Rabu kemarin (10/2), sosmed heboh. Pasalnya ustadz Aa Gym mengeluarkan cuitan di Twitternya. “Saya stop menggunakan LINE karena terang-terangan mempromosikan LGBT … Ayoo pakai sosmed yang sehat saja.” Cuitan ini merupakan buntut dari ditemukannya stiker LINE yang bertemakan LGBT.
Saya belum paham, bagaimana sosmed yang lebih sehat yang dimaksud ustadz Aa Gym dalam cuitannya. Apakah sosmed buatan Islam atau buatan anak bangsa? Atau sosmed yang tidak mempromosikan LGBT.
Pertanyaan pertama sulit untuk dijawab, saya masih belum menemukan platform sosmed buatan orang Islam maupun buatan Indonesia yang dipakai secara luas. Lalu, pertanyaan kedua sosmed yang tidak mempromosikan LGBT?
Facebook dan Twitter malah terang-terangan mempromokan kampanye LGBT. Ironis, sosmed yang dipake Aa Gym malahan teran-terangan mendukung LGBT.
Ustadz Aa Gym dan Bung Karno
Apa yang dilakukan Aa Gym mengingatkan saya kepada Bung Besar, Paduka Jang Mulia Soekarno. Kedua tokoh ini mempunyai perbedaan yang besar sekaligus mempunyai persamaan yang banyak pula.
Ustadz Aa Gym berpoligami, Bung Karno? Berpoligami juga, bahkan lebih banyak. Yang tercatat oleh Cindy Adams ada Sembilan wanita yang dinikahi secara resmi oleh Bung Karno. Yang tidak resminya? tidak tahu.
Dan mereka juga sama-sama alumnus ITB. Karir keduanya juga berbeda dari bidang keilmuan yang mereka pelajari sewaktu kuliah. Ustadz Aa Gym berkarir sebagai pendakwah. Bung Karno terkenal sebagai politikus ulung.
Pun dengan halnya memandang pihak-pihak yang bersebrangan dengan diri masing-masing. Kalau ustadz Aa Gym menyerukan pengikutnya meninggalkan LINE karena LINE mendukung LGBT. Soekarno menyerukan rakyatnya menjauhi musik rock ‘n roll.
Bung Karno sampai memadankan lema rock n roll dengan kata Ngak, ngik, ngok. Kebijakan anti barat Soekarno saat itu berimbas kepada Koes Ploes (saat itu namanya masih Koes Bersaudara) yang harus dipenjara karena membawakan lagu The Beatles. Salah satu kebijakan gak keren yang pernah dikeluarkan Bung Karno.
Dalam situasi seperti ini Aa’ Gym pasti akan mendapat banyak nyiyiran, sudah pasti paling banyak datang dari golongan pro LGBT. Golongan-golongan pro LGBT menuduh Aa’ Gym tidak cerdas dan tidak bijak dalam bersosial media. Saya sepakat.
Aa’ juga manusia biasa sama seperti saya. Katanya manusia gudangnya salah dan khilaf. Bukankah Islam mengajarkan umatnya untuk saling mengingatkan dan menasihati? Aa’ butuh diingatkan. Ya tulisan ini mencoba mengingatkan agar Aa’ Gym lebih bijak dalam berdakwah melalui sosial media.
Saya berasumsi Aa’ masih belum tahu ternyata LINE lebih bermanfaat dan tak sesakit yang seperti Aa’ bayangkan. Nyatanya sosmed Twitter lebih menyakitkan daripada LINE. Akun-akun yang menawarkan prostitusi online lebih banyak beredar di Twitter daripada LINE.
Twitter tidak seperti Instagram yang mempunyai kebijakan menghapus konten-konten yang berisikan materi pornografi. Di Twitter kita dengan mudah menemui akun porno yang meyediakan foto-foto wanita tanpa busana, tanpa sensor, dan bisa dilihat tanpa bayar pula. (inilah mengapa banyak majalah dewasa bangkrut, contohnya FHM)
Untuk LINE sangat ketat, jarang saya menemui akun Line atau official account LINE yang menyediakan konten pornografi. Sekalinya ada, tak bertahan lama karena dihapus segera oleh operator LINE. justru saya lebih banyak menemukan official acount tentang Dakwah, yang muncul di lini masa LINE saya.
Bisa dibilang sosmed yang lebih sehat dan bermanfaat untuk saat ini seperti yang dimaksud Aa’ adalah LINE. Adalah sebuah kekeliruan jika Aa’ bilang LINE terang-terangan mempromosikan LGBT.
Pembuat stiker LGBT itu bukanlah dari pihak LINE sendiri melainkan dari pihak ketiga. Lagipula LINE dengan gerak cepat langsung menarik semua stiker yang berbau LGBT.
Bandingkan dengan Facebook dan Twitter. Petinggi kedua sosmed itu mendukung terang-terangan LGBT. Pengguna sosmed Indonesia mau seribut apapun sepertinya Mark Zuckenberg gak akan membuat filter foto profil bergamabr bendera Indonesia ataupun bendera bertulisan syahadat, macam bendera ISIS.
Tidak ada yang salah sebenarnya dengan Aa Gym menolak LGBT. Saya salut kepada orang-orang yang total dalam menjalankan apa yang mereka yakini. Baik itu golongan yang pro ataupun kontra terhadap isu LGBT. Perkara polemik LGBT saya pikir tak akan pernah selesai, selama nilai-nilai agama ditabrakkan dengan nilai-nilai HAM.
Tapi rasa kekaguman saya hilang ketika orang-orang relijius seperti Aa Gym menjadi terlalu fanatik dengan pemikiran yang mereka yakini. Sehingga menjadi dangkal dan sempit dalam melihat segala hal yang bertentangan dengan pemikiran mereka.
Saya tekankan disini saya tak meragukan sedikitpun kecerdasan Aa Gym. Saya hormat kepada beliau. Saya berharap, beberapa hari kedepan Aa mengupdate status melalui Twitter atau Facebook pribadinya, seperti begini, “Maaf kepada para follower Aa. . Mulai hari ini Aa’ aktif menggunakan LINE kembali. Kemarin Handphone Aa habis dibajak orang yang tidak bertanggungjawab.”