Sediksi – Memasuki puncak musim kemarau tahun 2023 di bulan September ini, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Jawa Timur semakin sering terjadi.
Sampai Selasa, 5 September 2023, Gunung Arjuno dan savana di kawasan Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dikabarkan mengalami karhutla.
Karhutla di wilayah Gunung Arjuno diperkirakan menghanguskan lahan hingga 3.910 hektare.
Titik api di Gunung Arjuno pertama muncul di daerah Budug Asu, Kecamatan Singosari.
Angin yang cukup kencang belakangan ini menyebabkan api menyebar dengan cepat sehingga kebakaran meluas sampai ke bagian Gunung Arjuno di daerah Prigen, Pasuruan, Mojokerto, dan Kota Batu.
Sedangkan savana kaldera di TNBTS yang terbakar sejak Jumat, 1 September 2023 akhirnya berhasil dipadamkan pada Senin, 4 September 2023.
Tim gabungan BPBD, TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Balai Besar TNBTS sempat terkendala wilayah lereng yang curam saat melakukan pemadaman api.
TNBTS kini sudah mulai dibuka untuk pengunjung sejak Selasa petang pekan ini, melalui jalur Wonokitri, Pasuruan dan View Point Gunung Penanjakan.
Petugas Balai Besar TNBTS berpesan kepada wisatawan untuk melapor jika menemukan titik api serta selalu berhati-hati dan menaati peraturan untuk mencegah kebakaran hutan.
Pengunjung diminta tidak membuang puntung rokok di lahan yang disinggahi dan memadamkan dengan benar api unggun yang telah digunakan.
Bukit Klotok di Kediri juga mengalami kebakaran awal pekan ini.
Namun, titik api dapat dipadamkan siang hari ini oleh petugas gabungan yang terdiri dari BPBD Kota Kediri, TNI, Polri, dan Perhutani.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPDB Jatim) mencatat ada sekitar 32 kasus karhutla di Jawa Timur terhitung sejak akhir Agustus hingga awal September ini.
Diantisipasi sejak bulan Mei
BPBD Jatim memprediksi tujuh titik rawan karhutla di Jatim.
Titik panas terbanyak diperkirakan berada di wilayah Situbondo yaitu sebanyak 33 titik.
Beberapa wilayah yang diantisipasi lainnya meliputi Pasuruan, Pamekasan, Kediri, Bojonegoro, Madiun, dan Jombang.
Mengutip Viva Jatim, Kepala Pelaksana BPBD Jatim Gatot Soebroto berpesan agar masyarakat berhati-hati dan tidak ceroboh selama berkativitas di alam untuk mencegah kejadian karhutla sepanjang kemarau ini.
Hindari membakar sampah sembarangan dan tidak membuka lahan dengan membakar.
Gatot berpesan kepada masyarakat yang berkemah agar tidak memasak menggunakan api unggun untuk mencegah potensi kebakaran hutan.
Untuk menangani karhutla di wilayah Jatim, BPBD menyiagakan helikopter untuk melakukan water bombing.
Selain melakukan operasi udara, petugas juga melakukan operasi darat dan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Karhutla di wilayah Indonesia
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan karhutla di Indonesia tahun 2023 per September telah mencapai 526 kasus.
Di puncak kemarau kali ini karhutla di Indonesia telah melonjak sampai 108,7 persen dibandingkan total kasus sepanjang tahun 2022.
Sampai saat ini ada enam provinsi yang menetapkan status tanggap darurat karhutla.
Enam provinsi tersebut antara lain, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
BNPB memperkirakan jumlah ini masih bisa bertambah sampai bulan Oktober-November mendatang, menjelang peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Dampak negatif karhutla
Selain rusaknya vegetasi di daerah yang terbakar, karhutla dapat membahayakan keselamatan jiwa manusia yang bermukim ataupun kebetulan berada di sekitarnya.
Sayangnya, penyebab karhutla bukan hanya karena faktor tunggal alam.
Seringkali karhutla terjadi akibat kelalaian manusia seperti tidak memadamkan api unggun dengan benar saat berkemah atau membuang puntung rokok sembarangan.
Bahkan faktor kesengajaan membakar lahan untuk membuka lahan pertanian baru juga menjadi salah satu penyebab karhutla.
Pembukaan lahan ini kerap kali terjadi di daerah Kalimantan dan Sumatera.
Selain api, asap akibat karhutla yang disengaja maupun tidak disengaja dapat berbahaya bagi masyarakat.
Selain menyebabkan warga yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bertambah, asap yang tebal juga berbahaya untuk pengendara karena membatasi jarak pandang saat mengemudi.
Asap, debu, dan kabut menjadi salah satu permasalahan pada musim kemarau akibat tidak turun hujan dalam waktu lama.
Sejauh ini penanganan terbaik karhutla adalah dengan mencegahnya sebelum terjadi.