Kuliah Jurusan Pendidikan: Semester Tua Masih Jauh Lebih Menyenangkan ketimbang Mencari Kerja

Kuliah Jurusan Pendidikan: Semester Tua Masih Jauh Lebih Menyenangkan ketimbang Mencari Kerja

Kuliah Jurusan Pendidikan: Semester Tua Masih Jauh Lebih Menyenangkan ketimbang Mencari Kerja
Ilustrasi oleh Ahmad Yani Ali

Saya sempat meyakini bahwa semester tua di jurusan pendidikan itu pasti melelahkan, tidak kalah melelahkannya dengan mencari kerja. Tapi, setelah hampir menamatkan semester enam, ternyata doktrin di kepala saya itu salah besar.

Suatu hari di semester tiga, seorang senior saya di gedung kegiatan mahasiswa tengah menyeruput kopi dan menghisap sebatang rokok. Sambil menyemburkan asap, ia berkata kepada kami yang masih muda dan bergelora, “Nikmati semester kalian. Nanti kalau sudah masuk semester tua, rasanya mau gila!”

Kami saat itu hanya mengangguk-ngangguk saja sambil memikirkan tugas kuliah dan mau malam mingguan kemana di Kota Surakarta.

Kala itu, di gedung tersebut ada banyak sekali mahasiswa semester tua yang masih aktif bercengkrama dengan anak-anak organisasi meskipun status mereka bukan pengurus. Di antara mereka ada juga para “mahasiswa donatur kampus” alias belum tamat-tamat sampai semesternya sudah dua digit yang aktif memberikan siraman rohani tentang kehidupan.

Biasanya, yang mendengarkan adalah para anggota baru dan pengurus yang berpura-pura antusias. Kalau mereka ditanya tentang skripsi, jawabannya adalah, “ah, gampang.”

Saya yang saat itu masih di semester awal melihat betapa mengerikannya semester tua, apalagi di jurusan pendidikan. Sebelum skripsi, kami harus menghadapi Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang luarannya mengabdi pada masyarakat, dan Perkenalan Lingkungan Persekolahan (PLP), yang luarannya menjadi guru untuk anak-anak.

Melihat senior yang luntang-lantung bikin laporan, mengajar, ikut mata kuliah, bahkan dibarengi dengan skripsi sudah bikin mental terkuras sehabis-habisnya.

Selain mengeluhkan skripsi, ada juga beberapa senior yang mengeluhkan karier yang akan dicapai. Ada yang tidak tahu mau apa setelah lulus. Ada pula yang bingung ke mana gelar Sarjana Pendidikan akan dibawa.

Sehingga, tertanamlah doktrin semester tua di jurusan pendidikan itu pasti melelahkan, tidak kalah melelahkannya dengan mencari kerja.

Tapi, setelah hampir menamatkan semester enam, ternyata doktrin di kepala saya itu salah besar.

Faktanya, Kuliah Banyak Kosongnya

Selama semester enam ini, saya masuk kelas untuk kuliah hanya dua kali seminggu karena dua jadwal tersebut sudah pasti di kelas. Sisanya? Wah, kuliah itu opsional, bung. Ada dosen yang selang-seling kuliah di kelas dan memakai Zoom. Ada juga yang dari awal sampai sekarang, kuliahnya daring.

Saya jadi menyesal karena membawa baju terlalu banyak. Saking banyak kosongnya, ibu kos saya curiga saya tidak kuliah karena lebih banyak rebahan di kamar.

Makanya, meskipun diserbu banyak tugas kuliah, semuanya dapat teratasi karena banyaknya jadwal yang kososng. Toh, tugas itu sebenarnya tidak susah-susah amat, tinggal dikerjakan saja. Waktu yang banyak kosong itu juga bisa dimanfaatkan untuk daftar magang, meningkatkan skill, sampai kerja paruh waktu.

Teman saya saja yang kerja sambilan di restoran kuliahnya masih lancar-lancar saja. Jadi, semester tua itu bagi saya nggak sehoror yang dibayangkan.

Skripsi Memang Susah, tapi Kalau Ngotot Pasti Selesai

Saya memang belum merasakan era mengerjakan skripsi, masih tiga bulan lagi. Tapi, untuk merasakan air laut, tidak selalu harus menyelam dulu, kok.

Tanya saja ke orang-orang yang sudah basah dengan air laut. Memang ada testimoni senior dan kakak tingkat di jurusan pendidikan yang bilang skripsi itu sulit!

Dari judul yang tidak diterima dosen, pembimbing yang susah ditemui, rasa malas yang berlebihan, sampai tekanan dari lingkungan.

Akan tetapi, di prodi saya, faktanya ada banyak yang selesai skripsi tepat waktu. Seorang senior saya pernah berkata bahwa trik menyelesaikan skripsi itu adalah ngotot.

Hubungi dosen berkali-kali sampai dia mau, namun tentu saja dengan tetap memperhatikan kesopanan. Masukan dan revisi dari dosen boleh di-sambat-in, tapi setelah itu, ya, tetap digarap.

Rajin-rajin juga mengecek jadwal sidang dan seminar. Kemudian ambil satu hari untuk libur mengerjakan hobi. Dan yang paling penting, tutup telinga dari lingkungan negatif. Menurut senior saya tadi, dengan melakukan hal-hal di atas, skripsi akan terasa mudah.

Lalu, bagaimana dengan PLP yang dibarengi mengerjakan skripsi? Kalau anda kira ini susah dijalankan, sebenarnya tidak selamanya begitu. Seorang kakak tingkat kenalan saya masih bisa melakukan keduanya sambil main billiar dan nongkrong di kantin kampus dengan santai. Tugas-tugasnya juga diselesaikan dengan baik.

Intinya, sih, pinter-pinter bagi waktu, sambil terus mencoba berpikir positif. Boleh capek dan lelah, tapi harus tetap dikerjakan,” ujarnya sambil mencomot gorengan dari kantin sambil menunjukkan laporan PLP dan rancangan skripsinya.

Pada akhirnya, skripsian itu memang tidak mudah. Namun, esensi dari skripsi, kan ‘selesai’, bukan ‘sempurna’. Toh, dokumen tersebut saat kita sudah lulus paling hanya menjadi pajangan di gudang arsip milik kampus.

Mencari Pekerjaan untuk Anak Pendidikan: Harap Tabah!

Sejak semester satu, karier yang dijanjikan untuk kami adalah guru. Menjadi guru dan mendidik calon generasi bangsa dengan bangga dan mulia. Pekerjaan yang amat dicintai para orang tua yang ingin anaknya berjaya.

Tapi masalahnya, zaman sudah berubah dan kebutuhan akan ‘uang’ harus selalu dicari. Bukan rahasia lagi bahwa pendapatan guru itu jauh banget dari kata layak, apalagi untuk mahasiswa pendidikan yang baru lulus.

Dulu sempat viral gaji guru di bawah seratus ribu. Sungguh amat sedih melihatnya. Belum lagi soal kebijakan menjadi guru yang berubah-ubah.

Saat ini, cara paling aman untuk berkarier sebagai guru di sekolah negeri adalah dengan mengikuti PPG Prajabatan untuk fresh graduate. Jadi, semacam kuliah lagi untuk mendapatkan sertifikasi guru.

Akan tetapi, ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, Ferguso. Kuotanya terbatas dan ada serangkaian tes yang harus dijalani.

Pemerintah mengklaim bahwa peluang menjadi guru lebih diproritaskan. Setelah itu, ada lagi kebijakan marketplace guru, tempat di mana kami nantinya akan mempromosikan diri. Kedengarannya kayak gimana gitumarketplace guru. Memang hidup itu kadang ke sini, kadang ke sana.

Dari hasil observasi yang saya lakukan di sosial media, tamatan PPG pun sebenarnya nggak auto langsung kerja. Ada yang panggilannya masih lama dan ada yang belum dapat panggilan.

Beberapa akhirnya memilih menjadi guru les atau guru di sekolah swasta yang gajinya lebih besar. Nah, ngomong-ngomong soal gaji, saya suka kesal sama masyarakat yang masih seenaknya berkata, “gaji guru itu walau sedikit sisanya pahala.”

Ya, nggak salah, sih, tapi yang realistis lah.

Lalu, jika ada guru yang bergaji tinggi, itu untuk mereka yang sudah menjadi guru bertahun-tahun. Kalau fresh graduate, sih, bisa menjadi guru honorer saja sudah syukur.

Kenapa nggak coba daftar ke bidang lain selain pendidikan? Ya, bisa-bisa aja, sih. Tapi ini hoki-hokian juga. Soalnya ada kasus tamatan jurusan pendidikan yang punya skill di multimedia, tapi karena ijazahnya pendidikan dia jadi tidak lolos administrasi. Akhirnya, kembali menekuni karier sebagai guru yang…. yah, begitulah.

Demikianlah, semester tua di jurusan pendidikan adalah perihal bagaimana menyelesaikannya sampai lulus. Tapi, perihal mencari pekerjaan setelahnya, ada tantangan yang begitu besar dan berat untuk membangun masa depan yang cerah. Oleh karena itu, sehat-sehat selalu anak pendidikan.

Penulis

M. Guntur Rahardjo

Mahasiswa pendidikan yang ingin kaya
Opini Terkait

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel