Profil 3 Sosok Pembicara di Film Dirty Vote

Profil 3 Sosok Pembicara di Film Dirty Vote

Profil 3 Sosok Pembicara di Film Dirty Voice

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Menjelang pencoblosan Pemilu 2024, jagad dunia maya diramaikan dengan hadirnya film Dirty Vote garapan sutradara Dandhy Dwi Laksono yang diproduksi oleh WatchDoc. Film dokumenter yang mengungkap berbagai praktik kecurangan dan manipulasi dalam pemilu 2024 itu tayang pada Minggu, (11/1) kemarin.

Film ini menampilkan tiga ahli hukum tata negara yang memberikan analisis dan kritik terhadap sistem demokrasi saat Pemilu 2024. Mereka adalah Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari. Siapa sajakah mereka dan apa latar belakang mereka? Mari, mengenal ketiga sosok pembicara di film Dirty Vote.

Zainal Arifin Mochtar

Zainal Arifin Mochtar menjadi orang pertama yang muncul dalam film Dirty Vote. Ia adalah seorang akademisi dan peneliti hukum tata negara serta aktivis antikorupsi. Lahir di Makassar pada 8 Desember 1978, ia menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2003.

Kemudian ia melanjutkan studi master hukum di Northwestern University, Amerika Serikat, pada tahun 2006. Ia juga meraih gelar doktor di bidang ilmu hukum dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2012.

Ia juga merupakan Ketua Departemen Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan Direktur Pusat Kajian Anti-Korupsi (Pukat) FH UGM. Dirinya dikenal sebagai salah satu akademisi yang vokal dan kritis terhadap pemerintah, terutama dalam hal korupsi dan oligarki.

Dirinya juga terlibat dalam berbagai kegiatan advokasi dan reformasi hukum, seperti penyusunan UU Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, pengawasan pungutan liar, dan penyelesaian pelanggaran HAM.

Dalam film Dirty Vote, Zainal Arifin Mochtar menyoroti berbagai masalah yang terjadi dalam pemilu 2024, seperti penyalahgunaan kekuasaan, politisasi birokrasi, intervensi kepentingan bisnis, dan pengabaian hak konstitusional rakyat. Tak lupa, ia juga memberikan saran dan solusi untuk memperbaiki sistem pemilu agar lebih demokratis, transparan, dan akuntabel.

Bivitri Susanti

Bivitri Susanti menjadi satu-satunya perempuan yang muncul dalam film Dirty Vote. Ia sendiri merupakan pengajar dan pakar hukum tata negara yang juga menjadi  salah satu pendiri Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK).

Wanita yang lahir di Jakarta pada 5 Oktober 1974 ini menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di Universitas Indonesia pada tahun 1999. Setahun sebelumnya, ia bersama sejumlah kolega mendirikan PSHK, sebuah lembaga yang bergerak di bidang penelitian, advokasi, dan pendidikan hukum dan kebijakan.

Pada tahun 2002, ia mendapatkan gelar Master of Laws dari Universitas Warwick, Inggris, dengan beasiswa The British Chevening Award. Ia juga menempuh pendidikan master hukum lainnya di University of Washington School of Law, Amerika Serikat.

Bivitri Susanti memiliki pengalaman luas dalam bidang hukum, HAM, kebijakan, antikorupsi, hak konstitusi, advokasi, politik, pembaruan hukum, dan pengadilan. Selain itu, ia pernah menjadi research fellow di Harvard Kennedy School of Government (2013-2014), visiting fellow di Australian National University School of Regulation and Global Governance (2016), serta visiting professor di University of Tokyo, Jepang (2018).

Dirinya  juga pernah mendapatkan sejumlah penghargaan, seperti Anugerah Konstitusi M. Yamin dari Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas dan Pemikir Muda Hukum Tata Negara dari Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara (APHTN-HAN).

Dalam film Dirty Vote, Bivitri Susanti mengulas berbagai aspek hukum dan konstitusi yang terkait dengan pemilu 2024, seperti sistem pemilu, peran lembaga negara, hak pilih, partisipasi politik, dan keseimbangan kekuasaan. Ia turut memberikan pandangan dan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pemilu agar lebih adil, berintegritas, dan partisipatif.

Feri Amsari

Pria lainnya yang juga muncul dalam film Dirty Vote yaitu Feri Amsari. Ia adalah seorang aktivis hukum dan akademisi Indonesia. Lahir di Padang pada 2 Oktober 1980, dirinya menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di Universitas Andalas pada tahun 2004. Kemudian ia melanjutkan studi magister hukum di kampus yang sama pada tahun 2008. Ia juga meraih gelar Master of Laws dari William & Mary Law School, Amerika Serikat.

Sebagai seorang pengajar di Fakultas Hukum Universitas Andalas, ia juga merupakan peneliti senior dan mantan Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas sejak 2017 hingga 2023.

Juga sebagai salah satu aktivis hukum yang berdedikasi dan berpengaruh di Indonesia, ia pernah terlibat dalam berbagai gerakan dan inisiatif untuk memperjuangkan hak-hak rakyat, seperti reformasi hukum, antikorupsi, demokrasi, dan HAM.

Di film Dirty Vote, Feri Amsari menyoroti berbagai fenomena politik dan hukum yang terjadi dalam pemilu 2024, seperti politik dinasti, politik uang, politik identitas, politik kekerasan, dan politik oligarki. Ia juga memberikan gagasan dan alternatif untuk mengubah pola politik agar lebih bersih, sehat, dan bermartabat.

Itulah, ketiga sosok pembicara di film Dirty Vote. Lewat ketiganya, masyarakat jadi mengerti tentang berbagai kecurangan yang sebenarnya masih terjadi yang mungkin saja tidak kita sadari.

Film ini juga memberikan inspirasi dan motivasi bagi kita untuk tidak diam dan apatis, tetapi berani bersuara juga beraksi untuk memperbaiki sistem pemilu yang ada. Film ini juga mengajak kita untuk menghargai dan memanfaatkan hak pilih kita dengan bijak dan bertanggung jawab.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel