4 Hal Romantis Ala Soe Hok Gie yang Bisa Kamu Tiru

4 Hal Romantis Ala Soe Hok Gie yang Bisa Kamu Tiru

Sama seperti laki-laki, wanita juga butuh pengakuan, loh. Tapi nggak yang FWB-an asal main lempar jaring ke semua, Huh!

“Siang tadi aku bertemu dengan seseorang tengah memakan kulit mangga… Dua kilometer dari sini Paduka (Presiden Sukarno) kita mungkin sedang tertawa dan makan-makan dengan istri-istrinya yang cantik-cantik.”

Soe Hok Gie, 10 Desember 1959

Soe Hok Gie bisa jadi adalah aktivis mahasiswa paling vokal di zamannya. Contohnya seperti kutipan di atas. Sosoknya juga tak lepas dari gerakan mahasiswa 1966. Gie, begitu panggilan akrabnya, bisa dibilang adalah tokoh di balik layar yang lantang menyuarakan gagasan lewat tulisan-tulisannya di media massa.

Bahkan, pidatonya di Radio Universitas Indonesia tempatnya berkuliah terkenal mengharu-biru, tajam, dan kritis. Tidak hanya pemerintah, Gie kerap kali mengritik tokoh mahasiswa yang malah putar balik merapat ke sisi kekuasaan. Bahkan guru Bahasa Indonesianya sendiri juga tak luput dari kritik.

Kisah perjuangan Soe Hok Gie sebagai aktivis banyak dimuat di dalam beberapa buku melalui buku harian yang selalu Gie tulis soal pemikiran serta kehidupannya ketika kecil sampai berkuliah. Kritik Gie memang tak pandang bulu.

Namun di balik gaharnya nama dan runcingnya pena Soe Hok Gie, ia tetaplah laki-laki biasa yang memiliki kisah percintaan, sama seperti kebanyakan orang. Kepiawaiannya dalam menulis kritik ternyata membawa Gie menjadi sosok yang menyenangkan dan mudah disukai gadis-gadis di sekitarnya. Rupanya, aktivis juga bisa romantis loh. Mungkin cara Gie dalam mengekspresikan perasaannya bisa ditiru.

1. Berani Mengritik, Berani Juga Menyatakan Perasaan

Menyatakan perasaan suka kadang menjadi momen yang paling mendebarkan bagi pria sekaligus ditunggu-tunggu bagi si wanita. Momen ini adalah penentu apakah hubungan akan berlanjut atau malah sudah kusut sebelum dimulai. Hal itu dirasakan oleh Nurmala Kartini Panjaitan atau Kartini.

Pada 11 Desember 1969, Gie mengungkapkan perasaannya kepada Kartini di depan Toko Roti Tegal, Jakarta Timur. “Ia bilang betapa dia menyayangi saya,” ungkap Kartini. Kalimat sederhana itu membuat tubuh Kartini yang setengah basah karena gerimis menjadi hangat.

Mengungkapkan perasaan secara langsung rasanya akan sangat berbeda daripada hanya mengungkapkan lewat WhatsApp apalagi cuma ngode di Instagram. Wahai mas-mas yang hobinya pedekate tapi nggak nembak-nembak, nggak malu sama Gie?

2. Pantang Menyerah Mendapatkan Restu Walaupun Harus Backstreet.

Selain Kartini, sosok wanita bernama Maria juga sempat dekat dengan Gie. Maria adalah wanita dari keluarga yang kaya dan orang tuanya adalah pedagang kaya. Beda dengan Gie yang pas-pasan. Namun yang namanya berjuang, pantang surut pada beragam halangan.

Perbedaan status sosial ini menjadi salah satu alasan Gie terhalang restu sehingga mereka berpacaran diam-diam atau istilah anak jaman sekarang backstreet. Meski begitu, Gie tetap memberanikan diri untuk ngapel ke rumah Maria walaupun diperkenalkan sebagai teman. Gie juga selalu mengantarkan Maria pulang ke rumah setelah mereka habis kencan.

Gie pantang menyerah menjalani hubungan secara diam-diam dengan Maria hingga berjalan sampai satu tahun. Apa coba alasan perjuangan Gie kalau bukan karena cinta? Ahay!

3. Tegas dengan Perasaannya untuk Menyatakan Wanita yang Dicintai.

Kedekatan Gie dengan beberapa wanita tidak semuanya memiliki tujuan khusus atau perasaan suka. Gie juga memiliki teman wanita yang dia anggap sebagai sahabat baiknya. Wanita itu bernama Luki. Bahkan Maria saja sempat cemburu dengan sosok Luki.

Teman-teman Gie yang lain kerap kali menyuruh Gie untuk memilih antara Luki dan Maria. Padahal ketika bersama dengan Luki, Gie selalu menceritakan soal Maria dan betapa dia cinta mati dengan Maria.  Aw, aw, aw, aw…

Gie juga dengan tegas menuturkan bahwa Luki hanya sebatas teman akrab, tidak lebih. Betapa beruntungnya menjadi Maria yang selalu dibicarakan oleh Gie kepada teman-temannya bahkan teman wanitanya. Sama seperti laki-laki, wanita juga membutuhkan pengakuan, loh. Tapi nggak FWB-an asal main lempar jaring, semua wanita diembat. Huh!

4. Menjadi Sosok yang Peka dan Selalu Mengabari Kesehariannya

Tugas tersulit seorang pria dalam menjalin hubungan adalah menjadi peka, iya nggak? Terkadang wanita selalu menuntut pria untuk mengerti sesuatu tanpa harus mengatakannya. Para lelaki mungkin bakal protes, “kenapa para wanita tidak berpacaran dengan para dukun saja?”

Eits, tunggu dulu. Sebenarnya nih, hal yang diinginkan wanita sangat sederhana, seperti selalu menceritakan kesehariannya tanpa harus ditanya lebih dulu. Bukankah itu adalah hal yang mudah? Buktinya Gie selalu melakukannya. Ketika masih dekat dengan Kartini, mereka kerap bertukar surat untuk menceritakan kegiatannya masing-masing. Selalu terselip rayuan dalam setiap tulisan Gie yang akan membuat Kartini mesam-mesem sendiri. Seperti contohnya balasan Gie terhadap surat Kartini berikut ini:

Jakarta. 15 Juli 1969

Kartini yang manis,

Gue udah terima surat lu kemarin. Waktu gue baca “Hok-Gie yang manis,” langsung gue jilat tangan gue. Eee asin. Maklum, gue kan baru saja pulang dari Rawamangun. Kalau lu mau rasa gue yang bener…gue ini asin kalau baru keringetan. Coba lu jilat jidat lu manis nggak. Tapi terserah dah, lu gue anggap manis. Jadi gue boleh bilang Kartini yang manis. Nggak keberatan kan???

Maaf ya gue minta maaf dulu. Gue sih mau nawarin lu tapi gimana. Ceritanya gini. Tadi jam setengah dua gue ngantuk lalu gue tidur. Sekarang gue baru bangun tidur. Iseng jadi akhirnya gue beli es kelapa/kacang ijo yang menyakinkan dekat rumah gue. Bibi gue suruh beli. Lu bayangin aje lu lagi minum es yang meyakinkan itu. buat meyakinkan lu, nih gue taruh sedikit kacang hijaunya. Sedaaaaaaap.

Sederhana tapi bikin meleleh. Memang, tidak ada hubungan yang sempurna. Begitu pula dengan kisah asmara Soe Hok Gie. Cinta perlu tindakan bukan hanya sekedar rayuan.

Nah, itulah beberapa tips yang mungkin bisa kamu gunakan untuk belajar menjadi sosok yang romantis dan peka. Dari Soe Hok Gie, kita belajar bahwa tidak ada salahnya untuk melakukan hal romantis. Buktikan kalau aktivis juga bisa melakukan hal-hal yang manis.

Editor: Rifky Pramadani J. W.
Penulis

Nanda Ayu Safitri

Mahasiswa semester akhir yang berminat dengan jurnalistik dan tengah berjuang menyelesaikan skripsinya.
Opini Terkait
Mlijo: Sinetron Desa ala Foucault
Sesat Pikir Konten Bersyukur ala TikTok
Ketika Pasangan Sering Ngirim Video Random
Tak Harus Lewat Nietzsche untuk Belajar Agama, Beragama Ya Beragama Saja
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel