banyak yang mengira bahwa Omah Diksi itu merupakan rahim dari kelahiran Sediksi, sebuah Portal Opini Santai yang sedang kalian baca ini. Faktanya, Sediksi lah rahim sesungguhnya dari Omah Diksi. Jadi, buat kamu yang mengira bahwa Omah Diksi itu berdiri lebih dulu daripada Sediksi, berarti kamu ngehek.

Kalian itu ngehek bukan karena terbalik mengira bahwa Sediksi itu lahir belakangan. Toh, ya kami juga gak memaksa kalian tahu asal-muasal kami yang apalah-apalah ini. Kalian itu ngehek justru karena GAK BACA pengumuman di halaman yang jelas-jelas kami tujukan khusus untuk penyelenggaraan event #NyinyirinOmdiks!

7 Fakta “NGEHEK” tentang Nyinyirin Omdiks dan Mereka yang Sudah Melakukannya - UYbWsB HOKDM61QvqewDGeV3IwG6 CKOqMAcInMjCsuhI06VHhI34KJf7ZqtWsXo Xla8c6LRaDO9TYqagIQD4jgwLTvYG5Y Kq 3o6sRC0caHmM9DbUgyIDDJrC17UhJME4fK56

Jelas-jelas di halaman ini kami menulis besar-besar bahwa event aneh ini merupakan peringatan HUT ke-3 Sediksi dan HUT ke-2 Omah Diksi. Berarti kan sudah jelas, bahwa Sediksi lebih dulu lahir daripada Omah Diksi.

Nih ya, just for your information lho ya, Sediksi itu lahir pada 27 Desember 2015. Itu artinya usia kami sudah tiga tahun. Lebih muda dua tahun daripada siksakampus.com yang sekarang sudah terbengkalai ditinggal para punggawanya. Dan lebih muda satu tahun dari mojok.co yang kini sudah masuk ke jajaran 10 besar top startup di Indonesia.

Sementara Omah Diksi, pertama dibuka pada 2 Januari 2017. Dulu bertempat di Perumahan Pondok Harapan Indah, Jl Terusan Siguragura Blok F nomor 65A, tidak begitu jauh dari lokasi yang masih dalam satu perumahan, tapi berada di Blok H nomor 180. Saat Omah Diksi dibuka, usia Sediksi sudah satu tahun lebih satu minggu dan usia para penghuninya, sudah layak buat menikah. Njir, kan ngehek.

2. Emang Pelanggan Omdiks Itu Lebih Banyak Omong daripada Banyak Nulis!

Tahu ndak, kenapa Omdiks berinisiatif memberikan apresiasi terhadap orang-orang yang berniat nyinyirin dirinya? Alasan utamanya, karena kami juga sering mendengar nyinyiran dari para pelanggan Omdiks yang disampaikan secara lisan, baik secara langsung, maupun terselubung.

Nah, masalahnya nyinyirin Omdiks secara lisan itu sudah biasa. Kami ingin memicu kreativitas para pelanggan untuk nyinyirin Omdiks melalui tulisan. Apalagi katanya, katanya nih ya, pelanggan Omdiks itu generasi melek literasi yang hobinya membaca dan menulis. Jadi, kami mengira event ini bisa jadi ruang untuk menyampaikan nyinyiran mereka dengan cara yang lebih elegan. Nyinyiran itu bentuk aspirasi juga to?

Tapi, faktanya, pelanggan Omdiks yang bahkan ngaku loyalis, yang walaupun sedang tutup tetap datang dan pesan meski ujung-ujungnya bikin sendiri, malah gak ada yang nulis. Kalau gak nulis tapi berhenti nyinyir mah ndak masalah. Lha ini, masih saja nyinyirin Omdiks secara lisan walaupun udah dikasih kesempatan nyinyirin Omdiks seluas-luasnya lewat event #NyinyirinOmdiks.

Yang bakulnya nyolot lah!

Yang jahe gak pernah ada lah!

Yang kopinya rasanya beda-beda lah!

Yang bukanya terlalu siang lah!

Yang mejanya selalu kotor lah!

Buset dah, kan ngehek!

3. Ngehek! Followers IG Cuma Tambah Dikit, Fak!

Sudah rahasia umum lha, kalau sebuah usaha membuat event yang berfungsi untuk branding, sekaligus marketing. Tapi, juga sudah bukan rahasia juga kalau kebanyakan pemilik akun Instagram ingin punya follower yang jauh lebih banyak daripada following-nya. Maka tidak mengherankan kalau kami berekspektasi setelah ada event ini, jumlah follower akun Instagram kami bertambah.

Faktanya, sebertambah-bertambahnya follower akun instagram kami, ya tetap saja jumlahnya belum dapat menandingi seluruh jari di kedua tangan dan kedua kami. Lihat saja akun IG @sediksi dan @omahdiksi, jumlah followernya masih belum mencapai seribu orang. Gimana mau sampe 10 ribu biar bisa swipe up di story IG coba?

Cuma instagram @bukuunggulan saja yang followernya mencapai seribu orang. Ya walaupun followingnya 5 ribu, sih.

4. Pengumuman Pemenangnya Telat!!

Ini semacam autonyinyir, karena gak sesuai dengan judul eventnya kalau dibilang autokritik.

Rencananya, pemenang event #NyinyirinOmdiks mau diumumin tanggal 15 Januari 2019, lima hari setelah event ditutup. Tapi, sampai tulisan ini diterbitkan, tepatnya sampai paragraf ini kamu baca, tetap saja pemenang event #NyinyirinOmdiks masih belum diumumkan.

Ya, sebenarnya kami ingin menyampaikan pembelaan kami sih atas keterlambatan ini. Tapi, toh kayaknya percuma. Pembaca Sediksi, pelanggan Omah Diksi dan pecinta Toko Buku Unggulan sepertinya kelompok-kelompok yang punya pemikiran kritis. Apapun pembelaan yang kami sampaikan toh bakal mendal, ndak dianggap dan diabaikan begitu saja, hiks.

Jadi, lebih baik kami akui saja bahwa kami ini telatan. Lagipula, di balik pengakuan kami terhadap keterlambatan kami atas pengumuman pemenang yang jauh di luar rencana, kami masih menyimpan rasa bangga kok karena kami bisa jujur atas kesalahan yang kami perbuat. Daripada, kami sok-sokan memperpanjang deadline pengumpulan tulisan cuma buat nutup-nutupi fakta bahwa peserta kompetisi cuma sedikit. #oops

Emang Omdiks keren beut dah. Masih aja sombong, padahal jelas-jelas ngehek!

5. Pemenang #NyinyirinOmdiks Itu Paling Ngehek. Bikin Pengen Misuh Aja!

Jadi, #NyinyirinOmdiks itu kan berencana mengambil tiga pemenang utama dan tiga pemenang harapan. Setelah tenggat waktu pengumpulan tulisan itu berakhir, tim juri yang terdiri dari perwakilan masing-masing perusahaan, yakni Omah Diksi, Sediksi dan Toko Buku Unggulan, melakukan diskusi untuk menentukan pemenang.

Diskusi berlangsung panas selama berjam-jam. Bahkan, sampai-sampai terjadi debat kusir yang juga diiringi dengan lempar-lemparan kursi. Membuat salah satu penghuni Omah Diksi terluka parah, kejiwaannya. Tapi, hasil diskusi cukup memuaskan.

Kami rasa begitu, awalnya.

Tapi faktanya, setelah dipikir-pikir para pemenang utama ini justru menjadi peserta paling ngehek di antara peserta lainnya. Kenapa? Begini….

Pemenang Pertama adalah Ahmad Kevin Alfirdaus Arief.

Dia ini mendapatkan skor paling tinggi di antara yang lainnya, entah karena kami, para juri khilaf atau karena si Kevin, begitu panggilan akrabnya, menggunakan kekuatan dari alam lain untuk menginfiltrasi keputusan kami.

Kami menilai bahwa nyinyiran dia yang berjudul “Nafas Baru Omah Diksi, Jawabannya Ada di Nomor 5” merupakan nyinyiran paling kreatif. Tapi itu awalnya. Setelah kami teliti lagi, ternyata si Kevin ini ngehek juga. Mentang-mentang kami tidak suka dijilat, kami justru dijelek-jelekin. Bayangkan saja, masa Omah Diksi dibilang sepi, patriarkis, dan sering sambat.

Untungnya kami bukan orang-orang yang suka mengubah keputusan begitu saja. Jadi, setelah kami sepakat untuk menjadikan Kevin sebagai pemenang, ya berarti dialah yang menjadi pemenang juara pertama dan berhak mendapatkan Voucher Buku @bukuunggulan senilai Rp 150 ribu dan Voucher Ngopi di Omdiks senilai Rp 50 ribu.

Walaupun kami rada gak ikhlas juga ngasih hadiahnya, apalagi pria asal Lampung yang juga pernah nulis opini di Sediksi itu ngumpulin tulisannya telat. Huft.

Pemenang Kedua adalah Herda PR

Gak tahu nama aslinya siapa. Orang dia nulis juga gak ikut aturan. Dibilang batas kata cuma 400 s/d 700 kata, ini nulisnya malah lebih dari 1.000 kata. Sudah begitu, habis nyinyirin Omdiks di blog pribadinya dengan memberi judul “Menjadi Pacar Seorang Kru Sediksi: Sebuah ̶R̶e̶f̶l̶e̶k̶s̶i̶ ̶P̶e̶n̶g̶a̶l̶a̶m̶a̶n̶ Curhat”, dia ngeshare di media sosial tanpa ngetag akun Omah Diksi atau Sediksi. Dan terus setelah nulis, gak konfirmasi via Surel lagi. Berasa artis gitu? Maunya dicari, tapi gak mau ngabari!

Yang paling ngeselin, itu diminta nyinyirin Omdiks, malah sepanjang tulisan isinya nyinyirin Pacarnya. Pake nyindir-nyindir biar ngabari pula lagi. Bikin gue pengen punya pacar aja kesel aja. Ya walaupun pacarnya itu juga penghuni Omdiks, perintis Sediksi dan admin Toko Buku Unggulan, tapi kan ya gak begitu juga dong neng geulis.

Eh, ada sih dia bahas orang lain selain pacarnya si Fadrin Fadlan Bya yang sudah lama tak menulis di Sediksi. Tapi tetap saja yang dicantumkan itu anak-anak UAPKM alias Kavling 10, yang notabene merupakan adik-adik ideologis di satu organisasi si Herda sama Bli, panggilan Fadrin Fadlan sang pacar. Ketahuan banget, dia gak pernah ke Omah Diksi, jadi cuma bisa baca Sediksi dan mencatut orang-orang yang dia kenal. Ngehek!

Ya biarlah, si Herda jadi pemenang kedua. Siapa tahu, karena merupakan seorang pacar dari salah seorang tim kami dan tak pernah ke Omah Diksi, dia bisa mengikhlaskan hadiah berupa Voucher @bukuunggulan senilai Rp 100 ribu dan Voucher Ngopi di Omdiks senilai Rp 50 ribu yang seharusnya dia terima. Amin!

Pemenang Ketiga adalah Miftahu Ainin Jariyah alias Pucuk

Satu-satunya keunggulan dari Pucuk sehingga bisa menjadi pemenang ketiga di event #NyinyirinOmdiks yaitu karena dia mempromosikan kami, para bakul Omah Diksi, yang masih jomblo. Selebihnya, bajingan kabeh!

Kevin masih mending, cuma bilang kami sepi, patriarkis dan tukang sambat. Si Pucuk, pelanggan yang pasti kamu temui kalau ke Omah Diksi, bilang kami ini bangsat. Kan ngehek! Mentang-mentang dia sudah jadi pelanggan Omah Diksi sejak pertama kali dibuka Januari 2017 silam, tahu kebobrokan kami para bakul Omdiks, terus berhak gitu membuka aib-aib kami melalui tulisannya berjudul “Ada Apa dengan Omdik?

Dan dengan segala kebangsatannya itu, kami harus memberikan dia hadiah berupa Voucher @bukuunggulan senilai Rp 50 ribu dan Voucher Ngopi di Omdiks senilai Rp 50 ribu? Astaga, apa yang salah dengan otak kami.

6. Yang Baik Seperti Ketiga Pemenang Ini Jadi Pemenang Harapan

Dibandingkan ketiga pemenang utama yang semuanya itu ngehek dan ingin membuat kami berkata kotor, ternyata masih ada orang-orang baik yang bersusah payah mencari kelebihan Omah Diksi. Padahal, saya sendiri tahu kalau mencari kebaikan Omah Diksi itu, sulitnya bagai mencari sebutir berlian di hamparan Samudera.

Ketiga orang itu adalah Adinda Aura Salsabil, Dinda Ayu Taufani Mahardika. dan M. Ravidianto. Mereka bertiga sangat baik. Eh, tidak, dua saja yang sangat baik, satunya gak pake sangat. Dua orang yang baik adalah Adinda dan Dinda. Kanda menilai kalau kalian berdua baik, sebab di nyinyiran kalian lebih banyak pujaan-pujaan terhadap Omah Diksi.

Adinda Aura Salsabil, kamu sangat baik karena rela menulis kelebihan-kelebihan Omah Diksi yang jarang diketahui banyak orang melalui tulisan berjudul “Kenapa Harus Nge-Omdiks?”.

Kami tahu, bahwa memuji kami yang selalu tampak bajingan ini pasti sangatlah berat. Banyak orang menutup mata pada kelembutan dan keniscayaan Omah Diksi sebagai entitas kedai kopi yang punya kemuliaan tiada tara.

Percayalah pada jalan yang kamu ambil, nak. Karena menjadi benar itu memang sulit, terlebih jika saat ini kamu hidup dimana kebenaran yang hakiki itu tergerus oleh kebenaran mayoitas.

Teruntuk Dinda Ayu Taufani Mahardika, terima kasih karena kamu telah mempromosikan bahwa di Omah Diksi terdapat acara Antigabut melalui tulisanmu yang berjudul “Lima Nyinyiran Tentang Omdiks, Nomor Enam Bikin Emosi”. Kamu sangat baik.

Kelima poin nyinyiran yang kamu buat itu sangat menyentuh hati. Terlebih, di judul tulisan itu kamu tambahkan poin ke enam yang sebenarnya tidak ada. Pasti, iya, itu pasti karena kamu ingin menyampaikan bahwa tidak ada segala sesuatu di Omah Diksi yang bikin emosi. Seolah-olah, kamu ingin menyampaikan bahwa bila ada hal-hal yang bikin Emosi di Omah Diksi, itu berarti fiktif.

Iuuuh, itu sangat cerdas dan berkesan bagi kami, para penghuni Omah Diksi.

Dan terakhir, untuk M Ravidianto. Kamu baik, karena sudah ikut #NyinyirinOmdiks, sampai-sampai membuatkan videonya di channelmu itu.

Udah, itu aja alesannya. Gak mau banyak-banyak membranding dirimu, sebagaimana kamu juga tak membicarakan Omah Diksi di blog dan kanal youtube milikmu itu. Huh.

Karena kebaikan kalian bertiga, kalian berhak mendapatkan hadiah berupa voucher ngopi di Omah Diksi senilai Rp 20 ribu. Tapi, karena kami lebih baik daripada kalian bertiga pula, maka nilai hadiah kami tingkatkan Rp 10 ribu lagi. Jadi, kalian bertiga akan mendapatkan hadiah berupa voucher ngopi di Omah Diksi senilai Rp 30 ribu.

7. Gara-Gara Kalian, Kami Kecanduan Di-Nyinyir-in, Asu!

Sejujurnya, kami juga tidak tahu apa yang salah dari kami. Kami sudah mengapresiasi kalian yang justru menjelek-jelekan kami. Sekarang, malah kami kecanduan dan pengen dinyinyirin lagi. Ngehek.

Tapi sepertinya saat ini kami tidak bisa memberikan apresiasi menggunakan hadiah sebagaimana event yang baru saja kami selenggarakan. Kami cuma ingin menampung dan mempublikasikan nyinyiran kalian di portal Sediksi melalui rubrikasi sendiri.

Saat ini, Sediksi sedang dalam proses berganti wajah seperti nyuyoktaims. Setelah proses ini selesai, kami akan segera menyelesaikan proses pembentukan rubrikasi Dapur Omdiks dan saat itu tiba, kamu bebas nyinyirin kami sejahat apapun. Tunggu sajaah! #tawaiblis

Btw, untuk pengambilan hadiah, nanti kami kabari lagi yaach, rajin2 cek email atau DM Instagram aja ka.. 🙂

Editor: Fajar Dwi Ariffandhi
Penulis
Muhamad Erza Wansyah

Muhamad Erza Wansyah

Terlanjur lulus dari jurusan psikologi di Universitas Brawijaya. Pengen punya kerajaan bawah laut.
notix-opini-retargeting-pixel