Sediksi.com – Situasi politik di Filipina yang sudah panas semakin memanas dengan pecahnya aliansi dua klan terkuat di Filipina, Marcos dan Duterte.
Mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte menuduh penggantinya, Ferdinand Marcos Jr sebagai pecandu narkoba dalam pidatonya saat menghadiri pembukaan gerakan Filipina Baru yang dilaksanakan di Tribun Quirino, Manila pada Minggu, 28 Januari 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Duterte juga mengklaim Marcos Jr dan aliansinya berusaha menghapus batasan masa jabatan konstitusional sehingga mereka dapat mempertahankan kekuasaan.
Jika hal itu benar terjadi, Duterte mengingatkan Marcos Jr akan punya nasib yang sama seperti Ferdinand Marcos Sr, ayahnya sekaligus mantan presiden Filipina yang digulingkan setelah memimpin dari tahun 1965 hingga 1986.
Dan jika Marcos Jr digulingkan, maka kepemimpinan Filipina berpindah ke wakilnya, Sara Duterte, yang merupakan anak dari Rodrigo Duterte.
Marcos Jr: saya pikir itu karena fentanil
Ferdinand Marcos Jr mengatakan kepada wartawan, “saya pikir itu karena fentanil” ketika ditanya tentang responnya terhadap pernyataan Rodrigo Duterte pada Senin, 29 Januari 2024.
Duterte sendiri sudah mengakui di menggunakan obat tersebut untuk menghilangkan rasa sakit pasca kecelakaan sepeda motor yang dialaminya. Pengacaranya, Salvador Panelo, mengatakan pada hari Senin bahwa Duterte berhenti mengonsumsi fentanil sebelum dia menjadi presiden pada tahun 2016.
Pernyataan Marcos Jr tersebut kemudian secara implisit diartikan kecelakaan dan penggunaan obat tersebut telah mengganggu otak Duterte sehingga tidak bisa menilai sesuatu dengan benar dan jernih.
Dia juga menambahkan, “obat itu sudah dikonsumsi dalam jangka waktu yang sangat lama. Setelah lima, enam tahun, obat tersebut pasti sudah memberikan efek samping padanya.”
Baca Juga: ASEAN dan Kampanye Sipil Gegara Kuasa
Duterte tidak punya bukti atas klaimnya
Adapun perubahan konstitusi yang akan dilakukan oleh Ferdinand Marcos Jr terkait investasi asing yang dilakukan agar mempermudah pihak asing yang ingin berinvestasi dengan Filipina.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Filipina telah membahas tentang amandemen konstitusi, dan Rodrigo Duterte mengklaim tanpa memberikan bukti apa pun.
Bahwa anggota parlemen yang mendukung Marcos Jr, termasuk Ketua DPR Martin Romualdez, menyuap pejabat lokal untuk mengamandemen konstitusi tahun 1987 guna menghapus batasan masa jabatan sehingga mereka dapat memperpanjang masa jabatan mereka.
Romualdez, yang merupakan sepupu Marcos Jr membantah klaim tersebut. Mengatakan bahwa dia ingin konstitusi diamandemen hanya untuk menghapus pembatasan investasi asing.
Bukan hanya soal konstitusi, Duterte juga menyampaikan tuduhan-tuduhan tidak berdasar lainnya seperti menyebut Marcos Jr sebagai pecandu narkoba, anak pelacur, dan mengklaim nama Marcos Jr berada dicatat oleh badan penegakan narkoba Filipina, yang kemudian dibantah oleh badan tersebut pada hari Senin.
Pidato jadi pertanda nyata perpecahan aliansi klan terkuat di Filipina
Pidato tersebut memperkuat rumor yang beredar selama berbulan-bulan tentang perpecahan politik antara Rodrigo Duterte dan Ferdinand Marcos Jr.
Terkait kebijakan luar negeri, keduanya punya pandangan berbeda yang menjadi salah satu alasan utama perpecahan awal aliansi ini.
Duterte membina hubungan baik dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan pemimpin Rusia Vladimir Putin semasa menjabat. Sebaliknya, Marcos Jr terlihat lebih condong pada Washington karena sengketa wilayah negaranya dengan Tiongkok di Laut Cina Selatan.
Awal tahun lalu, Marcos Jr mengizinkan perluasan kehadiran pasukan militer Amerika Serikat (AS) di Filipina berdasarkan pakta pertahanan tahun 2014.
Dalam mendukung kampanye Filipina Baru, Marcos Jr memimpin aksinya sendiri pada hari Minggu di sebuah taman tepi laut di Manila, yang menurut laporan polisi menarik sekitar 400.000 orang setelah malam tiba.
Kampanye tersebut dimaksudkan untuk meluncurkan apa yang direncanakan Marcos Jr dan pemerintahannya sebagai kampanye untuk “Filipina baru” dengan reformasi pemerintahan yang korup dan tidak efisien serta meningkatkan pelayanan publik.
Selama pertemuan tersebut, Presiden tidak bersikap konfrontatif dalam menghadapi meningkatnya kritik dari kubu Duterte.
“‘Filipina baru’ bukan sekadar slogan,” kata Marcos kepada para pendukungnya yang bersorak-sorai.
“Bagi mereka yang imajinasinya terlalu panas dan telah diracuni oleh politik beracun, ‘Filipina baru’ bukanlah kuda Troya, tidak ada agenda yang disembunyikan,” tambahnya.