Membayangkan dunia sepakbola di era 2000-an barangkali lebih semarak ketimbang satu dekade belakangan. Dekade di awal milenium ke-dua itu tidak ditandai dua manusia setengah dewa di dunia sepakbola: Ronaldo dan Messi. Kedua pemain tersebut berebut banyak gelar individu maupun tim, dan sepakbola jadi agak membosankan.
Dalam 20 tahun terakhir, Ronaldo dan Messi memborong 11 gelar pemain Ballon D’Or, gelar individu paling bergengsi bagi pemain sepakbola. Separuh lebih gelar itu diperoleh mereka berdua. Rinciannya, 5 untuk Ronaldo dan 6 untuk Messi. Dominasi keduanya serasa membuat pemain lain jadi figuran dalam ajang tahunan tersebut.
Sejak 2008 hingga kini, hanya terselip nama Luka Modric di antara dominasi Ronaldo dan Messi. Modric memenanginya pada 2018 setelah mengantarkan Kroasia menempati peringkat ke-dua Piala Dunia 2018 dan gelar Liga Champions Eropa 2018.
Skor Ballon D’Or 5-5 untuk Ronaldo dan Messi bertahan untuk sementara ketika Modric memenanginya tahun 2018 lalu. Tahun berikutnya Messi kembali memenanginya, dan saat ini Messi sedang unggul dari Ronaldo. Rivalitas di antara keduanya bisa segera berakhir mengingat, untuk seorang atlet sepakbola, usia mereka kian senja.
Konon, Ronaldo adalah buah dari kerja keras yang ia tekuni bertahun-tahun. Sementara Messi merupakan bakat alami sepakbola. Pendapat semacam ini tentu mengecilkan arti bakat dan kerja keras yang mereka berdua miliki. Seolah Ronaldo tidak begitu berbakat dan Messi tidak perlu mengeluarkan banyak keringat.
Meski barang sejenak perdebatan mengenai siapa yang lebih baik di antara Ronaldo dan Messi perlu dihentikan. Penikmat sepakbola perlu menengok catatan spesial yang baru-baru ini ditorehkan Ronaldo. Ia menorehkan catatan emas lain dalam karirnya: mencetak 101 gol untuk tim nasional Portugal. Gelar sebagai pencetak gol terbanyak bagi Portugal sudah sejak lama ia sandang. Tapi di usia yang tidak lagi muda, 101 gol untuk tim nasional adalah hal yang luar biasa.
Dalam pertandingan melawan Swedia di ajang liga Eropa untuk tim nasional (9/9), Ronaldo berbekal 99 gol. Satu gol saja cukup membuatnya menembus catatan 100 gol untuk tim nasional. Malam itu ia mencetak dua dan memberi kemengan 2-0 untuk Portugal.
Nama Ronaldo agaknya adalah fenomena tersendiri dalam jagat sepakbola. Setidaknya, sejak tahun 2000, ada dua Ronaldo lain yang pernah menggemparkan dunia sepakbola. Tanpa mengecilkan Ronaldo-Ronaldo lain, ketiga Ronaldo dalam tulisan ini punya sesuatu yang serupa: dihormati oleh pendukung klub lawan.
Baca Juga: Mengapa Posisi Kiper di Rusia Ikonik Banget?
Cristiano Ronaldo
Ronaldo pertama adalah Cristiano Ronaldo, pemain yang baru saja mencatatkan namanya di antara segelintir pemain yang menembus angka 100 gol untuk tim nasional. Cristiano hanya terpaut delapan gol dari Ali Daei sebagai pemain dengan gol terbanyak untuk tim nasional. Jika ia berhasil mencetak Sembilan gol lagi, ia resmi memecahkan rekor baru.
CR7 memang pemain dengan ambisi juara. Ia menggembleng tubuhnya sedemikian rupa sehingga tetap jatmika di usia 35 tahun. Ia ingin dikenang sebagai yang terbaik dalam sejarah sepakbola.
Kepindahannya dari Manchester United ke Real Madrid sempat membuatnya menjadi pemain dengan transfer termahal se-dunia. Waktu itu, Real mesti mengeluarkan dana sebesar 80 juta Poundsterling untuk memboyong Ronaldo.
Jumlah ini tidak mengherankan mengingat Real berambisi membangun tim penuh pemain bintang. Kedatangan Ronaldo menandai hadirnya Los Galacticos jilid 2. Setelahnya, sederet nama tenar juga berhasil didapatkan oleh Real, misalnya Kaka, Benzema, hingga Gareth Bale.
Ongkos yang dikeluarkan Real jelas sepadan dengan sumbangsih Ronaldo untuk Real. Tim itu mengakhiri tahun-tahun dahaga gelar Liga Champions pada 2014 atau lima tahun setelah Ronaldo bergabung. Real membawa pulang trofi ke sepuluhnya di ajang antar klub paling bergengsi se-Eropa tersebut. Total, selama sembilan tahun di Real, Ronaldo menyumbang empat gelar Liga Champions, termasuk tiga gelar berturut-turut selama 2016 hingga 2018.
Ronaldo dan Real Madrid adalah raja Liga Champions. Real adalah klub paling sukses dengan 13 gelar, sementara Ronaldo ialah pencetak gol terbanyak sepanjang masa di turnamen ini. Kisah sukses ini rupanya sulit untuk diulang di waktu yang akan datang. Setelah membawa Real merengkuh gelar ke-13 Liga Champions dan untuk tiga kali beruntun, Ronaldo meninggalkan Real untuk Juventus.
Pendukung Juventus mungkin merasa paling beruntung setelah Ronaldo bergabung dengan Juventus. Mereka tentu masih ingat bagaimana tendangan salto akrobatik Ronaldo membuat mereka mesti memberi aplaus untuk pemain tim lawan. Di Juve, Ronaldo baru dua kali memenangi liga Italia.
Baca Juga: Saya Memilih Jadi Suporter yang Biasa Saja
Ronaldo Lima
Manchester United memenangi laga perempat final Liga Champions kontra Real Madrid dengan skor 4-3 23 April 2003 lalu. Kendati menang dalam laga tersebut, United tetap tersingkir dari turnamen setelah kalah agregat 5-6. Satu pemain Real Madrid berhasil menyedot atensi publik Old Trafford. Pemain beruntung dalam laga di Theatre of Dreams (julukan Old Trafford) tersebut adalah Ronaldo Lima.
Beruntung mungkin istilah yang kurang tepat untuk menyebut penampilan Ronaldo malam itu. Pemain yang akrab dengan nomor punggung sembilan itu tiga kali mencetak gol, dan saya yakin semua gol itu bukan keberuntungan belaka. Jika hanya dengan bermodal keberuntungan, Ronaldo tak mungkin dijuluki il fenomeno atau ia yang fenomenal.
Pendukung United jelas senewen karena tim pujaannya tersingkir. Sekalipun kalah, malam itu barangkali adalah malam yang mengesankan dalam sejarah mereka. Pendukung United mau tidak mau memberi Ronaldo aplaus ketika ia digantikan pemain lain.
Laga malam itu juga dihadiri oleh miliarder Rusia Roman Abramovich. Pertandingan itu yang konon menginspirasi Abramovich membeli sebuah klub sepakbola di Inggris. Musim panas itu, ia membeli Chelsea, dan sedikit banyak sepakbola Inggris turut berubah dengan sokongan cuan sang miliarder untuk klub barunya.
Ronaldo plontos ini adalah Ronaldo kuncung yang yang tampil gemilang di Piala Dunia 2002. Ia berhasil membawa Brazil memenangi piala paling bergengsi di dunia sepakbola itu untuk kali ke-lima. Sederet prestasi lain juga diraih Ronaldo, di antaranya 2 Ballon D’Or dan pencetak gol terbanyak dalam ajang Piala Dunia 2002.
Tanpa cedera parah yang menimpa lututnya, dan gaya hidupnya yang awut-awutan Ronaldo kuncung punya potensi menggegerkan dunia sepakbola.
Baca Juga: Berharap Rafi Ahmad Mendirikan Klup Sepak Bola
Ronaldinho
Sekalipun nama punggung di kostumnya adalah Ronaldinho, pemain ini bernama asli Ronaldo Assis Moreira. Ronaldinho adalah nama julukannya yang berarti Ronaldo kecil. Julukan ini ia peroleh karena ia kerap menjadi pemain termuda di timnya. Ia tidak keberatan untuk tetap menggunakan nama ini mengingat ia menghormati Ronaldo Lima yang memang lebih tua darinya.
Dalam sebuah pertandingan, tim masa kecil Ronaldinho memenangi laga dengan skor 23-0, dan ia mencetak semua gol tersebut. Media-media mulai menganggapnya sebagai calon bintang sepakbola bagi Brazil. Sejarah membuktikan Ronaldinho kemudian bukan hanya sekedar bintang, ia telah menjadi legenda sepakbola.
Pada 2002, Ronaldinho turut membawa Brazil menjuarai Piala Dunia untuk kali ke-lima. Saat itu, ia masih membela Paris Saint Germain (PSG) klub asal Prancis. Bakat besarnya tidak lagi bisa ditampung PSG yang waktu itu bukan tim paling kuat di Prancis. Barcelona memboyong Ronaldinho ke Nou Camp pada 2003 dengan kontrak selama lima tahun.
Di Barcelona, ia meraih lima trofi. Termasuk trofi Liga Champions dan Liga Spanyol pada 2005. Dua gelar tersebut mengantarnya pada ganjaran pemain terbaik dunia di tahun yang sama.
Ronaldinho barangkali adalah pemain Barcelona yang paling dihormati oleh pendukung Real Madrid. Dua rival abadi tersebut bertemu pada laga el-clasico November 2005. Barcelona mempermalukan Real di kandangnya sendiri dengan skor 3-0. Dua gol di antaranya disumbang Ronaldinho dengan cara yang nyaris serupa.
Ronaldinho menggiring bola melewati bek Real Sergio Ramos seolah Ramos hanyalah pemain amatir belaka. Setelahnya, ia berhadapan dengan kiper Iker Casillas dan menendang bola ke arah yang sulit dijangkau oleh Casillas. Tahu gawangnya bobol dua kali dengan cara menakjubkan, Casillas memasang senyum getir. Dua gol indah itu membuat publik Bernabeu memberinya standing ovation, dan sisanya adalah sejarah.
Selain terkenal karena kemampuannya yang aduhai dalam memainkan bola, ia dikenal karena ia murah senyum. Sepakbola tampak betul-betul ia nikmati. Senyumnya teduh dan membahagiakan. Tahun ini rupanya tahun yang sial bagi Ronaldinho. Ia sempat mendekam di penjara di Uruguay karena pemalsuan paspor. Di sana ia masih bermain sepakbola, dan tetap tersenyum. Setelah keluar dari penjara, kita boleh berharap ia masih berkenan sekadar memasang senyum di wajah penikmat sepakbola.