Terdampar Lagi! Ini Alasan Pengungsi Rohingya Ditolak Warga Aceh

Terdampar Lagi! Ini Alasan Pengungsi Rohingya Ditolak Warga Aceh

Pengungsi Rohingya Ditolak Warga Aceh

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Pengungsi Rohingya terdampar kembali di kawasan Kabupaten Pidie dan Bireun, Aceh sejak tanggal 14 November 2023 menggunakan kapal kayu yang mesinnya rusak dalam perjalanan.

Jumlahnya tercatat sebanyak 249 orang di Bireuen dan 349 di Pidie. Namun, kini pengungsi Rohingya ditolak warga Aceh karena berbagai alasan. Bahkan warga juga melarang mereka untuk turun ke daratan.

Aceh sebagai provinsi paling barat di Indonesia dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa pengungsi Rohingya menjadikannya sebagai tempat pertama untuk mendarat.

Selain itu, budaya dan nilai Islam yang kuat membuat para pengungsi merasa lebih diterima oleh warga Aceh sebelumnya.

Lantas, mengapa kini pengungsi Rohingya ditolak oleh Aceh? Yuk cari tahu jawaban selengkapnya di artikel berikut!

Alasan Pengungsi Rohingya Ditolak Warga Aceh

Rohingya adalah salah satu etnis dari Myanmar yang mayoritas beragama Islam. Mereka mengalami penolakan dan diskriminasi sangat keras dari negaranya yang mayoritas beragama Budha. Oleh sebab itu, ada banyak warga etnis Rohingya yang melarikan diri ke berbagai negara, termasuk Indonesia untuk menghindari upaya genosida oleh pemerintah junta militer Myanmar.

Beberapa kali pengungsi Rohingya terdampar di Indonesia dan sejauh itu warga sekitar masih menerika mereka. Namun, alasan terdampar kali ini sudah tidak bisa ditolerir, terutama bagi warga Aceh. Ini karena mereka telah merasakan sendiri bagaimana hubungan berinteraksi dengan pengungsi Rohingya selama bertahun-tahun. Memang apa saja yang telah terjadi?

Tak cocok dengan perilaku pengungsi

Awalnya warga Aceh menerima para pengungsi dengan baik karena rasa kemanusiaan. Namun, seringnya pengungsi Rohingya terdampar di Aceh dengan jumlah ratusan orang, kini mereka menolak kedatangan tersebut.

Memang ini berbeda dengan kesan warga Aceh yang awalnya peumulia jamee (pemuliaan tamu) dan adat meulaot yang harus menyelamatkan orang yang nyawanya terancam di laut.

Selain itu, warga Aceh juga sudah merasakan sendiri bagaimana hidup berdampingan dengan pengungsi Rohingya. Ada banyak orang yang merasa terganggu karena pengungsi tidak menjaga kebersihan diri dan tidak mengikuti syariat Islam di kalangan warga Aceh.

Ada pula beberapa masalah lain, seperti terjadi pelecehan seksual, melarikan diri ke daerah lain, tidak menjaga kebersihan lingkungan, melakukan tindakan kriminal, hingga bertengkar dengan warga sekitar.

Tidak ada lagi tempat penampungan

Kedatangan pengungsi Rohingya sudah lebih dari satu kali dengan jumlah orang yang pastinya tidak sedikit. Kali ini, mereka tiba dengan dibagi menjadi 2 gelombang yang mana gelombang 1 ada sebanyak 196 orang mendarat di Desa Kalee, Kecamatan Muara Tiga, Pidie pada Selasa (14/11). Gelombang 2 sebanyak 174 imigran di Pasie Meurandeh, Kecamatan Batee, Pidie pada hari Rabu.

Panglima Laot (Laut) Aceh, Miftach Tjut Adek menyatakan alasan lain mengapa pengungsi Rohingya ditolak warga Aceh. Ia mengatakan bahwa penolakan ini terjadi karena pemerintah setempat tidak sanggup lagi menerima pengungsi yang semakin hari jumlahnya semakin banyak. Apalagi tidak ada pihak yang bertanggung jawab atas pengungsi-pengungsi ini.

Kebaikan Indonesia dalam menyediakan tempat penampungan sementara justru banyak dimanfaatkan oleh oknum jaringan penyelundup manusia. Ada banyak pengungsi yang telah menjadi sasaran para pelaku perdagangan manusia.

Menurut Pemerintah Kabupaten Pidie, Aceh telah menampung 335 pengungsi Rohingya. Tempat pengungsian tersebut berupa kamp sementara yang ada di Yayasan Mina Raya Gampong Leun Tanjung, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten Pidie.

Bantuan Dibuang ke Laut

Walaupun menolak kedatangan pengungsi Rohingya, ada ratusan warga yang sempat memberikan bungkusan yang berisi makanan hingga pakaian bekas sebelum akhirnya mengusirnya kembali ke dalam kapal.

Namun, warga Aceh juga sempat memberikan bantuan pada pengungsi Rohingya berupa makanan, air minum, hingga mie instan. Namun, mereka justru membuang bantuan tersebut ke laut.

Hal ini pasti membuat warga Aceh kecewa karena merasa tidak dihargai, terlebih kini harga barang di Indonesia juga cenderung naik.

Sementara itu, kebutuhan makanan mereka yang ada di tempat pengungsian memang mendapat layanan dari Kementerian Sosial. Selama masa tanggap darurat, makanan mereka diatur sebanyak 3 kali sehari secara rutin. Selain itu, para pengungsi juga mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan.

Itu dia beberapa alasan mengapa pengungsi Rohingya ditolak warga Aceh.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel