Oxana Malaya: Kisah Anak yang Tinggal di Kandang Anjing

Oxana Malaya: Kisah Anak yang Tinggal di Kandang Anjing

Kisah Anak yang Tinggal di Kandang Anjing

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Bayangkan jika kamu harus hidup tanpa kasih sayang orang tua, tanpa teman bermain, tanpa pendidikan, bahkan tanpa bahasa. Bagaimana kamu akan bertahan? Bagaimana kamu akan beradaptasi dengan lingkunganmu? Inilah yang dialami oleh Oxana Malaya, kisah anak yang tinggal di kandang anjing.

Kisah ini berawal pada suatu malam yang dingin di tahun 1980-an, di mana seorang gadis Ukraina yang ditinggalkan oleh orang tuanya pecandu alkohol yang lalai di kandang anjing saat usianya baru tiga tahun.

Selama hampir lima tahun, dia hidup bersama sekawanan anjing liar, dan mengambil perilaku mereka sebagai cara bertahan hidup. Kisah anak yang tinggal di kandang anjing ini adalah salah satu contoh paling mengejutkan dan menyedihkan dari fenomena feral child, atau anak liar, yang pernah terjadi di dunia.

Kisah Anak yang Tinggal di Kandang Anjing

Oxana Malaya: Kisah Anak yang Tinggal di Kandang Anjing - Oxana Malaya
Image from Historydefined

Oxana Oleksandriva Malaya lahir pada 4 November 1983, di desa Nova Blagovishchenka, Ukraina. Dia tumbuh dalam kemiskinan, dengan orang tua yang menderita alkoholisme.

Orang tuanya mengabaikannya sejak kecil, dan sering membiarkannya kelaparan dan kedinginan. “Mama punya terlalu banyak anak,” kata Oxana kemudian kepada 60 Minutes, menurut The U.S. Sun. “Kami tidak punya cukup tempat tidur.”

Jadi kisah anak yang tinggal di kandang anjing ini berawal pada suatu malam yang sangat dingin tahun 1980-an, Oxana ditinggalkan di luar rumah oleh orang tuanya.

Putus asa akan kehangatan dan perlindungan, dia mengikuti anjingnya, ke kandang anjing milik keluarganya. Di sana, dia menemukan sekawanan anjing liar yang tinggal di kandang itu.

Oxana segera bergabung dengan mereka, dan hidup dari daging mentah dan sisa-sisa makanan. Dia perlahan-lahan kehilangan kemampuan berbicara, dan hanya berkomunikasi dengan menggonggong dan menggeram.

Mengutip wawancaranya dengan 60 Minutes, ia mengatakan bahwa ia mumai mengikuti perilaku anjing sejak itu “Aku akan berbicara dengan mereka, mereka akan menggonggong dan aku akan mengulanginya,” katanya. “Itu adalah cara kami berkomunikasi.”

Situasi Oxana yang tidak biasa tidak diketahui selama hampir lima tahun. Tidak ada yang mencurigai ada yang salah, sampai suatu hari Oxana menggonggong pada seorang tetangga, dan mengetahui ada sesuatu yang janggal. Barulah saat itu, pihak berwenang mengetahui keberadaannya.

Ketika pihak berwenang menemukan Oxana, kawanan anjing itu telah menganggapnya sebagai salah satu dari mereka. Mereka sangat melindungi Oxana, dan tidak membiarkan polisi mendekatinya. Polisi harus memancing anjing-anjing itu dengan makanan agar bisa membawa Oxana pergi. Anjing-anjing itu sangat protektif terhadap Oxana.

Ketika berhasil membawanya, Oxana dibawa ke sebuah panti asuhan, di mana dia diberi terapi dan pendidikan khusus selama bertahun-tahun.

“Dia lebih seperti seekor anjing kecil daripada seorang anak manusia,” kata direktur panti itu dalam sebuah wawancara dengan 60 Minutes. “Dia biasa menunjukkan lidahnya ketika melihat air dan dia biasa makan dengan lidahnya dan bukan tangannya.”

Walau saat pertamakali ditemukan ia tidak berbicara bahasa manusia sampai usianya hampir delapan tahun, dia cukup cepat mempelajari bahasa dan keterampilan dasar lainnya.

Akan tetapi, dokternya mengatakan bahwa kemungkinan dia tidak akan pernah benar-benar direhabilitasi. Meskipun Oxana sekarang berusia sekitar 40 tahun, para peneliti masih menganggap tingkat perkembangan dan kapasitas intelektualnya setara dengan anak berusia enam tahun.

Untuk sekarang, ia tetap tinggal di rumah perawatan khusus, di mana ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan merawat hewan.

Itulah dia kisah anak yang tinggal di kandang anjing, Oxana Malaya adalah salah satu korban dari kelalaian dan kekejaman orang tua. Dia kehilangan masa kecilnya, dan mungkin juga masa depannya, karena harus hidup seperti seekor anjing.

Namun, dia juga menunjukkan kekuatan dan ketahanan yang luar biasa, serta kemampuan beradaptasi yang mengagumkan. Dia berhasil belajar berbicara, bekerja, dan hidup di antara manusia, meskipun dengan keterbatasan dan kesulitan. Dia juga masih memiliki kasih sayang terhadap anjing-anjing yang pernah menjadi keluarganya.

Kisah Oxana Malaya adalah sebuah pelajaran bagi kita semua, tentang pentingnya memberikan perhatian, kasih sayang, dan pendidikan yang layak bagi setiap anak. Karena setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang seutuhnya.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel