Hal-Hal Baik Di Balik “One Piece Minggu Depan Libur”

Hal-Hal Baik Di Balik “One Piece Minggu Depan Libur”

One Piece Libur
Ilustrasi: Oky Dwi Prasetyo

Kalimat sialan itu tentu tidak perlu diratapi dengan air mata. Cukup jadi penanda yang mengingatkan bahwa tiap hal membutuhkan jeda.

Berang-berang kerja lembur. Siapa yang tak berang kalau minggu depan One Piece libur?

Eiichiro Oda, mangaka One Piece, rupanya hobi bikin kepala nyut-nyutan. Ibarat peribahasa, jinak-jinak merpati, sudah dekat terbanglah dia. Sebab, kalimat peringatan “One Piece minggu depan libur” dalam kotak kecil di pojok kiri halaman terakhir kerap muncul saat sedang seru-serunya.

Pembaca One Piece legal atau pun yang ilegal pasti paham, ini adalah satu fenomena yang sulit dijelaskan. Kita cuma bisa misuh-misuh dalam hati. Boro-boro kita menghujat apalagi ninggalin pas lagi sayang-sayange.

Apapun alasannya, kalimat pendek “One Piece minggu depan libur” cukup membuat dua minggu ke depan terasa hampa. Ada perasaan nikmat sekaligus sengsara yang bisa dirasakan. Meski komik One Piece terlanjur kelewat panjang, ceritanya tetap seru, sih! Berbanding terbalik dengan sinetron-sinetron di layar kaca Indonesia yang makin panjang makin absurd. Pantas saja loyalis One Piece kian hari kian banyak dari berbagai kalangan usia.

Meski pun menyebalkan, para penceramah agama mengingatkan kita agar mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Berikut ini beberapa hal baik yang bisa kita ambil dari fenomene “One Piece minggu libur”.

Baca Juga: Walau Miskin, Mahasiswa Jangan Lakukan Ini

Banyak Bekerja Mandek Bercerita

Menurut kabar terbaru di beberapa media atau fansite, Mangaka One Piece bekerja terlalu keras sehingga kesehatannya terganggu. Kabar ini tentu bikin cemas. Kita mesti berharap Oda tetap sehat wal afiat bahkan sampai setelah One Piece tamat sekalipun.

Meski etos kerja orang Jepang memang di atas rata-rata, tiap orang tentu butuh istirahat. Kita boleh mengabaikan sejenak slogan “Kerja! Kerja! Kerja!”. Jangan sampai karena banyak bekerja, Oda mandek bikin cerita. Kita pun bisa sedih lebih dari dua minggu kalau komik One Piece mandek.

Maka, “One Piece minggu depan libur” sejatinya segendang-sepenarian dengan kesempatan beristirahat bagi penciptanya. Kalimat sialan itu tentu tidak perlu diratapi dengan air mata. Cukup jadi penanda yang mengingatkan bahwa tiap hal membutuhkan jeda. Ada baiknya kita mendoakan pula kesehatan dan keselamatan Oda seperti kita mendoakan yang-yangan kita.

Waktu yang Tepat untuk Para Filsuf One Piece Bekerja

Meski pun cuma fiksi belaka, rupanya penggemar One Piece cukup banyak yang fanatik. Dalam kategori penggemar fanatik ini, ada golongan cenayang. Bukan sekadar cenayang, barangkali istilah filsuf kedengarannya lebih mewakili obsesi sebagian penggemar tersebut. Mereka ini adalah orang-orang yang serius memikirkan jalan cerita komik ajaib ini.

Jeda selama seminggu ini memberi mereka kesempatan berpikir secara serius. Hasil olah pikir para filsuf ini bisa ditemui di YouTube, misalnya. Tidak perlu heran jika di internet bertebaran teori tentang One Piece.

Dari sekian yang pernah saya tonton, ada yang memuaskan dan bikin tercengang. Ada pula yang sekadar berbasis ilmu cocoklogi. Dalam kasus-kasus tertentu, mereka juga tidak keberatan melakukan riset mengenai hal-hal apa yang dirujuk Oda. Benar-benar kualitas seorang filsuf. Mereka ini rupanya selain terobsesi dengan One Piece, juga mengamini pendapat Descartes soal berpikir. Hal penting dari kualitas seorang filsuf ialah mereka membaca, berpikir, dan kemudian mengutarakan pendapat.

Syukurlah sampai detik ini belum ada filsuf One Piece yang terjerat UU ITE karena teorinya dituduh hoaks. Kalau sampai terjadi, mending kita berlayar ke grandline.

Baca Juga: Homo Hoax-ensis yang Terus Eksis

Melawan Buzzerrp di Media Sosial

Hari-hari untuk mengisi kekosongan karena One Piece edisi terbaru tidak terbit, ya, mengepul kutipan-kutipan. Laku ini agak mirip dengan laku filsuf-filsuf One Piece di atas. Tapi tidak terlalu ekstrem. Cocok buat mereka yang suka cengengesan.

Di media sosial, komik legendaris Doraemon punya akun untuk berbagi kutipan-kutipan dari komik tersebut. Akun “Doraemon Hari Ini” di Facebook dan Instagram menjadi wadah untuk penggemar Doraemon berbagi kutipan dari komik Doraemon dengan diimbuhi caption usil.

Kendati idenya sama, hal ini patut dicoba. Hitung-hitung penyegaran di linimasa media sosial hari-hari ini yang isinya dikit-dikit ribut.

Seandainya punya tujuan yang lebih mulia, mereka boleh bersaing dengan konten-konten nirimajinasi, nirfaedah, dan nir-nir lainnya dari para buzzer. Pengepul kutipan-kutipan komik mesti bersatu untuk menenggelamkan cuitan-cuitan buzzerrp.

Militansi penikmat manga tidak boleh kalah dengan para buzzerrp: wibu bersatu tak bisa dikalahkan.

One Piece Libur itu Dapat Merangsang Ide Kreatif

Soal kutipan dari manga One Piece tadi, saya membayangkan jika suatu saat hasil pikiran Oda tersebar di mana-mana. Toh, obrolan soal One Piece juga sudah menggejala di sekolah, kampus, hingga warung-warung kopi.

Selain itu, penggemar One Piece sesekali perlu mempopulerkan kutipan-kutipan dari komik itu sebagaimana cah-cah senja mengutip puwisi-puwisi Fiersa Besari. Kalimat pendek “One Piece minggu depan libur” juga bisa dijadikan bahan ide bisnis kreatif. Mau dipampang di kaus? Boleh. Mau dicetak jadi stiker? Apalagi. Daftar ide bisnis kreatif ini bisa kalian susun sepanjang yang kalian mau. Kalau tidak mau, ya tidak masalah. Kamu bisa beli booknote bersampul kutipan-kutipan dari komik One Piece yang saya jual. Ini juga hal baik yang bisa dilakukan saat One Piece minggu depan libur.

Editor: Fajar Dwi Ariffandhi
Penulis

Rifky Pramadani

Rifky adalah content writer di Sediksi.com yang menggemari dan menulis soal sepak bola dan One Piece. Praktisi artikel SEO.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel