Sediksi.com – Kita saat ini hidup di zaman di mana informasi menyebar secara cepat dan masif. Kehadiran media sosial di tengah-tengah masyarakat dilihat sebagai penunjang utama hal ini. Selain itu, media sosial juga membantu kita mengakses informasi-informasi yang bertebaran secara mudah dan cepat.
Bagi sebagian orang, mengetahui berbagai informasi terbaru secara cepat bahkan sudah menjadi seperti kewajiban. Tanpa tahu hal-hal itu, bisa membuat perasaan FOMO muncul.
Apa itu FOMO?
Ketinggalan infromasi bakal membuat kita jadi kudet atau kurang update. Karenanya, banyak orang berlomba paling cepat tahu informasi terkini.
Hal ini dapat berujung pada semacam tuntutan untuk tidak melewatkan informasi, khususnya yang populer dalam masyarakat atau yang dianggap penting dan berharga oleh orang lain.
Pada gilirannya, tuntutan semacam ini dapat memunculkan sebuah fenomena, yang mana sering disebut sebagai FOMO (fear of missing out).
Yuk simak menjelasan terkait apa itu FOMO, arti FOMO, dan kiat-kiat menghadapinya.
Apa Itu FOMO?
Dikutip dari kamus Oxford, FOMO artinya perasaan cemas atas peristiwa menarik atau penting yang sedang terjadi di tempat lain, di mana perasaan ini biasanya terpicu setelah melihat postingan-postingan di media sosial.
Kemudian, menurut World Journal of Clinical Cases, FOMO dicirikan oleh keinginan untuk terus terhubung dengan aktivitas-aktivitas orang lain. Dengan kata lain, apa itu FOMO bisa dipahami sebagai perasaan cemas yang muncul ketika seseorang tak mengetahui hal-hal yang sedang hangat diperbincangkan.
Segala bentuk kekhawatiran atau kecemasan yang muncul dari rasa takut melewatkan momen-momen yang dianggap penting dan menarik adalah bentuk dari FOMO.
Sebetulnya, kita nggak harus tahu kok apa-apa saja yang sedang diomongin oleh orang-orang. Soalnya, nggak semua informasi itu harus tersimpan dalam ingatan. Lagipula, kebahagiaan bisa ditemukan dalam diri masing-masing.
Penggunaan FOMO
Penggunaan istilah FOMO sering diasosiasikan dengan kehidupan media sosial. Dikutip dari Forbes Health, keterhubungan keduanya bukan suatu kebetulan sebab jika melihat sejarah penggunaan istilah tersebut, ia muncul hampir bersamaan dengan beberapa media sosial besar pada awal dan pertengahan 2000-an
Dalam konteks media sosial, ketika seseorang melihat suatu postingan orang lain sedang menikmati pesta atau acara musik lalu merasa terpanggil untuk tidak melewatkan aktivitas yang sama karena tidak ingin merasa tertinggal, maka ia bisa disebut sedang merasa FOMO.
Ini juga berlaku untuk hal-hal yang terkait dengan pencapaian dalam hidup. Misalnya, seseorang merasa tertinggal dan ingin mengalami hal yang sama saat melihat pencapaian orang lain di tempat kerja, prestasi akademik, atau capaian dalam hubungan asmara.
Selain itu, istilah FOMO juga dapat digunakan pada seseorang yang, misalnya, membeli pakaian, gadget, atau barang-barang terbaru lainnya agar tidak dianggap ketinggalan zaman.
Meskipun media sosial umum dianggap sebagai penyebab terjadinya FOMO, mengutip dari Forbes Health, istilah ini pun dapat digunakan pada peristiwa sehari-hari di luar media sosial.
Contohnya, ketika seseorang mendapat undangan menghadiri acara dari rekan kerja atau teman sekolah. Mungkin awalnya agak malas menghadiri acara tersebut. Namun, karena merasa khawatir akan terasingkan dari perbincangan di esok hari, ia pun memutuskan untuk menghadiri acara tersebut.
Perlu diingat bahwa FOMO adalah hal yang normal, tetapi jika berlebihan bisa memengaruhi keadaan mental. Saat itu terjadi, pikirkan hal-hal yang membuatmu bahagia atau pun bisa berkonsultasi dengan ahli.
Cara Mengatasi FOMO
Dikutip dari TIME, FOMO kerap bersumber dari perasaan hidup kok gini-gini aja sih, kemudian kita terjebak dalam perasaan itu.
Sekalipun terasa sulit, FOMO bisa diatasi kok. Tenang saja. Kita bisa pelan-pelan mengatasi FOMO dengan kesadaran bahwa informasi yang ada di dunia sudah kelewat banyak dan kita tak perlu mengetahui semuanya. Demikian pula dengan barang, aktivitas maupun pencapaian orang lain.
Jadi gimana cara mengatasi FOMO?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar bisa berdamai dengan perasaan cemas ini dan bisa jadi membantu mengatasinya.
Fokus pada Diri Sendiri
Sebagaimana kecemasan, semua orang juga punya hal-hal yang membahagiakan. Tetapkan dengan teguh bahwa kebahagiaan diri sendiri tak bergantung pada orang lain.
Cara ini bisa membantu untuk mencapai hal-hal yang diinginkan ketimbang merasa cemas dengan pencapaian orang lain. Hal ini bisa dimulai dengan mengubah perasaan cemas jadi motivasi.
Utamakan Pengalaman
Ada lebih banyak hal yang bisa dilakukan ketimbang menengok “rumput tetangga”. Waktu yang kita miliki terbatas dan melihat orang lain hanya akan membuat kita makin tertinggal.
Kita bisa memulai cara ini dengan memikirkan hal-hal yang membahagiakan, dan melakukan apa yang membuat kita merasa bahagia. Punya hobi yang menyenangkan? Lakukan.
Bersyukur
Semua hal yang kita miliki patut disyukuri, dan tidak semua hal perlu kita punya. Pencapaian kita adalah hasil dari beragam usaha yang telah dilakukan.
Kita patut berbangga atas pencapaian yang diperoleh dan perlu mengupayakan lebih untuk mencapai tingkat selanjutnya. Konon, bersyukur letaknya ada di puncak kebahagiaan.
Bijak saat Menggunakan Media Sosial
Orang-orang menyebut media sosial adalah penyebab utama FOMO. Nggak salah, tetapi juga nggak sepenuhnya benar. Menyandarkan kebahagiaan pada media sosial tentu bisa menyebabkan FOMO, tetapi menggunakan media sosial seperlunya tidak. Jika perlu, batasi penggunaan media sosial agar tidak terus-terusan menengok kehidupan orang lain.
Sekarang kita tahu kan apa itu FOMO? Demikian ulasan terkait arti FOMO dan bagaimana penggunaan istilah FOMO dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan media sosial secara terus menerus dapat memicu perasaan ‘takut ketinggalan’ ini. Sehingga, kita perlu bijak dan memehami batas-batas antara realitas kehidupan kita dengan media sosial atau kehidupan orang lain.
Jika mengalaminya, kiat-kiat di atas bisa membantu mengatasinya, dan kalau perlu bisa berkonsultasi dengan ahli.
Baca Juga: Keluarga Cemara dan Keluarga Korban Media