Digital Immigrant: Generasi ‘Senior’ yang Baru Terpapar Digitalisasi

Digital Immigrant: Generasi ‘Senior’ yang Baru Terpapar Digitalisasi

digital immigrant

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Dalam era perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, dunia digital terus berkembang dengan dampak yang signifikan. Perkembangan ini mengarah pada pembagian masyarakat berdasarkan rentang kelahiran dan usia. Salah satu kategori yang muncul sebagai hasil dari perkembangan digital ini adalah digital immigrant.

Kelompok yang termasuk dalam kategori digital immigrant adalah mereka yang lahir sebelum tahun 1980, seperti generasi X dan baby boomers. Generasi ini menghadapi tantangan untuk beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir.

Contohnya, pada masa lalu, baik generasi baby boomers maupun generasi X menggunakan telepon genggam dengan model tuts untuk berkomunikasi. Namun, di era sekarang, mereka “terpaksa” belajar menggunakan smartphone karena handphone model lama sudah mulai menghilang dari pasaran.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan digital immigrant, dan apa perbedaannya dengan digital native? Artikel ini akan membantumu untuk mengupas tentang konsep ini. So, let’s check this out!

Pengertian Digital Immigrant Menurut Ahli

Digital Immigrant adalah istilah yang merujuk kepada individu dalam dunia digital yang lahir dan tumbuh sebelum era digitalisasi muncul.

Meskipun sering dikaitkan dengan generasi X, konsep ini juga mencakup generasi-generasi yang lebih tua. Generasi X dan kelompok yang lebih senior yang mengalami masa pertumbuhan tanpa kehadiran internet dan komputasi. Oleh karena itu, mereka membutuhkan usaha ekstra untuk beradaptasi dengan bahasa dan praktik teknologi digital yang baru.

digital immigrant
Pexels: Andrea Piacquadio

Berbeda dengan digital native yang tumbuh tanpa mengenal dunia tanpa internet dan perangkat pintar lainnya, imigran digital harus menjalani proses adaptasi terlebih dahulu. Istilah digital native dan digital immigrant diperkenalkan pada tahun 2001 oleh Marc Prensky. Secara umum, individu yang lahir sebelum tahun 1985 dapat dianggap sebagai bagian dari populasi digital immigrant.

Untuk memahami dan mengadopsi teknologi, digital immigrant perlu melakukan upaya adaptasi, berbeda dengan digital native yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan evolusi teknologi.

Sejarah Digital Immigrant

Istilah ini muncul sebagai respons terhadap tantangan dalam bidang pendidikan, terutama terkait metode dan konsep pembelajaran yang dianggap kuno dan tidak relevan dengan perkembangan zaman. Setiap guru merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan generasi baru karena kesenjangan teknologi yang terjadi.

Di sisi lain, siswa yang merupakan penduduk asli dunia digital sudah terbiasa menggunakan bahasa dan teknologi yang berbeda dengan para guru mereka. Kesenjangan ini merupakan dampak dari perubahan cara guru berinteraksi dengan siswa, sehingga siswa merasa kurang terhubung dengan media belajar dan metode yang disampaikan oleh para guru di era digital ini.

digital immigrant
Pexels: Andrea Piacquadio

Namun, ide ini tidak datang tanpa kontroversi. Tantangan utamanya adalah munculnya kesenjangan antara dua generasi yang memiliki pengalaman berbeda dalam menggunakan teknologi.

Penting untuk dicatat bahwa istilah ini tidak mempertimbangkan mereka yang dapat beradaptasi dengan teknologi digital dengan lancar. Selain itu, digital immigrant juga tidak memperhitungkan populasi anak-anak yang tidak memiliki akses ke internet atau teknologi umum lainnya.

Ciri-Ciri Digital Immigrant

Kelompok digital immigrant mungkin merasa asing dengan dunia teknologi karena mereka tidak dibesarkan dalam era digitalisasi. Namun, bukan berarti mereka disebut buta teknologi; mereka bisa mengenal dan bahkan memanfaatkan teknologi jika mampu beradaptasi dengan baik.

digital immigrant
Pexels: SHVETS production

Mereka lebih cenderung berkomunikasi via telepon atau secara langsung dan lebih menyukai saluran komunikasi formal seperti email, telepon, atau pertemuan tatap muka. Pemahaman terhadap bahasa gaul dan istilah terkenal di internet juga mungkin kurang dimiliki oleh kelompok ini.

Dalam dunia kerja, digital immigrant memiliki karakteristik yang berbeda, di antaranya:

Menghindari Penggunaan Teknologi Modern

Mereka yang termasuk dalam kelompok ini adalah orang tua yang sudah lanjut usia dan sulit bahkan tidak mampu menggunakan teknologi modern. Seiring bertambahnya usia, tingkat pemahaman mereka terhadap teknologi juga cenderung melemah, membuat mereka sulit beradaptasi dengan teknologi modern.

Enggan Menggunakan Teknologi

Dalam kategori ini, mereka mungkin menggunakan teknologi dengan terpaksa, tetapi lebih memilih penggunaan hard copy karena kurang percaya pada sumber daya elektronik. Mereka cenderung enggan mengadopsi teknologi digital, meskipun mereka bisa mengenalinya.

Semangat Beradaptasi dengan Teknologi

digital immigrant
Pexels: Andrea Piacquadio

Sebagian digital immigrant memiliki semangat untuk terlibat dalam forum diskusi online melalui media sosial, membuat konten online, dan aktif secara daring. Mereka bisa menemukan teknologi menarik, memiliki smartphone, dan memahami budaya digital.

Inovator yang Bekerja dengan Teknologi

Digital immigrant dalam kategori ini adalah individu yang bekerja sebagai teknisi, programmer, pengembang game, dan sejenisnya. Mereka menciptakan aplikasi, membangun situs web, dan berpartisipasi dalam fungsi kreasi lainnya, menjadi inovator yang mengembangkan teknologi meskipun tidak dibesarkan dengan teknologi digital sejak lahir.

Selain ada istilah digital native, istilah digital immigrant juga harus kita ketahui karena kelompok ini rata-rata sudah menjadi orang tua atau bahkan lanjut usia.

Sebagai generasi digital native, kita juga bisa mengajarkan teknologi ke digital immigrant secara perlahan kok. Kalau mereka lamban menerima ilmu digitalisasi, jangan sampai punya emosi setebal tisu, yaa!

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel