Sediksi – Bayangkan kamu sedang berjalan di hutan dan melihat buah aneh yang menggantung dari pohon. Buah itu besar, keras, dan berduri. Lalu bertanya-tanya siapa yang akan memakan buah seperti itu dan bagaimana hal itu menguntungkan tanaman.
Itu adalah contoh anakronisme evolusioner, yaitu ciri yang dulunya adaptif tetapi sekarang tidak sesuai karena perubahan lingkungan atau kepunahan mitra ko-evolusinya.
Apa itu Anakronisme Evolusioner?
Anakronisme evolusioner, juga dikenal sebagai anakronisme ekologis, adalah istilah yang menggambarkan atribut dari spesies tumbuhan atau hewan asli yang tampak tidak memiliki fungsi atau tujuan di masa kini, tetapi masuk akal ketika kita mempertimbangkan interaksi masa lalu mereka dengan spesies lain yang sekarang punah atau tidak ada.
Ciri-ciri ini dibentuk oleh seleksi alam sebagai respons terhadap kebutuhan dan preferensi mitra ko-evolusinya, seperti penyerbuk, penyebar biji, predator, atau mangsa.
Namun, ketika mitra atau pemangsanya ini menghilang atau pindah, ciri-ciri tersebut menjadi maladaptif atau tidak berguna, meninggalkan ketidaksesuaian antara spesies dan lingkungannya.
Hantu Evolusi
Konsep anakronisme evolusioner pertama kali diajukan oleh ekolog Daniel Janzen dan Paul Martin pada tahun 1982, ketika mereka menyadari bahwa beberapa buah di hutan neotropis Costa Rica memiliki karakteristik yang tampak disesuaikan untuk hewan besar yang tidak lagi ada di wilayah tersebut.
Mereka menyebut hewan-hewan ini sebagai “hantu evolusi”, dan menyarankan bahwa mereka sebagian besar adalah megafauna, seperti sloth raksasa, mastodon, gomphotheres, dan kuda, yang punah pada akhir zaman Pleistosen sekitar 10.000 tahun lalu.
Hewan-hewan ini adalah penyebar biji penting bagi banyak tanaman, dan kepunahan mereka meninggalkan buah-buah yang terlalu besar, terlalu keras, atau terlalu pahit untuk hewan-hewan kecil yang bertahan hidup.
Contoh Anakronisme Evolusioner
Ada banyak contoh anakronisme evolusioner di seluruh dunia, baik pada tumbuhan maupun hewan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Alpukat
Alpukat adalah buah yang memiliki biji besar yang dikelilingi oleh lapisan daging berminyak tebal. Diyakini bahwa alpukat berevolusi untuk menarik megafauna seperti gomphotheres, yang dapat menelan seluruh buah dan melewati biji melalui sistem pencernaannya, membantu tanaman menyebar gen-genya.
Saat ini, bagaimanapun, tidak ada hewan yang dapat melakukan hal ini di kisaran asli alpukat, dan buah tersebut bergantung pada budidaya manusia untuk kelangsungan hidupnya.
Pohon Osage Oranye
Osage orange merupakan pohon yang menghasilkan buah hijau, berbenjol-benjol yang tampak seperti jeruk besar. Buah-buahan ini memiliki bau kuat dan rasa pahit yang menghalau sebagian besar hewan dari memakannya.
Buah-buahan itu jatuh ke tanah dan membusuk, melepaskan ratusan biji yang jarang berkecambah. Diduga bahwa buah-buahan ini dulunya dimakan oleh mamut atau sloth tanah, yang dapat menghancurkan buah-buahan itu dan menyebarkan bijinya.
Honey locust
Ini adalah pohon yang memiliki duri panjang dan tajam di batang dan cabangnya. Duri-duri ini tidak sangat efektif melawan herbivora modern seperti rusa atau sapi, yang dapat dengan mudah memakan daun dan polongnya.
Namun, mereka mungkin merupakan pertahanan terhadap hewan yang lebih besar dan lebih kuat seperti mastodon atau badak, yang dapat merusak atau mencabut pohon.
Honey locust juga memiliki polong yang mengandung pulp manis dan biji yang sulit dicerna. Polong-polong ini mungkin telah tersebar oleh megafauna yang dapat membukanya dan melewati biji dalam kotorannya.
Panda raksasa
Panda raksasa adalah beruang yang memiliki diet khusus bambu. Bambu adalah sumber nutrisi dan energi yang buruk, dan membutuhkan panda untuk menghabiskan sebagian besar waktunya untuk makan dan mencernanya.
Panda juga memiliki tulang pergelangan tangan yang dimodifikasi yang berfungsi sebagai ibu jari, yang memungkinkannya untuk menggenggam dan memanipulasi batang dan daun bambu. Namun, bambu bukanlah makanan asli panda.
Mereka berevolusi dari beruang karnivora yang memakan daging dan tumbuhan. Mungkin panda beralih ke bambu karena persaingan atau pemangsaan dari karnivora lain, atau karena perubahan iklim yang mengurangi ketersediaan makanan lain.
Bambu mungkin lebih berlimpah dan beragam di masa lalu, menawarkan lebih banyak pilihan dan manfaat bagi panda.
Anakronisme evolusioner adalah fenomena menarik yang mengungkapkan bagaimana beberapa tumbuhan dan hewan adalah peninggalan dari zaman yang berbeda.
Mereka adalah produk ko-evolusi, yaitu proses yang melibatkan adaptasi timbal balik antara dua atau lebih spesies yang berinteraksi erat.
Namun, ko-evolusi juga dapat menyebabkan kepunahan, ketika satu spesies bergantung pada spesies lain untuk kelangsungan hidup dan reproduksinya. Ketika spesies mitra punah atau menghilang, spesies dependen dapat kehilangan fungsinya atau keuntungannya, dan menjadi rentan terhadap perubahan lingkungan atau pesaing baru.
Anakronisme evolusioner mengingatkan kita akan kompleksitas dan kerentanan kehidupan di Bumi, dan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati dan interaksi ekologis.