Sediksi.com – Hasil penelitian terbaru menunjukkan bagaimana efek dari polusi udara terhadap perempuan yang memasuki masa pascamenopause (berhenti haid). Ditemukan bahwa mereka yang hidup di area dengan tingkat polusi tinggi mengalami pengeroposan tulang atau osteoporosis dua kali lebih cepat.
Penelitian ini sendiri merupakan temuan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan sekelompok peneliti dari beberapa universitas di Amerika Serikat. Mereka mencoba melihat kaitan antara tingkat polusi udara dengan kasus patah tulang yang dialami lebih dari 9 juta orang di bagian timur AS.
Para peneliti menemukan bahwa meningkatnya tingkat polusi udara terkait dengan peningkatan sebanyak 8 persen kasus patah tulang yang ditangani pihak rumah sakit.
Kemudian, penelitian terbaru yang dilakukan oleh kelompok peneliti yang sama ini mencoba melihat bagaimana dampak polusi udara terhadap perempuan pascamenopause.
Baca Juga: Lebih dari 170 Triliun Partikel Plastik Mengapung di Lautan, Polusi Plastik Butuh Solusi Mendesak
Dikutip dari The Guardian, penelitian dilakukan melalui proses scan tulang terhadap lebih dari 9 ribu perempuan yang tinggal di empat wilayah AS yang berbeda. Setiap sampel discan sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 6 tahun, kemudian dilihat kaitannya dengan jenis udara yang mereka hirup.
Di dalam artikel penelitian tersebut diperlihatkan bagaimana perempuan lebih rawan serta cenderung lebih cepat terkena osteoporosis ketimbang laki-laki. Peningkatan kerusakan tulang pada perempuan rata-rata dimulai ketika memasuki masa menopause (45-55 tahun), sementara pada laki-laki baru dimulai ketika memasuki usia 75 tahun.
Di AS sendiri, dari sekitar 10 juta penderita osteoporosis, 80 persennya adalah perempuan, di mana perempuan pascamenopause berada pada tingkat kerawanan tinggi. Satu dari dua perempuan berusia di atas 50 tahun mengalami patah tulang akibat osteoporosis.
Dalam kaitannya dengan polusi udara, para peneliti menemukan bahwa paparan polusi udara dalam waktu yang lama dapat mengikis kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density).
Dengan semakin bertambahnya usia, hal ini dapat berujung pada peningkatan resiko patah tulang. Area yang paling rawan mengalami kerusakan akibat polusi udara ialah tulang belakang lumbar.
Hasil temuan memperlihatkan bagaimana kandungan nitrogen oksida (NOx) pada udara tercemar dapat sangat berpengaruh pada kerusakan tulang serta resiko osteoporosis.
Paparan polusi udara ini dapat memicu kerusakan oksidatif (oxidative damage), yang pada gilirannya dapat menyebabkan matinya sel tubuh.
Salah satu peneliti studi ini, Dr. Diddier Prada, mengungkapkan bahwa perempuan yang memasuki pascamenopause rentan mengalami kerusakan tulang serta pengikisan kepadatan mineral tulang yang mana disebabkan tidak hanya oleh berkurangnya estrogen, tetapi juga oleh polusi udara.
Lebih lanjut ia berharap adanya tindak lanjut yang dilakukan untuk mengurangi polusi udara demi melindungi kesehatan publik.
Sementara itu, Dr. Richard Abel dari fakultas kedokteran Imperial College London menunjukkan kekhawatirannya atas temuan ini.
“Temuan ini mengkhawatirkan sebab kepadatan mineral tulang yang rendah merupakan faktor terbesar penyebab patah tulang panggul, yang mana telah membunuh sekitar 1 dari 3 orang serta menyebabkan kelumpuhan terhadap 1 dari 3 orang.”