Paper Elizabeth Pisani: Benarkah Anak-Anak Indonesia Bodoh?

Paper Elizabeth Pisani: Benarkah Anak-Anak Indonesia Bodoh?

Paper Elizabeth Pisani

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Satu tulisan cukup menggemparkan sekaligus menampar Pendidikan kita, yakni paper Elizabeth Pisani yang berjudul “Indonesian Kids Don’t Know How Stupid They Are” atau jika diterjemahkan, anak-anak Indonesia tidak tau betapa bodohnya mereka yang terbit pada 5 Desember 2013.

Apakah memang separah itu? Apakah pendidikan di Indonesia memang kurang mampu untuk mencetak generasi yang cerdas, kreatif, dan kompetitif? Atau, apakah anak-anak Indonesia menyadari kualitas pendidikan yang mereka terima?

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin jarang terlintas di benak anak-anak Indonesia, yang rata-rata merasa bahagia dan puas dengan sekolah mereka.

Namun, sebuah survei internasional yang dilakukan oleh Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2012 mengungkap fakta yang mengejutkan dan memprihatinkan tentang pendidikan di Indonesia.

Survei tersebut bernama Programme for International Student Assessment (PISA), yang bertujuan untuk menguji dan membandingkan prestasi para pelajar berusia 15 tahun di seluruh dunia dalam bidang matematika, sains, dan literasi. Survei ini melibatkan 510 ribu pelajar dari 65 negara, yang mewakili 80 persen ekonomi global.

Penasaran mengenai isi dari paper Elizabeth Pisani, dan benarkah klaim mengenai anak-anak Indonesia tidak menyadari betapa bodohnya mereka? Mari kit aulas.

Tentang Paper Elizabeth Pisani

Sebelum membahas lebih dalam tentang paper Elizabeth Pisani, mari ketahui dahulu mengenai latar belakangnya, ia adala seorang peneliti berkebangsaan Amerika yang menetap dan mempunyai kewarganegaraan Inggris.

Ia adalah lulusan Oxford pada tahun 1986 dan selepas kuliah, ia bekerja sebagai wartawan untuk Reuters sejak tahun 1989.

Selain sebagai jurnalis, Elizabeth Pisani adalah juga seorang penulis dan peneliti, ia dikenal sebagai penulis yang menerbitkan buku mengenai Indonesia, salah satu bukunya tentang Indonesia ini berjudul Indonesia, etc.

Kembali membahas paper Elizabeth Pisani, tulisan ia tentang ana-anak Indonesia tidak menyadari betapa bodohnya mereka adalah interpretasi dari hasil survei PISA 2012 menempatkan Indonesia pada peringkat terbawah dari 65 negara.

Dalam bidang matematika, 75 persen siswa Indonesia tidak mampu menjawab soal yang mudah, seperti membandingkan kapasitas mesin mobil.

Masih bidang matematika, 75% pelajar Indonesia tidak mampu melewati level 2, yang paling mengejutkan adalah hanya 0,3% yang mampu sampai level 5, ya kalian tidak salah baca, hanya 0,3%. Jika dibandingkan dengan China, yang jadi pemuncak rangking, 55% pelajarnya mampu sampai ke level 5.

Sedangkan bidang lainnya, seperti sains, sebanyak 25% pelajar kita tidak mampu untuk memcapai level terendah sekalipun, dengan 41% terperosok di level 1, ini menunjukkan bahwa 2 dari 3 pelajar Indonesia itu tidak mampu membuat kesimpulan dari investigasi sederhana..

Namun, yang lebih ironis dan tragis, adalah bahwa anak-anak Indonesia justru merasa paling bahagia di sekolah, dibandingkan dengan negara-negara lain.

Menurut data survei, 95 persen anak Indonesia yakin bahwa mereka telah mempelajari hal-hal yang membantu persiapan mereka dalam mendapat pekerjaan di masa depan. China justru hanya mencapai 85%, sedangkan Korea Selatan hanya 60%.

Sebagian besar berpikir bahwa sekolah sangat membantu mereka untuk masa depan mereka. Hanya sedikit yang berpikir bahwa sekolah itu hanya buang-buang waktu.

Bagaimana bisa anak-anak Indonesia begitu “bodoh”, tapi begitu bahagia? Apa yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia? Apa dampaknya bagi masa depan Indonesia?

Dalam artikelnya, Elizabeth Pisani menyampaikan keprihatinannya atas kondisi pendidikan di Indonesia, yang menurutnya sangat buruk dan tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan sejak tahun 2006.

Dia mengkritik kurikulum, metode pengajaran, kualitas guru, sarana prasarana, dan budaya belajar di Indonesia, yang tidak mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Dia juga menyoroti ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dialami oleh anak-anak Indonesia.

Dia mengatakan bahwa anak-anak Indonesia tidak menyadari seberapa bodoh mereka, karena mereka tidak pernah dibandingkan dengan standar internasional, atau dengan negara-negara tetangga yang lebih maju.

Dia mengatakan bahwa anak-anak Indonesia hidup dalam “kebodohan yang bahagia”, yang membuat mereka tidak termotivasi untuk belajar lebih baik.

Paper Elizabeth Pisani ini menuai berbagai reaksi dari masyarakat Indonesia. Ada yang setuju dengan pendapatnya, dan ada yang tidak.

Ada yang merasa tersinggung, dan ada yang merasa terinspirasi. Ada yang menganggapnya sebagai kritik yang konstruktif, dan ada yang menganggapnya sebagai hinaan yang tidak berdasar.

Namun, yang terpenting adalah, apakah artikel ini mampu membuka mata dan hati anak-anak Indonesia, untuk lebih peduli dan berusaha meningkatkan kualitas pendidikan mereka? Apakah paper tersebut mampu memicu perubahan yang positif bagi pendidikan di Indonesia?

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel