Lagi Ramai Gentrifikasi: Ketika Lahan ‘Pinggiran’ Berubah Nilai

Lagi Ramai Gentrifikasi: Ketika Lahan ‘Pinggiran’ Berubah Nilai

Apa itu gentrifikasi

DAFTAR ISI

SediksiKota bagaikan organisme hidup yang terus berkembang, beradaptasi, dan berubah. Tapi sebenarnya apa itu gentrifikasi? 

Perbincangan seputar gentrifikasi pasang surut sebagaimana isu-isu laten lainnya. Baru-baru ini seorang warganet asal Jakarta membagikan kisahnya yang baru saja pindah ke Klaten, Jawa Tengah. Cerita tersebut memancing perbincangan menarik lainnya, salah satunya yakni soal gentrifikasi.

Pendapat yang berbeda selalu muncul tentang segala hal, termasuk pada obrolan soal gentrifikasi.

Terlalu dini untuk mengidentifikasi perilaku pindah dari kota ke desa yang dilakukan oleh seseorang untuk disebut gentrifikasi. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas lebih lanjut seputar arti gentrifikasi berikut mengeksplorasi penyebab dan dampaknya terhadap transformasi sebuah wilayah.

Apa itu gentrifikasi dan bagaimana terjadinya

Lagi Ramai Gentrifikasi: Ketika Lahan 'Pinggiran' Berubah Nilai - Apa itu gentrifikasi 2
Unsplash/ Sean Foster

Gentrifikasi adalah fenomena yang telah menciptakan gelombang perubahan besar dalam jantung kota-kota di seluruh dunia. Tapi pertama-tama, mari kita pahami, apa yang dimaksud dengan gentrifikasi?

Dikutip dari Jurnal Analisa Sosiologi, mulanya gentrifikasi adalah studi mengenai pergeseran ruang kelas menengah yang mendesak ruang kelas bawah di ruang urban perkotaan. Sosiolog Ruth Glass adalah yang pertama kali memperkenalkan gentrifikasi dalam pengantar buku berjudul London Aspects of Change.

Lalu, siapakah yang terlibat dalam gentrifikasi? Gentrifikasi terjadi ketika sekelompok orang dengan daya beli tinggi (biasanya ditemukan di kalangan profesional muda) bermigrasi ke lingkungan perkotaan yang dulunya dihuni oleh warga kelas pekerja atau penduduk asli.

Mereka membawa budaya baru, kafe-kafe berkelas, toko-toko butik, dan gaya hidup urban yang seringkali mahal. Ini adalah perubahan yang sering disertai dengan renovasi bangunan, pembaruan infrastruktur, dan kenaikan harga properti.

Sekarang, mari kita jinakkan monster gentrifikasi ini dengan beberapa pertanyaan yang kritis. Apa yang mendorong gentrifikasi? Bagaimana dampaknya pada komunitas yang ada? Dan, yang paling penting, apakah gentrifikasi selalu buruk?

Faktor pemicu gentrifikasi

Apa itu gentrifikasi bisa dibayangkan seperti kisah cinta yang rumit, memiliki alasan tersendiri. Ini adalah perpaduan unik antara faktor ekonomi, budaya, dan sosial yang mendorong perubahan dramatis di wilayah-wilayah perkotaan. Salah satu faktor utama yang mendorong gentrifikasi adalah faktor ekonomi.

Ketika kita membicarakan gentrifikasi, uang adalah kata kunci. Orang-orang dengan daya beli lebih tinggi seringkali mencari rumah di lingkungan yang harganya terjangkau. Ini bisa menjadi daerah yang selama ini dihuni oleh warga kelas pekerja. Ketika mereka berinvestasi di sana, harga properti naik. Ini adalah ketentuan pasar, seperti hukum alam yang tidak bisa dihindari.

Jadi, pertanyaannya adalah, mengapa gentrifikasi terjadi? Jawabannya sederhana: investasi. Saat individu atau perusahaan mulai membangun proyek-proyek besar di wilayah tertentu, mereka meningkatkan infrastruktur, menarik bisnis, dan meningkatkan nilai properti. Semua ini mengundang warga dengan pendapatan lebih tinggi, yang kemudian mengubah wajah lingkungan tersebut.

Tentu, kita tidak bisa mengabaikan daya magnet kultural yang ada di gentrifikasi. Uang dan gaya hidup juga bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong gentrifikasi.

Dampak gentrifikasi

Kita telah membahas bagaimana gentrifikasi terjadi dan apa yang mendorongnya. Sekarang mari kita fokus pada dampaknya terhadap komunitas yang ada.

Gentrifikasi, seperti permainan Monopoli, memiliki pemenang dan pecundang. Pemenangnya adalah pemilik properti yang bisa menjual dengan harga tinggi, bisnis yang berkembang pesat, dan pemerintah yang dapat meningkatkan pendapatan pajak dari daerah yang gentrifikasi.

Di sisi lain, pecundangnya seringkali adalah penduduk asli yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena kenaikan harga sewa atau pajak properti yang meningkat tajam. Ini adalah masalah serius yang sering kali memicu perdebatan sengit tentang gentrifikasi.

Gentrifikasi Jogja termasuk yang paling sering diperbincangkan. Dalam Jurnal Studi Pemuda berjudul Kelompok Milenial dan Tantangan Pembangunan Kota: Gentrifikasi dan Komersialisasi Ruang di Kota Yogyakarta, Gentrifikasi memang berdampak positif terhadap pembangunan namun juga ada sisi lain yang perlu diperhatikan.

Pada studi kasus Kampung Sosrokusuman yang mulanya mayoritas dihuni abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan mandat serat kekancingan kini telah berubah kepemilikan pada pebisnis perhotelan. 

Lebih lanjut, generasi milenial juga terdampak adanya proses gentrifikasi di Sosrokusuman. Lahan yang terbatas dengan harga yang tinggi makin menyulitkan generasi milenial untuk memiliki properti di wilayah ini.

Sekarang kita tahu gentrifikasi itu bukanlah fenomena baru, tapi tetap saja fenomena yang kompleks. Ini adalah cerita tentang perubahan, budaya, dan uang. Gentrifikasi tidak selalu buruk, tetapi memahami dampaknya pada komunitas adalah kunci untuk mencapai perubahan yang lebih baik.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel