Piala Asia 2023 Bukan Mimpi Siang Bolong, Tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Piala Asia 2023 Bukan Mimpi Siang Bolong, Tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Piala Asia 2023
Ilustrasi: Rizqi Ramadhani R

... prestasi tim nasional sepakbola kita ternyata cukup kuat di antara negara-negara medioker.

Nasib sepakbola Indonesia tak habis-habis diperbincangkan. Di negeri gila bola ini, itu hal yang wajar. Setiap orang punya pendapatnya masing-masing, entah optimis atau legawa. Jika perlu dirumuskan, nasib sepakbola Indonesia rupanya bisa diterangkan sebagai “tak mujur-mujur amat” atau bahkan kerdil.

Anda masih ingat kapan terakhir kali klub Indonesia maupun tim nasionalnya berbicara banyak di ajang sepakbola internasional?  

Boro-boro bisa bertanding di Piala Dunia, ajang paling sepakbola paling bergensi di dunia, bertaring di ajang tingkat regional Asia Tenggara saja sudah setengah mati. Di tingkat regional, prestasi tim nasional kita telah dua kali menjuarai SEA Games. Sementara di Piala AFF, baru di kelompok umur saja Indonesia menjadi juara, sedangkan di level senior belum pernah.

Nasib klub Indonesia di ajang internasional pun tidak jauh beda dengan tim nasionalnya. Apalagi saat ini, kelanjutan kompetisi antar-klub di Indonesia tidak terjaga.

Oke, kita tidak perlu berdebat mengenai mengapa tim nasional sepakbola kita nasibnya begini-begini saja. Sebab, jika kita mau, daftar persoalan sepakbola Indonesia bisa kita susun sebanyak jumlah pulau di Indonesia.

Maka, mari kita beralih ke kompetisi sepakbola tertinggi di Asia, yakni Piala Asia 2023. Kompetisi ini membuka lebar peluang tim nasional Indonesia untuk berpartisipasi. Sebab, ada penambahan jumlah kontestan dari edisi sebelumnya. Pada Piala Asia 2019, hanya 16 negara berhak berpartisipasi, sementara pada edisi mendatang kuota peserta menjadi 24 negara.

Tim nasional Indonesia telah berpartisipasi di Piala Asia sebanyak empat kali, yakni pada 1996, 2000, 2004, dan 2007. Dari keikutsertaannya dalam kompetisi itu, Indonesia tak pernah lolos dari fase grup. Dalam tiga edisi terakhir, atau pada 2011, 2015, dan 2019, Indonesia malah tak pernah lolos.

Pada 2007, yang merupakan kali terakhir Indonesia berpartisipasi di Piala Asia, pun merupakan jatah tuan rumah bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Saat ini, kesempatan tim nasional Indonesia ikut serta di ajang internasional ada di depan mata melalui Piala Asia 2023. Apalagi, kesempatan lolos ke Piala Dunia 2022 telah tertutup setelah menjadi juru kunci klasemen. Tergabung dalam grup G kualifikasi Zona Asia bersama Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Uni Emirat Arab, tim nasional Indonesia malah menjadi bulan-bulanan lawannya. Dari lima kali bertanding, tim nasional Indonesia selalu kalah.

Setelah babak belur di kualifikasi Piala Dunia 2022, tim nasional Indonesia kini diharapkan melipur lara penggemar sepakbola tanah air. Ikut serta di ajang Piala Asia 2023, karenanya, merupakan peluang yang tak boleh dilewatkan Indonesia.

Federasi Sepakbola Asia atau AFC, menjadikan kualifikasi Piala Dunia 2022 sekaligus sebagai kualifikasi Piala 2023. Melihat peringkat Indonesia di Grup G, nyaris mustahil untuk lolos langsung ke Piala Asia 2023. Jika ingin lolos ke Piala Asia 2023, Indonesia mesti mengikuti babak ketiga kualifikasi Piala Asia 2023.

Peluang lolos ke babak ketiga kualifikasi pun cukup tipis, meski tidak mustahil. Jika pun gagal, masih ada babak play-off. Kalau di babak plaf-off juga masih gagal, ya wassalam.

Untuk itu, mulai awal tahun 2021 sebaiknya PSSI dan jajaran pelatih tim nasional Indonesia mulai bersiap. Tiga pertandingan terakhir kualifikasi Piala Dunia 2022 semestinya didudukkan sebagai sarana evaluasi sekaligus persiapan tim nasional untuk mencari komposisi terbaik untuk babak play-off kemudian lolos babak ketiga kualifikasi.

Di babak play-off, peluang Indonesia lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Asia 2023 cukup besar. Indonesia menghadapi lawan semacam Brunei, Timor Leste maupun Bangladesh yang secara tradisi masih di bawah Indonesia. Tetapi ini juga mengingatkan kita bahwa prestasi tim nasional sepakbola kita ternyata cukup kuat di antara negara-negara medioker. Kedua, kita punya pelatih sekaliber dunia, yaitu Shin Tae-yong yang berpengalaman memegang tim nasional Korea Selatan dan pernah merasakan berbagai macam atmosfer sepakbola dunia.

Mimpi lolos ke Piala Asia 2023 bukan mimpi di siang bolong jika PSSI berbenah mempersiapkan tim nasional yang kuat. Lalu, sebaiknya apa yang dilakukan PSSI biar tidak ongkang-ongkang kaki saja?

Paling penting sekarang adalah jalankan kompetisi 2021 dan batalkan sisa kompetisi 2020. Fokus ke kompetisi 2021 merupakan langkah awal yang perlu dilakukan PSSI agar pemantauan pemain-pemain yang layak memperkuat tim nasional bisa berjalan. Kompetisi yang berkualitas dan berkelanjutan tentu memperbesar peluang hadirnya tim nasional yang kuat.

Selanjutnya, pemantauan pemain yang bermain di luar negeri baik asli atau keturunan Indonesia sekarang layaknya diperbaiki datanya. Apalagi Shin Tae-yong bukanlah pelatih yang hanya melihat pemain berdasarkan kelahiran mana, namun yang terpenting adalah masih memiliki darah Indonesia walaupun berada di luar negeri dan tentu saja mau bermain untuk tim nasional Indonesia.

Beberapa kali Shin Tae-yong juga sudah memanggil pemain luar negeri keturunan, mulai Kelana dan Luah Mahesa (Bonner SC, Jerman), Elkan Baggot (Ipswich Town, Inggris), Jack Brown (tanpa klub, Inggris) dan masih banyak lagi pemain keturunan luar negeri yang masuk daftar tunggu pelatih dan federasi. Adapula pemain asli yang sudah bermain di luar negeri kedepannya pasti juga akan mendapatkan panggilan, layaknya Egy Maulana Vikri atau Yanto Basna, terbaru kita punya Rivaldo Todd Ferre, Brylian Aldama, dan Bagus Kahfi yang mereka butuh dipantau perkembangannya.

Dengan kombinasi pemain lokal, keturunan, ataupun naturalisasi apabila tidak ada wadah dan kesinambungan yang dilakukan PSSI maka target lolos Piala Asia 2023 adalah sebuah kemustahilan dan mimpi siang bolong.

Selain itu, PSSI punya target besar meloloskan Indonesia di Piala Dunia 2030 dan bagaimana mungkin kita mau lolos ke Piala Dunia 2030 tapi bergaul di kompetisi Asia saja tidak pernah? Itu namanya omong kosong.

Tugas pelatih, ya, melatih tim biar jadi hebat layaknya Iron Man. Sementara tugas PSSI pun sudah jelas, yaitu mempersiapkan semua elemen pendukung biar tim nasional tidak terus-menerus menjadi sasaran kritik dan caci maki atas prestasi yang mereka berikan. Padahal, PSSI punya andil besar untuk mempersiapkan tim nasional untuk lebih baik. Ingat PSSI, Piala Dunia U20 sudah digeser di 2023 dan tim nasional Indonesia bukan hanya U19.

Jika kuota peserta Piala Asia 2023 ditambah tetapi masih gagal juga, yang bisa dilakukan penggemar sepakbola Indonesia mengelus dada. Atau jangan-jangan, federasi sepakbola kita sedang menerapkan achievement distancing dari pergaulan sepakbola bangsa-bangsa?

Penulis
Muhammad Rizal

Muhammad Rizal

Suka nonton Youtube-nya Mas Alip Ba Ta. Dulunya pernah kuliah Sosiologi dan penyuka tim Persis Solo.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel