Napoleon Complex, Mitos Orang Pendek Lebih Galak

Napoleon Complex, Mitos Orang Pendek Lebih Galak

main-qimg-b3538657838f4336a00a45e42f8a3d13-lq

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Napoleon Complex identik dikaitkan dengan orang-orang yang secara fisik tingginya di bawah rata-rata, tapi mempunyai sifat negatif yang tidak menyenangkan. Mereka cenderung lebih galak.

Sifat galak ini ditunjukkan dengan sikap yang terlalu agresif terhadap orang-orang di sekitarnya, cenderung ingin mendominasi, tidak mau kalah dari yang lain, dan akan melakukan berbagai cara agar dirinya terlihat hebat.

Semua ini dilakukan untuk menutupi aspek yang menurut dirinya dianggap sebagai kekurangan dan memengaruhi self-esteem atau disebut inferiority complex, yaitu tinggi badannya yang di bawah rata-rata. 

Apa itu Napoleon Complex?

Napoleon Complex sering diasosiasikan dengan orang yang merasa minder dengan tinggi badannya. Sehingga ia menutupi rasa minder tersebut dengar bersikap semena-mena terhadap orang lain agar terlihat hebat.

Baik secara verbal maupun fisik. Bisa jadi dengan merendahkan orang lain atau melakukan tindak kekerasan fisik.

Napoleon Complex ini juga mengacu pada orang yang secara terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih tinggi. 

Dengan terus membandingkan tinggi badan, lama-lama ia merasa frustasi dan marah ketika diingatkan oleh orang lain soal perawakan mereka yang pendek atau di bawah rata-rata.

Kekesalan dan amarah mereka ini bisa dalam bentuk verbal maupun fisik. 

Ketika hal ini terjadi lebih berulang kali, tidak menutup kemungkinan memunculkan gangguan kesehatan mental karena orang tersebut menjadi terlalu terobsesi dengan tinggi badannya. 

Kontroversi tentang Napoleon Complex

Melansir dari FHE Health, lembaga yang mengelola perawatan untuk pengidap gangguan perilaku atau Behavioral Health Disorders, Napoleon Complex bukanlah penyakit mental klinis atau gangguan kepribadian.

Karena jika menganut dari lima Manual Diagnostik dan Statistik yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, Napoleon Complex tidak masuk di salah satunya.

Namun studi terhadap masalah ini masih terus dikembangkan. Sehingga menciptakan perdebatan apakah Napoleon Complex suatu saat bisa masuk dalam kategori penyakit mental klinis atau tidak.

Berdasarkan jurnal terbaru yang dirilis pada Maret 2023, bisa disimpulkan bahwa orang dengan tinggi badan di bawah rata-rata, khususnya laki-laki, memiliki kecenderungan untuk mengkompensasi kekurangan mereka tersebut dengan perilaku antagonis atau galak. 

Perilaku antagonis ini ditunjukkan dengan karakteristik Triad Gelap, seperti psikopati, narsisme, dan Machiavellianisme. 

Bahwa masalahnya bukan hanya terletak pada kondisi perawakan yang pendek, tapi juga berharap bisa punya badan yang tinggi sesuai keinginan.

Jurnal ini ditulis oleh Monika A. Kozłowska dan kawan-kawan “The Napoleon complex, revisited: Those high on the Dark Triad traits are dissatisfied with their height and are short” dalam ‘Personality and Individual Differences (Vol. 203)’.

Sembari masih berlangsungnya proses penelitian terhadap Napoleon Complex sebagai gangguan kepribadian atau penyakit mental klinis, tapi fenomena ini benar adanya.

Meskipun tidak dianggap sebagai gangguan kepribadian klinis, Napoleon Complex lebih seperti digunakan sebagai ‘senjata’ untuk mengolok-olok orang yang secara fisik lebih pendek dari rata-rata dengan maksud untuk membuat mereka marah. 

Dalam artian, terlepas dari Napoleon Complex bukan merupakan gangguan kepribadian klinis, istilah ini sering digunakan dengan tujuan menghina orang lain.

Asal mula Napoleon Complex

Napoleon Complex, Mitos Orang Pendek Lebih Galak - image 23
Potret Alfred Adler (Sumber gambar: google)

Istilah Napoleon Complex pertama kali dikenalkan oleh Alfred Adler, psikolog Austria tersohor pada tahun 1956.

Awalnya, istilah Napoleon Complex ini ditujukan pada laki-laki pendek yang merasa malu dengan tinggi badannya yang cenderung berada di bawah rata-rata.

Dari pendefinisian oleh Adler inilah yang kemudian mengantarkan pemahaman tentang Napoleon Complex menjadi seperti saat ini. 

Adler menggunakan istilah ini karena berkaitan dengan pengalaman Napoleon Bonaparte, komandan paling atas atau jenderal tertinggi pasukan militer Prancis dalam Revolusi Prancis (5 Mei 1789 – 9 November 1799).

Ketika Revolusi Prancis berlangsung, pemerintah Inggris sengaja menciptakan propaganda terhadap Napoleon Bonaparte tersebut.

Upaya propaganda ini melibatkan kartun yang mengilustrasikan perawakan Napoleon yang kecil dan bersifat galak karena gampang marah.

Dengan masih banyak yang menggunakan istilah Napoleon Complex dengan maksud menghina orang lain, propaganda ini cukup berhasil dan menyebabkan dampak negatif di masyarakat, khususnya laki-laki.

Karena kebanyakan yang menjadi target dari cemoohan ini adalah laki-laki.

Adapun tinggi Napoleon menurut berbagai ahli adalah 167 cm yang sebenarnya sedikit di atas rata-rata bagi laki-laki Prancis pada awal tahun 1800-an.

Tapi propaganda Inggris ini diciptakan memang dengan tujuan untuk ‘mengerdilkan’ Napoleon Bonaparte.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel