Bingung antara Lanjut S2 atau Mencari Kerja? Perhatikan 4 Hal Penting Berikut

Bingung antara Lanjut S2 atau Mencari Kerja? Perhatikan 4 Hal Penting Berikut

S2

DAFTAR ISI

Sebaiknya langsung S2  atau kerja dulu ya? Ini adalah dua dari sekian banyak pilihan yang tersedia di hadapan para sarjana. Kalau kamu, pilih yang mana?

Membuat keputusan tentang melanjutkan pendidikan atau mencari kerja, bukan tentang mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi setiap orang tentu punya andil penuh untuk menentukan perjalanan karir masing-masing.

Lebih dari sekadar pilihan hitam putih, ini justru tentang apa yang lebih kamu butuhkan dan mana yang lebih mungkin untuk dilakukan. Untuk membantumu memahami persoalan dan mengambil keputusan, yuk simak beberapa poin penting di bawah ini.

1. Menentukan tujuan S2

Sebelum memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mencari kerja, kamu harus punya jawaban yang sangat jelas dari pertanyaan ‘WHY’.  Kenapa pilih S2 dan untuk apa lanjut S2?

Tujuan akan menentukan arah dari apa yang sedang kita upayakan. Ketika belum mampu menjelaskan dan merinci tujuan, kemungkinan kita akan kesulitan melampaui hambatan yang ada di tengah jalan dan cenderung mudah teralihkan (tidak fokus). Ini berisiko membuat kita semakin lama mencapai tujuan atau bahkan berhenti, menyerah di tengah jalan.

Dengan kata lain, tujuan harus kita tetapkan di awal  agar sewaktu-waktu kita menghadapi kesulitan, ia bisa menjadi pengingat dan penguat untuk bertahan dan terus berjalan.

2. Hati-hati dengan persepsi

Ada banyak alasan kenapa lulusan S1 menghadapi dilema antara langsung S2 atau mencari kerja. Salah satunya adalah ketatnya persaingan di dunia kerja.

Setidaknya ada dua kebimbangan ketika seseorang hendak melanjutkan studi magister. Pertama, mereka yang menilai bahwa dengan lanjut kuliah S2 bisa lebih dekat dekat dengan pekerjaan impian. Atau, justru dihantui pertanyaan apakah lulusan S2 susah mencari kerja.

Faktanya, gelar master bukan jaminan kamu akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Tak jarang bahkan mereka yang lulusan SMK juga memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga kita perlu hati-hati dengan persepsi kita sendiri.

Kandidat lulusan S2 biasanya diperlukan untuk menempati posisi di level manajerial. Kendati demikian, akan tetap terjadi persaingan yang ketat dengan sesama lulusan S2 untuk bisa mendapatkannya. Sehingga, harus diingat pula bahwa S2 tanpa pengalaman kerja juga bukan pilihan yang bijak.

Sementara itu, ada yang berkeyakinan melanjutkan S2 karena ingin menuntut ilmu, ingin belajar. Jangan lupa bahwa bekerja juga bisa menjadi tempat belajar.

Jika kamu mencari kerja kemudian diterima, kamu bisa belajar langsung dari realita yang kamu temui di lapangan. Bukan hanya itu, kamu juga bisa mendapat kesempatan untuk belajar langsung dari atasan atau rekan.

Jadi, berhati-hatilah dengan pikiranmu sendiri. Cobalah untuk memandang lebih jauh dan lebih luas konsekuensi dari pilihan-pilihan yang akan kamu jalani. Ingat, S2 adalah pilihan, bukan pelarian.

3. Perhatikan situasi

Sebagai contoh, apakah kamu adalah tulang punggung keluarga? Kalau iya, memilih diantara S2 dan mencari kerja mungkin jadi lebih rumit bagimu, dibandingkan dengan mereka yang hidup cukup sejahtera. Di satu sisi ada impian yang ingin kamu kejar, di sisi lain ada keluarga yang membutuhkan peranmu untuk mencukupi kebutuhan ekonomi.

Kapan sebaiknya S2? Pada akhirnya kamulah yang paling memahami kehidupanmu. Keputusan ada di tanganmu. Setiap orang berhak menentukan jalan mana yang ingin ditempuh.

Setidaknya ada dua pilihan solusi untuk masalah ini, yaitu memprioritaskan bekerja lalu menunda S2 atau tetap melanjutkan S2 sambil bekerja untuk keluarga.

Kita bahas pilihan yang pertama. Menunda bukan berarti tidak jadi sama sekali. Ini hanya tentang kapan waktu yang tepat. Menunda apa yang kita inginkan demi memenuhi kebutuhan keluarga adalah sesuatu yang mulia, bukan?

Pilihan yang kedua, lanjut S2 sambil bekerja. Apakah ini mungkin untuk dilakukan? Tentu jawabannya adalah, tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup.

Selama ada kemauan, di situ ada jalan. Memang terdengar klise, tetapi kita tidak bisa mengingkari kenyataan bahwa di luar sana ada banyak contoh orang yang mampu melakukan hal-hal di luar perkiraan.

Bermodalkan keyakinan, keuletan, kesungguhan dan keterpaksaan, manusia tidak jarang justru mampu melakukan lebih dari apa yang bisa dia pikirkan. Kamu pasti pernah dengar istilah ‘The power of kepepet’ kan?

Meski demikian kamu sebaiknya tetap berusaha membuat perencanaan untuk mengurangi risiko dari hal-hal yang tidak kita inginkan.

4. Bagaimana dengan sumber daya?

Sudah bukan rahasia lagi bahwa menempuh pendidikan di jenjang S2 memerlukan biaya dan usaha yang lebih besar dari sebelumya. Sudah yakinkah bahwa dirimu ingin kuliah lagi? Sudah siapkah dengan tuntutan akademik yang lebih tinggi?

Siapa yang akan menanggung biaya kuliah itu? Jika kamu ingin S2 dengan beasiswa, sudah sesuaikah kemampuanmu dengan persyaratan yang mereka punya?

Jika di jenjang S1 mahasiswa lebih banyak dijejali dengan teori dan didorong untuk menggunakannya mengenali dan memahami masalah. Di jenjang S2 kamu dituntut untuk menjadi pemecah masalah. Jelas, itu bukan perkara mudah. Maka siapkan dirimu untuk menjadi pejuang yang kreatif dan tangguh. Jangan sampai waktu dan biaya yang akan dialokasikan menjadi sia-sia hanya karena kamu sekedar coba-coba.

Beda kepala pasti beda juga pertimbangan yang dipikirkan di dalamnya. Pada akhirnya ini adalah hidupmu. Kamu adalah orang yang paling tahu tentang dirimu dan kebutuhanmu. Kamu yang memutuskan kamu pula yang akan menjalankan. Semoga  empat poin di atas bisa memberi insight untuk mengurangi kegalauan menentukan pilihan. Semangat kawan!

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel