Alternatif Meritokrasi: Menciptakan Masyarakat yang Lebih Adil dan Inklusif

Alternatif Meritokrasi: Menciptakan Masyarakat yang Lebih Adil dan Inklusif

Alternatif Meritokrasi

DAFTAR ISI

Sediksi.comMeritokrasi merupakan gagasan bahwa orang harus dihargai berdasarkan kemampuan dan pencapaian mereka, bukan berdasarkan latar belakang, kekayaan, atau koneksi mereka.

Gagasan ini sering dianggap sebagai prinsip yang baik untuk mengatur masyarakat, terutama di bidang pendidikan, pekerjaan, dan politik.

Namun, meritokrasi juga memiliki banyak kritikus, yang berpendapat bahwa hal itu tidak adil, tidak realistis, dan berbahaya bagi kohesi sosial, maka daripada itu beberapa alternatif meritokrasi bisa dipertimbangkan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa argumen utama yang menentang meritokrasi dan beberapa alternatif meritokrasi yang telah diusulkan.

Masalah-Masalah Meritokrasi

Salah satu masalah utama dengan meritokrasi adalah bahwa sistem ini mengasumsikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan dan menunjukkan bakat dan keterampilan mereka.

Namun, pada kenyataannya tidak demikian, karena banyak faktor, seperti keluarga, lingkungan, keberuntungan, dan diskriminasi, yang dapat memengaruhi peluang keberhasilan seseorang.

Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah cenderung memiliki pencapaian pendidikan yang lebih rendah dan skor IQ yang lebih rendah daripada anak-anak dari keluarga berpenghasilan tinggi, sebagian karena kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas, nutrisi, perawatan kesehatan, dan sumber daya lainnya.

Selain itu, meskipun orang memiliki tingkat kemampuan dan pencapaian yang sama, mereka mungkin menghadapi hambatan atau bias yang berbeda berdasarkan ras, jenis kelamin, etnis, atau karakteristik lainnya.

Contohnya seperti perempuan dan minoritas sering kali kurang terwakili dan dibayar rendah dalam posisi kepemimpinan, bidang STEM, dan domain lainnya, meskipun memiliki kualifikasi yang sama atau lebih tinggi daripada rekan-rekan pria kulit putih mereka.

Masalah lain dari meritokrasi adalah menciptakan budaya kompetisi, individualisme, dan elitisme, yang dapat merusak solidaritas sosial dan rasa saling menghormati.

Asumsinya adalah meritokrasi dapat menumbuhkan rasa memiliki hak dan superioritas di antara mereka yang berhasil, dan rasa kebencian dan rendah diri di antara mereka yang gagal.

Selain itu, meritokrasi dapat mengikis nilai kualitas dan kontribusi lain yang tidak mudah diukur atau dihargai, seperti kreativitas, kasih sayang, kerja sama, dan keterlibatan masyarakat.

Alternatif Meritokrasi

Dengan adanya masalah dalam meritokrasi, kira-kira apa saja alternatif meritokrasi yang dapat mendorong masyarakat yang lebih adil dan inklusif?

Berikut adalah beberapa saran untuk alternatif meritokrasi:

Demokrasi

Demokrasi adalah gagasan bahwa setiap orang harus memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Sistem ini dapat menantang dominasi meritokrasi dengan memberdayakan suara dan kepentingan kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan kurang beruntung, dan dengan menumbuhkan budaya dialog, musyawarah, dan keragaman.

Demokrasi juga dapat mempromosikan nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan martabat manusia, yang sering diabaikan atau dilanggar oleh meritokrasi.

Seperti yang dikatakan oleh filsuf Jurgen Habermas, demokrasi dapat memungkinkan “rasionalisasi dunia kehidupan melalui media tindakan komunikatif”.

Keberagaman

Gagasan adalah bahwa orang harus menghormati dan merayakan perbedaan dan persamaan di antara mereka sendiri, daripada menilai atau mengurutkan mereka berdasarkan kriteria tunggal atau sempit.

Keberagaman dapat menantang homogenitas dan hierarki meritokrasi dengan mengakui dan menghargai berbagai bentuk kecerdasan, kreativitas, dan kontribusi yang dapat diberikan oleh setiap orang kepada masyarakat.

Hal ini dapat meningkatkan kualitas dan inovasi dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara kolektif, dengan menyatukan berbagai perspektif, pengalaman, dan gagasan.

Seperti yang dikatakan oleh sosiolog Scott Page, keragaman dapat menghasilkan “perangkat kognitif yang lebih lengkap, heuristik yang lebih kuat, dan prediksi yang lebih akurat”.

Solidaritas

Solidaritas adalah gagasan bahwa orang harus saling peduli dan mendukung satu sama lain, terutama mereka yang membutuhkan atau dalam kesulitan.

Solidaritas dapat menantang individualisme dan persaingan meritokrasi dengan menumbuhkan rasa kebersamaan, kerja sama, dan saling membantu.

Gagasan ini dapat memperkuat ikatan sosial dan kepercayaan yang sangat penting bagi kesejahteraan dan ketahanan individu dan kelompok.

Meritokrasi merupakan konsep yang kontroversial dan diperdebatkan yang memiliki pendukung dan pengkritik.

Meskipun meritokrasi mungkin memiliki beberapa keuntungan dalam memotivasi dan memberi penghargaan kepada orang-orang berdasarkan kemampuan dan prestasi mereka, meritokrasi juga memiliki banyak kelemahan dalam menciptakan dan melanggengkan ketidaksetaraan dan perpecahan sosial.

Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan cara-cara alternatif untuk mengorganisir masyarakat yang lebih adil dan inklusif, seperti demokrasi, keragaman, dan solidaritas.

Alternatif meritokrasi ini mungkin tidak sempurna atau mudah untuk diterapkan, tetapi mungkin menawarkan visi dan arah yang lebih baik untuk masa depan umat manusia.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel