Terlanjur Menjadi Budak Korporat, Harus Apa?

Terlanjur Menjadi Budak Korporat, Harus Apa?

employee-fatigue-business-productivity

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Entah kalian menikmati menjadi budak korporat apalagi tidak, seharusnya kalian segera mencari solusi untuk mengatasi masalah ini.

Menjadi budak korporat bisa menjadi masalah serius jika berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Bisa jadi dampaknya terasa secara instan, dalam waktu dekat, atau ketika sedang dalam usia produktif, tapi juga bisa nanti setelah pensiun.

Punya kecenderungan berdampak negatif, apa yang bisa dilakukan jika mendapati kalian adalah budak korporat itu sendiri?

Artikel ini akan mencoba memberikan kalian alternatif atau solusi untuk yang ingin keluar dari title ‘budak korporat’.

Hapus mentalitas korban, kalianlah solusinya

Budak korporat memang sebutan yang dipopulerkan oleh generasi z dan milenal, tapi praktik semacam ini berlangsung sejak lama. Dan sekalipun sudah berlangsung sejak lama, bukan berarti bisa dinormalisasi. 

Sebagai karyawan yang terikat dengan kontrak kerja, kita memang tidak punya pilihan lain selain mematuhinya. 

Tapi ketika perusahaan membuat kalian menjadi ‘sapi perah’, sebutan harfiah untuk budak korporat yang istilahnya berasal dari negara Jepang, kalian tetap bisa melawan.

Kalian tetap bisa bekerja sambil menegaskan kepada perusahaan untuk menerapkan work-life balance. Dengan menegaskan hal ini, kalian menolak memelihara mentalitas korban atau victim mentality yang hanya akan memperburuk kondisi kalian. 

Bahwa tentu saja akan selalu ada pihak yang ingin memanfaatkan dan mengeksploitasi kalian. Tapi mereka bisa terus melakukan hal tersebut jika kalian juga patuh-patuh saja. 

Sebenarnya, tidak seorang pun bisa menghentikan kalian untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan lain.

Kenapa sih sampai bisa sepatuh itu dengan atasan atau nampak setia dengan pekerjaan?

Pada dasarnya, alasannya terletak pada ketakutan.

Ketakutan untuk kehilangan pekerjaan sedangkan mencari pekerjaan baru di tidak semakin mudah dari waktu ke waktu. 

Sehingga tidak ada pilihan lain selain melakukan apa yang dituntut dari pekerjaan demi mempertahankan, pekerjaan.

Ketakutan lainnya adalah keluar dari rutinitas yang nyaman. Banyak orang mengharapkan rutinitas karena dengan begitu, mereka mendapatkan kepastian. Dengan mendapat kepastian, mereka akan merasa lebih nyaman dan aman

Maka, bisa dibilang semua ini berakar pada keinginan untuk hidup nyaman dan aman. 

Dan keluar dari rutinitas sama dengan mengganggu kenyamanan karena kalian jadi dihadapkan pada ritme yang sulit untuk diprediksi. 

Karena tidak bisa diprediksi, kalian mengira akan ada lebih banyak hal yang perlu dilakukan. Dan kalian tidak ingin menjalani jalan yang tidak bisa diprediksi ini.

Hidup ini hanya sementara

Semua juga sudah tahu soal ini, tapi hanya sebatas secara intelektual atau dalam pikiran karena begitulah narasi yang selama ini disebarkan. 

Namun secara emosional, setiap orang berpikir bahwa mereka akan hidup selamanya.

Dengan membayangkan kemungkinan untuk hidup selamanya, mereka pun memutuskan untuk lanjut bertahan sebagai budak korporat sambil meyakinkan diri sendiri, “aku akan memperbaiki ini kemudian.”

Tentu saja kita semua harus bertahan, termasuk di kondisi sulit. 

Namun dalam kasus budak korporat, hati mereka mengatakan mereka berada di neraka. Tapi otak dengan keras kepalanya masih meyakinkan, “aku tidak apa-apa.”

Masalahnya “kemudian” yang didambakan itu tidak segera datang dan akhirnya hanya menjadi khayalan. 

Tugas kalian jika terjebak menjadi budak korporat adalah harus sadar akan dinamika di tempat kerja yang seperti ini. 

Berhenti menyalahkan pihak lain, sadari rasa takut kalian, kenali kelemahan kalian. Dan akui bahwa kalian punya waktu lebih sedikit dari yang kalian bayangkan.

Perbaiki kualitas pekerjaan

Setelah mengubah cara berpikir tentang budak korporat, kalian juga harus bertindak untuk mewujudkan lingkungan kerja untuk diri sendiri yang lebih baik.

Berbicara tentang memperbaiki kualitas pekerjaan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan:

  • Lingkungan kerja
  • Kinerja pribadi
  • Hubungan dengan orang kantor

Untuk mewujudkannya, diperlukan strategi yang tepat dan berikut ini beberapa yang bisa kalian lakukan.

  1. Menetapkan boundary
  2. Ketika mendiskusikan boundary dengan pihak lain, bisa jadi tidak mudah. Sehingga kalian juga perlu bersabar
  3. Jadilah karyawan yang biasa-biasa saja
  4. Mulai belajar keterampilan baru
  5. Bangun atau temukan komunitas atau organisasi yang bisa menginspirasi dan memotivasi kalian
  6. Atasi ketakutan akan dipecat
  7. Memaksimalkan hari libur

Itu dia beberapa hal yang perlu diketahui jika ingin menyelamatkan diri dari genggaman sebagai budak korporat. 

Memang sulit karena pada dasarnya, untuk bisa bertahan hidup di zaman sekarang, kita harus punya pekerjaan yang mapan.

Meski benar, bukan berarti kalian bisa menerima kondisi yang sudah cenderung negatif itu terlalu lama. Lakukan perubahan untuk diri kalian dari sekarang.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel