Sejarah Perayaan Diwali: Festival Cahaya dan Kegembiraan

Sejarah Perayaan Diwali: Festival Cahaya dan Kegembiraan

Sejarah Perayaan Diwali

DAFTAR ISI

Sediksi – Diwali merupakan salah satu festival terbesar di Dunia, terutama di India dan negara-negara lain dengan diaspora Asia Selatan yang besar dan sejarah perayaan Diwali ini cukup panjang.

Ini adalah sebuah festival cahaya, sukacita, dan harapan yang melambangkan kemenangan cahaya atas kegelapan, kebaikan atas kejahatan, dan pengetahuan atas ketidaktahuan.

Diwali juga merupakan waktu untuk menghormati para dewa dan dewi, mengungkapkan rasa syukur atas berkah kehidupan, dan memperkuat ikatan keluarga dan persahabatan.

Pada artikel ini, kita akan mengeksplorasi sejarah perayaan Diwali, maknanya, dan bagaimana perayaan ini dirayakan di berbagai wilayah dan agama.

Baca Juga: Akar Kepercayaan Kuno: Menjelajahi Agama Tertua di Dunia

Apa itu Perayaan Diwali?

Sejarah Perayaan Diwali: Festival Cahaya dan Kegembiraan - Perayaan Diwali
Image from teluguflashnews

Sebelum ke sejarah perayaan Diwali, mari kenal dulu dengan perayaan yang satu in. Diwali berasal dari kata Sansekerta deepavali, yang berarti “deretan cahaya”.

Perayaan ini merupakan sebuah festival lima hari yang biasanya jatuh antara bulan Oktober dan November, tergantung pada kalender lunar.

Hari utama Diwali adalah hari ketiga, ketika orang-orang menerangi rumah, bisnis, dan ruang publik mereka dengan diyas, atau lampu tanah liat, dan menyalakan kembang api.

Orang-orang juga mengenakan pakaian baru, bertukar hadiah, berpesta dengan hidangan lezat, dan menikmati makanan manis. Diwali merupakan sebuah acara yang penuh sukacita yang membawa kebahagiaan dan kemakmuran bagi semua orang.

Diwali bukan hanya sebuah perayaan Hindu, tetapi juga merupakan sebuah perayaan budaya yang dirayakan oleh orang-orang dari berbagai agama, seperti Sikh, Jain, dan Buddha.

Setiap agama memiliki cerita dan tradisi tersendiri yang terkait dengan Diwali, tetapi semuanya memiliki tema yang sama yaitu merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan.

Sejarah Perayaan Diwali

Sejarah perayaan Diwali berasal dari India kuno, di mana perayaan ini kemungkinan besar dimulai sebagai sebuah festival panen yang penting. Akan tetapi, terdapat berbagai kisah yang menjelaskan arti penting dari Diwali di berbagai wilayah dan agama.

Beberapa yang paling populer adalah:

Kembalinya Rama

Menurut kisah epik Hindu Ramayana, Diwali memperingati kembalinya Dewa Rama, istrinya, Sita, dan saudaranya, Laksmana, ke kerajaan mereka di Ayodhya setelah 14 tahun pengasingan.

Selama pengasingan mereka, mereka menghadapi banyak kesulitan dan tantangan, termasuk penculikan Sita oleh raja iblis Rahwana. Rama, dengan bantuan pasukan monyetnya yang setia, menyelamatkan Sita dan mengalahkan Rahwana dalam sebuah perang besar.

Untuk menyambut raja dan ratu tercinta mereka, masyarakat Ayodhya menerangi kota dengan lampu-lampu tanah dan merayakannya dengan penuh sukacita dan rasa syukur.

Memohon Kepada Dewi Lakshmi

Di India bagian barat, Gujarat, tahun baru bertepatan dengan perayaan Diwali, dan ini diasosiasikan dengan memohon untuk kemakmuran kepada dewi Laksmi di tahun mendatang. Selama perayaan, mereka yang berpartisipasi akan bertukar hadiah dan koin.

Kemenangan Krishna

Pada India bagian selatan, Diwali merayakan kemenangan Dewa Krishna atas raja iblis Narakasura, yang telah meneror bumi dan memenjarakan banyak wanita.

Krishna, bersama dengan istrinya Satyabhama, membunuh Narakasura dan membebaskan para tawanan. Orang-orang bersukacita dan menyalakan lampu untuk menghormati keberanian dan belas kasih Krishna.

Pencerahan Mahavira

Menurut tradisi Jain, Diwali menandai hari ketika Dewa Mahavira, Tirthankara ke-24 dan terakhir, atau guru spiritual, mencapai nirwana, atau pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian.

Beliau mencapai kondisi pencerahan ini setelah 12 tahun melakukan meditasi dan penebusan dosa. Para pengikutnya merayakan pencapaiannya dengan menyalakan lampu dan membagikan manisan.

Kemartiran Guru Tegh Bahadur

Menurut tradisi Sikh, Diwali juga dikenal sebagai Bandi Chhor Divas, atau hari pembebasan. Hari ini memperingati hari ketika Guru Tegh Bahadur, guru Sikh kesembilan, mengorbankan nyawanya untuk melindungi kebebasan beragama umat Hindu, yang dianiaya oleh kaisar Mughal, Aurangzeb.

Putra dan penggantinya, Guru Gobind Singh, dibebaskan dari penjara bersama dengan 52 pangeran lainnya oleh Aurangzeb dengan syarat ia dapat membebaskan sebanyak mungkin pangeran yang dapat memegang jubahnya.

Guru Gobind Singh dengan cerdik membuat jubah panjang dan membebaskan semua pangeran. Ia tiba di Amritsar, kota suci para penganut Sikh, pada hari Diwali, di mana ia disambut oleh ribuan lampu dan kembang api.

Diwali merupakan sebuah festival yang merayakan kemenangan cahaya atas kegelapan, kebaikan atas kejahatan, dan pengetahuan atas ketidaktahuan.

Ini merupakan sebuah festival yang menghormati para dewa dan dewi, mengekspresikan rasa syukur atas berkah kehidupan, dan memperkuat ikatan keluarga dan persahabatan.

Sejarah perayaan Diwali cukup kompleks dan di setiap daerah atau kepercayaan berbeda kisah dan cerita. Ini merupakan sebuah festival yang membawa sukacita dan kebahagiaan bagi semua orang, terlepas dari keyakinan atau latar belakang mereka.

Sekian artikel mengenai sejarah perayaan Diwali, semoga membantumu untuk memahami tentang perayaan yang satu ini, terimakasih telah membaca.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel