Sediksi.com – Meta, korporasi induk Facebook, mulai menyiapkan aplikasi media sosial baru yang terdesentralisasi dan berbasis teks yang direncanakan menjadi alternatif Twitter. Seperti biasa, kalau ada fenomena atau fitur yang populer di media sosial, Meta mencoba untuk nggak ketinggalan.
Dikutip dari Reuters, Meta mulai mengeksplorasi kemungkinan korporasinya membuat jejaring sosial untuk berbagi kabar terkini melalui teks. Aplikasi media sosial baru ini bakal bekerja dengan kerangka yang mirip dengan Mastodon, layanan mirip Twitter yang diluncurkan pada 2016.
“Kami sedang menjajaki jejaring sosial terdesentralisasi mandiri untuk berbagi pembaruan teks. Kami percaya ada peluang untuk menciptakan ruang terpisah yang memungkinkan para kreator dan tokoh masyarakat dapat berbagi kabar terbaru soal minat mereka,” kata juru bicara Meta pada Reuters.
Aplikasi serupa Twitter yang mereka rencanakan itu diperkirakan akan membuat Meta memperoleh keuntungan dari ribut-ribut yang terjadi di Twitter. Rencana ini juga bisa memberi alternatif bagi pengguna Twitter untuk beralih platform.
Sejak masuknya Elon Musk ke Twitter, media sosial berlogo burung biru itu memang mengubah beberapa aturan kebijakan situs.
Seperti dilaporkan TechCrunch, aplikasi media sosial baru yang diberi codename P92 ini masih dalam tahap pengembangan. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk masuk ke aplikasi dengan kredensial Instagram mereka. Memang, ada kekhawatiran soal pengguna yang tak ingin berbagi data tersebut dengan aplikasi Meta lainnya.
Korporasi itu mengatakan proyek ini akan dipimpin dan diawasi oleh pimpinan Instagram, Adam Mosseri. Selain itu, Meta telah melibatkan departemen legal untuk mendeteksi isu privasi sebelum aplikasi dibuka untuk publik.
Platform baru ini bakal menggunakan protokol ActivityPub yang juga digunakan oleh Tumblr, Flipboard dan Flickr. Tetapi, platform terdesentralisasi juga tidak terbatas pada protokol ini.
Nasib Aplikasi Media Sosial Baru Bikinan Meta
Belum ada kabar terkait kapan aplikasi media sosial baru ini akan diluncurkan. Sebab Meta masih menjajaki kemungkinan ini dan masih dalam tahap pengembangan.
Rencana Meta ini muncul pada saat Facebook, platform terbesar yang dimiliki Meta, sedang kesulitan untuk menggaet perhatian para pengguna muda. Coba tengok berapa banyak anak muda yang masih main Facebook.
Di saat yang sama, investasi besar mereka di Metaverse, dunia virtual untuk penggunanya berinteraksi dan bekerja, tak kunjung terbayar dalam waktu dekat. Investasi di Metaverse diperkirakan akan menuai hasil pada 2030.
Instagram, platform berbagi foto dan video milik mereka, pun juga memperoleh saingan serius dari TikTok. Para konten kreator mulai meninggalkan Instagram dan mulai beralih ke TikTok.
Sementara untuk WhatsApp, rupanya masih akan jadi platform bikinan Meta yang punya popularitas tinggi di seluruh dunia.
Ditulis Reuters, jika ditilik ke belakang, reputasi Meta sebagai pembuat platform kurang memuaskan. Mereka lebih dikenal sebagai korporasi yang jago mengakuisisi ketimbang berinovasi dan mengembangkan.
“Meta adalah pengakuisisi yang jauh lebih baik daripada inovator atau pengembang,” kata Thomas Hayes, ketua dan anggota pengelola Great Hill Capital yang berbasis di New York.
Beberapa eksperimen yang coba dikembangkan oleh Meta kerap buntu. Dalam beberapa tahun ke belakang, mereka menutup eksperimen mereka di Facebook, seperti Neighborhoods, Campus, hingga Sparked.