Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006: Ketika Makanan Menghancurkan Mimpi Liga Champions

Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006: Ketika Makanan Menghancurkan Mimpi Liga Champions

Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Pada tanggal 7 Mei 2006, Tottenham Hotspur berada di ambang sejarah. Klub asal London Utara ini hanya perlu 1 kemenangan lagi dalam pertandingan melawan West Ham United untuk mengamankan tempat di Liga Champions.

Akan tetapi, nasib buruk menimpa mereka dari sumber yang tak terduga, yaitu Lasagna. Apa yang terjadi di pekan terakhir Spurs di Premier League musim 2005/06 ini kemudian dikenal sebagai Skandal Lasagna Tottenham Hotspur.

Lalu, apa sesungguhnya terjadi di hari itu? Mengapa sebuah makanan menghentikan mimpi Spurs bermain di Liga Champions untuk pertama kalinya sejak musim 1961/62? Dan terkahir, bagaimana isu konspirasi di balik skandal ini?

Simak ulasan kisah skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006 berikut ini.

Baca Juga: Kisah Greg Akcelrod, Pesepak Bola Palsu yang Menipu Klub Profesional

Awal Mula Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006

Tottenham Hotspur menjalani musim yang impresif di Premier League 2005/06. Setelah menghabiskan sebagian besar musim tersebut di posisi 4 besar, Spurs memasuki pekan terakhir sebagai favorit untuk mengamankan tiket terakhir di Liga Champions

Spurs unggul 1 angka dari rival terberat mereka, Arsenal, dan mendapatkan 2 pemain kuncinya kembali, yaitu Michael Carrick dan Robbie Keane, jelang lawatan ke Upton Park menghadapi West Ham.

Skuad asuhan Martin Jol tampak ditakdirkan akan bermain di kompetisi tertinggi antar klub Eropa di musim depan dan finis di atas The Gunners pada klasemen akhir Premier League 2005/06.

Malam sebelum pertandingan penentuan dimulai Jol menyuruh timnya untuk menginap di hotel Marriot West India Quay. Malam tersebut terasa cukup sibuk, sehingga staf hotel menyiapkan prasmanan untuk skuad Spurs, termasuk di antaranya Lasagna.

Namun, sekitar pukul 1 dini hari, para pemain Spurs mulai merasa sakit. Laporan menyebutkan bahwa sebanyak 10 punggawa skuad tim utama muntah-muntah sepanjang malam, tetapi Jol kemudian mengungkapkan bahwa situasinya jauh lebih buruk.

“Hanya Paul Robinson, Stephen Kelly, Anthony Gardner, dan Jermain Defoe yang nampaknya tidak terdampak. Jadi kami harus memanggil beberapa pemain cadangan,” ungkap Jol dikutip dari The Guardian.

Sementara itu, gelandang Tottenham, Jermaine Jenas, mengatakan, “Lasagna dan spageti Bolognese ada di menu, kami menyantapnya, lalu di tengah malam kami mulai bertumbangan seperti lalat. Itu adalah kekacauan.”

Di saat kondisi pemain semakin memburuk, pihak Spurs lantas menghubungi pihak Premier League dan meminta laga ditunda. Alih-alih bersimpati, pihak liga menyampaikan bahwa kegagalan untuk hadir di pertandingan dapat berujung pada pengurangan poin.

Di situasi seperti ini, Jol masih masih mencoba berkompromi. Ia meminta waktu pertandingan dimundurkan dari jam 3 sore ke jam 7 malan, namun pihak kepolisian menolak permintaan tersebut karena alasan keamanan.

Spurs Ikut Tumbang di Atas Lapangan

Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006: Ketika Makanan Menghancurkan Mimpi Liga Champions - Yossi Benayoun winning goal vs Spurs 2006
Gambar: Getty Images

Tottenham tidak punya pilihan lain. Mereka mau tidak mau harus memainkan laga tersebut, dan berusaha semaksimal mungkin demi mewujudkan mimpi berlaga di Liga Champions.

Beberapa pemain inti yang terkena dampak keracunan makanan tetap diturunkan. Jenas mengatakan bahwa bahkan sesaat sebelum kick-off dimulai, masih ada beberapa pemain yang muntah-muntah di toilet ruang ganti.

Laga berjalan 10 menit, tuan rumah sudah memimpin lewat Carl Fletcher. Tim tamu sebenarnya sempat membalas di penghujung babak pertama lewat Defoe.

Namun, energi yang terkuras akibat lasagna pembawa sial itu, membuat Spurs kembali kebobolan di menit 80 melalui Yossi Benayoun dan akhirnya harus takluk dengan skor 2-1.

Masih di London, tepatnya di Stadion Highbury, Arsenal unggul 4-2 atas tamunya Wigan Athletic. Selain menjadi kado perpisahan untuk Highbury, kemenangan ini juga membuat The Gunners berhasil merebut tiket Liga Champions terakhir, sekaligus mempecundangi rival London Utara mereka.

Isu Konspirasi Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006

Skandal Lasagna Tottenham Hotspur 2006: Ketika Makanan Menghancurkan Mimpi Liga Champions - D58fODcW4AAtzMp
Gambar: twitter/@BBCMOTD

Skandal lasagna Tottenham Hotspur tidak hanya menghancurkan mimpi The Lilywhites untuk bermain di Liga Champions, tetapi juga memicu spekulasi tentang penyebabnya.

Apakah ada unsur kesengajaan di balik keracunan makanan itu? Apakah ada pihak yang berkepentingan untuk menggagalkan ambisi Spurs?

Tuduhan-tuduhan ini memang tidak berdasar. Namun, hal itu tidak menghentikan rumor untuk menyebar. Beberapa penggemar Spurs bersikeras bahwa ada konspirasi di balik skandal itu, dan menuduh West Ham, Arsenal, atau bahkan hotel Marriott, sebagai dalangnya.

Sebuah laporan dari The Sun mengklaim bahwa seorang penggemar West Ham telah menyelinap ke dapur hotel dan mencampur lasagna dengan obat pencahar, tetapi tidak ada bukti yang mendukung klaim ini.

Pihak berwenang juga melakukan penyelidikan mengenai skandal Lasagna Tottenham Hotspur, tetapi tidak ditemukan bukti adanya sabotase atau kesalahan yang disengaja.

Pihak Otoritas Keselamatan Makanan London mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda keracunan makanan di antara staf hotel atau tamu lainnya, dan bahwa sampel makanan yang diuji tidak menunjukkan adanya bakteri atau virus yang berbahaya. Hasil tes darah dan urin para pemain Spurs juga tidak menunjukkan adanya zat beracun atau terlarang.

Lalu, apa yang menyebabkan para pemain Spurs mengalami gejala seperti keracunan makanan jika bukan bukan makanan penyebabnya?

Hasil akhir investigasi menyebutkan bahwa para punggawa The Lilywhites mengalami gastroenteritis akut, yaitu peradangan pada lambung dan usus, yang disebabkan oleh norovirus.

Gejalanya termasuk muntah, diare, kram perut, dan demam, dan biasanya berlangsung selama beberapa hari. Penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dengan orang yang sakit, atau melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Meskipun tidak ada bukti pasti tentang sumber infeksi, ada beberapa kemungkinan yang dapat dipertimbangkan. Salah satunya adalah bahwa para pemain Spurs tertular dari salah satu pemain West Ham, yang dikabarkan juga mengalami gejala serupa sebelum pertandingan.

Namun, tidak ditemukan bukti terkait kontak di antara kedua tim sebelum pertandingan. Kemungkinan lainnya adalah bahwa para pemain Spurs tertular dari salah satu staf hotel, atau dari makanan yang mereka konsumsi di luar hotel.

Namun, apapun itu, kegagalan ini membuat Tottenham harus menunggu hingga 4 tahun lamanya sebelum akhirnya berhasil bermain di Liga Champions. Selain itu, mereka juga harus menunggu hingga Premier League musim 2016/17 untuk dapat finis di atas Arsenal.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel