Mikail Gibran, kembali berulah dengan mengajukan pertanyaan mungkinkah mobil tanpa pengemudi di Indonesia? Saya mencoba menjawab saja, walau saya sudah tahu ia hanya mengajukan pertanyaan retoris. Toh di artikelnya ia secara tersirat menjawab dengan nada pesimis pertanyaannya sendiri. Heran saya, nanya-nanya sendiri, jawab-jawab sendiri. Mirip dengan ilustrator sediksi.com yang ngegambar-gambar sendiri, terus muji-muji sendiri. Mbok yo bikin tulisan ojok sing mbulet ngono Bang. Sing lebih berfaedah, misale TIPS HIDUP HEMAT UNTUK PEROKOK AKTIF DI JERMAN atau TRIK MERAIH BEASISWA DI JERMAN BAGI MAHASISWA S1 IPK 2,75 atau PANDUAN BERSENANG-SENANG DI JERMAN BAGI PARA JOMBLO.
Jadi ini jawaban saya Bang (memperkuat jawaban pesimis sampean), mobil tanpa pengemudi itu tidak akan ada. Sekalipun ada akan sulit dan menimbulkan konflik. Konflik vertikal dan horizontal akan terjadi. Akan ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Di antaranya adalah:
1. Sopir Taksi (Konvensional atau Online)
Mari bicara angka dan data, Bang. Sekalipun ini portal opini santai, tapi kita kudu tetap logis, tak iye? Sedikitnya ada 175.000 supir taksi online per perusahaan penyedia aplikasi. Dengan keberadaan Gojek dan Grab, maka setidaknya ada 350.000 supir taksi online di Indonesia. Di Malang sendiri, pada tahun 2017, sedikitnya ada 1.700an taksi online yang beroperasi. Ini masih taksi online lho, Bang.
Bagaimana dengan taksi konvensional? Saya nggak nemu data jumlah sopirnya, yang jelas banyak jumlahnya. Tapi Bang, banyak laporan yang menyebutkan bahwa perusahaan taksi konvensional terus merugi sejak munculnya taksi online. Banyak supir taksi konvensional yang berkurang drastis pendapatannnya, bahkan ada yang beralih profesi. Unjuk rasa di mana-mana. Linimasa media sosial penuh dengan perdebatan dan kabar konflik soal hal ini. Lah masalah taksi online versus taksi konvensional ae durung mari, sampeyan malah nambah-nambahi karo topik mobil tanpa pengemudi. Haladalah!
2. Tukang Parkir & Polisi Cepek
Di tulisan sampean, menyebutkan bahwa mobil tanpa pengemudi akan bekerja dengan efektif, dengan kecepetan yang relatif tetap dibantu dengan dibantu oleh sensor agar meminimalisir terjadinya kecelakaan. Mau belok atau putar balik saja semuanya diperhitungkan dengan cermat probabilitasnya oleh sistem algoritma atau program yang ada. Begitu pun kalau mau parkir, setiap mobil pasti akan bisa mengatur sendiri posisi yang pas dan menghindari kemungkinan benturan dengan kendaraan atau pun objek lain di sekitarnya. Artinya apa? Mobil tanpa pengemudi akan lebih disiplin dan teratur. Tanpa dibantu oleh manusia.
Sementara itu, apa tulisan yang biasanya ada di rompi tukang parkir atau polisi cepek? PENEGAK DISIPLIN. Lah lek mobil tanpa pengemudine wis disiplin, apa lagi yang mau ditegakkan? Keadilan? Sulit, Bang! Jelas tukang parkir dan polisi cepek akan menganggur karena keberadaan mobil tanpa pengemudi. Padahal lho mereka milih profesi itu karena mereka sendiri pengangguran. Ya to? Mbulet yo kalimatku?
Jangan tanya berapa data jumlah tukang parkir dan polisi cepek di Indonesia. Sampek Syahrini jadi Duta Besar di Perancis juga nggak bakal ada datanya. Badan Pusat Statistik nggak bakal repot-repot mensensus hal itu.
3. Polisi Lalu Lintas (Yang Baik maupun yang ‘Oknum’ Nakal)
Dengan adanya mobil tanpa pengemudi, siapa yang mau ditilang? Lah pengemudinya saja nggak ada. Penumpangnya yang mau ditilang? Tolong Bang tunjukkan, bagian mana, pasal dan ayat berapa dari Undang-undang Lalu Lintas yang bisa digunakan untuk menjerat penumpang kendaraan bermotor. Oknum Polantas jelas akan kesulitan menilang.
Bahkan Polantas (baik yang oknum atau yang baik) jelas akan lebih santai kerjanya. Bahkan mungkin keberadaannya sudah tidak diperlukan lagi nantinya. Karena apa? Ya balik lagi ke penjelasan poin nomor dua tadi, mobil tanpa pengemudi sudah teratur dan disiplin, apa lagi yang mau diatur? Perasaan hati yang hancur lebur karena ditinggal nikah mantan kekasih, itu yang mau diatur? Haladalah!
Akhirnya apa yang akan terjadi pada Polantas? Ya nganggur. Tapi mereka mungkin dialih tugaskan ke bagian lain di kepolisian sih. Lah, gak nganggur dong berarti? Duh, mbulet maneh. Yo wes, intinya adalah profesi mulia Polantas akan hilang jika mobil tanpa pengemudi eksis di Indonesia.
Okelah Bang, cukup itu sajalah. Karena keterbatasan halaman ditambahi kemalasan, saya hanya menyebut 3 profesi penting yang akan jadi pengangguran (atau lenyap). Masih banyak sebenarnya yang mau saya bahas terkait mobil tanpa pengemudi ini. Misal, bagaimana dengan motor tanpa pengemudi? Apakah mungkin ada? Jika ada, mungkinkah ojek motor tanpa pengemudi? Bayangkan, Bang, ada ojek motor tanpa pengemudi, tapi penumpangnya ada di belakang. Antara lucu dan horor!
Terakhir, yang juga akan hilang dan patut kita khawatirkan bersama jika motor tanpa pengemudi itu adalah cabe-cabean.