Sediksi.com – Pernahkan kamu mempertanyakan tentang apakah ada perbedaan akses pangan antara orang yang berpenghasilan menengah ke atas dengan orang yang berpenghasilan rendah? Jika kamu pernah memikirkan atau mempertanyakan hal seperti ini, ada istilahnya, Namanya food apartheid.
Apa itu food apartheid? Yakni sebuah konsep yang mengungkapkan struktur-struktur yang membatasi akses masyarakat miskin ke makanan sehat dan terjangkau.
Konsep ini mengacu pada seringnya masyarakat kelas bawah selalu terpaksa memakan, makanan ultra-proses dengan kemasan yang tidak efisien dan tidak optimal bagi manusia atau planet. Food apartheid juga merupakan bentuk ketidakadilan sosial dan rasial yang berkaitan dengan sistem pangan di Amerika Serikat.
Dalam artikel ini Sediksi akan menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu food apartheid, apa saja contohnya dan apa dampaknya, untuk mengetahuinya simak artikel ini sampai selesai.
Apa itu Food Apartheid?
Asal-usul istilah food apartheid ini jika ditelusuri dari sumber-sumber yang ada, biasanya merujuk pada wawancara Guernica pada tahun 2018 dengan Karen Washington, yakni seorang aktivis dan pengorganisir masyarakat yang mempopulerkan istilah ini.
Dalam wawancaranya itu Washington menyatakan bahwa istilah “food desert” tidak secara akurat menggambarkan lingkungan yang tidak dekat dengan supermarket yang menyediakan makanan bergizi.
Hal ini juga digaungkan dalam sebuah blig oleh National Resources Defense Council, yang menunjukkan bahwa “food desert” telah dikritik karena merusak semangat lingkugan dan menyiratkan, dengan penggunaan kata “desert”.
Jadi untuk penggambaran konsep struktur-struktur yang membatasi akses masyarakt akan makanan sehat dan terjangkau ini menggunakan istilah food apartheid.
Jadi apa itu food apartheid secara singkat adalah mencirikan lingkungan pangan yang tidak adil kepada sebagian masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah. Ini juga merembet lintas sektoral seperti ras, kebijakan, pertanian hingga soal reformasi.
Konsep food apartheid memiliki kesamaan dengan apartheid Afrika Selatan dalam hal memisahkan orang-orang berdasarkan warna kulit, dan kelas sosial mereka dalam hal akses ke makanan.
Orang-orang berkulit hitam dan etnis minoritas lainnya cenderung menghadapi kesulitan dalam mendapatkan makanan sehat dan terjangkau karena beberapa faktor, seperti:
- Biaya hidup tinggi di daerah perkotaan
- Kurangnya infrastruktur transportasi dan distribusi
- Kurangnya pilihan pasar dan supermarket
- Kurangnya dukungan pemerintah dan organisasi sosial
- Pengaruh media massa dan budaya konsumtif
Dengan demikian, food apartheid menunjukkan adanya ketidaksetaraan sosial dan rasial dalam hal akses ke makanan khususnya di Amerika Serikat.
Contoh dari Food Apartheid
Sebagian besar penelitian yang telah dilakukan mengenai food apartheid ini ada di kota-kota di Amerika yag memiliki keragaman sosial ekonomi yang besar.
Salah satu penelitian menganalisis lingkungan pangan di wilayah Westside Salt Lake City, tempat sebagian besar imigram dan pengungsi tinggal.
Para peneliti mencatat bahwa ketergantungan pada sistem pangan industri sering kali disajikan sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasi kelangkaan pangan, pendekatan ini jelas tidak mengatasi ketidaksetaraan struktural yang menciptakan food apartheid.
Di sisi lain, Community-supported agriculture (CSA), tidak hanya memperluas akses pangan, tetapi juga meningkatkan ketahanan sistem pangan lokal.
Subjek penelitian di Salt Lake City, Backyard Urban Gardens, mempromosikan keadilan pangan dengan mengizinkan pada petani untuk mengoperasikan CSA meskipun tidak memiliki lahan.
Sebuah analisis tentang ruag-ruang komunitas yang menanam pangan dan demografi di Philadelphia, misalnya, menemukan bahwa tidak hanya lingkungan orang kulit hitam dan orang yang berpenghasilan rendah yang terdampak oleh rendahnya akses ke supermarket, tetapu juga bahwa lingkungan ini lebih mungkin untuk memiliki kebun sendiri dan urban farming.
Dampak dari Food Apartheid
Seperti yang dijelaskan di atas mengenai apa itu food apartheid tadi, sebuah lingkungan masyarakat yang terisolasi dengan akses pangan sehat dan terjangkau seperti supermarket, mungkin dikelilingi oleh restoran cepat saji dan toko serba ada.
Daerah di Amerika dengan empat atau lebih toko serba ada dalam jarak seperempat mil atau dengan rasio makanan tidak sehat yang tidak seimbang disebut menjadi pangkal dari masalah ini.
Dampak dari pola makan yang sebagian besar terdiri dari makanan olahan telah tercatat sebagai penyebab dari berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan obesitas.
Itulah dia ulasan mengenai apa itu food apartheid, yakni sebuah konsep yang menggambarkan adanya ketidaksetaraan akses ke makanan sehat dan terjangkau di Amerika Serikat.
Konsep ini menunjukkan adanya struktur-struktur yang membatasi pilihan makanan bagi orang-orang miskin, terutama orang-orang berkulit hitam dan etnis minoritas lainnya. Hal yang bisa dilakukan seperti:
- Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan makanan sehat dan lokal di daerah-daerah yang kurang dilayani
- Meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang pentingnya makanan sehat dan bergizi bagi kesehatan dan lingkungan
- Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sistem pangan yang adil dan berkelanjutan
- Meningkatkan kerjasama dan solidaritas antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dalam hal akses ke makanan
Dengan demikian, food apartheid dapat diubah menjadi food justice, yaitu kondisi di mana semua orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan makanan yang sehat, terjangkau, dan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.