Sediksi.com – Aplikasi prakiraan cuaca membantu kita untuk mengecek kondisi dan suhu cuaca sebelum menjalani aktivitas di lokasi tertentu.
Tentunya, aplikasi prakiraan cuaca ini sangatlah penting terutama bagi mereka yang memang sehari-hari menjalani aktivitas di luar rumah.
Namun, tahukah kamu kalau ada aplikasi prakiraan cuaca tak akurat yang bisa kita temukan di Google Play atau App Store.
Mengenai hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dan menanggapinya.
Aplikasi Prakiraan Cuaca Tak Akurat
Setidaknya ada dua aplikasi prakiraan cuaca tak akurat yang patut diketahui oleh masyarakat.
Sejauh ini, memang belum ada rilis resmi mengenai aplikasi prakiraan cuaca yang akurat dan apa saja aplikasi prakiraan cuaca yang tidak akurat.
Namun, melansir dari CNNIndonesia, ada seorang pejabat BMKG yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan dua aplikasi prakiraan cuaca tak akurat itu yakni Accuweather dan The Weather Channel.
Kedua aplikasi itu disebutnya sebagai aplikasi yang sering memberikan informasi tak akurat mengenai cuaca.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa aplikasi-aplikasi itu tak memberikan prakiraan cuaca akurat karena sumber data dan informasi yang sifatnya global.
“Tidak sedikit masyarakat yang menganggap data dan informasi yang diberikan berasal dari BMKG karena menampilkan informasi seputar cuaca di Indonesia, padahal setelah ditelurusi data dan informasi tersebut bersumber dari institusi di luar Indonesia, bukan dari institusi resmi pemerintah,” katanya pada Rabu (18/10) kemarin di Jakarta.
BMKG Beri Himbauan dan Peringatan
Bila kita mencari atau mengetik ‘prakiraan cuaca’ di Google Play Store atau App Store, ada banyak sekali aplikasi sejenisnya.
Selain adanya aplikasi prakiraan cuaca resmi dari pemerintah Indonesia ‘Info BMKG’, ada aplikasi sejenisnya lainnya yang bisa diunduh dengan gratis.
Dwikorita mengatakan bahwa BMKG menjadi satu-satunya institusi resmi Indonesia yang berwenang memberikan prakiraan cuaca.
Lebih lanjut, Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa rendahnya tingkat akurasi prakiraan cuaca pada aplikasi non-pemerintahan diolah berdasarkan pemodelan matematis, kemudian didownscale khusus untuk wilayah Indonesia.
Data global itu merupakan data cuaca yang berasal dari negara-negara seluruh dunia yang menjadi anggota Organisasi Meteorologi Duni atau Wrold Meteorological Organisasi (WMO).
BMKG hanya mengirimkan data dari 59 stasiun pengamatan di Indonesia yang mayoritas Jawa dan Sumatra ke WMO.
Sementara itu, aplikasi prakiraan cuaca swasta mengolah, memodelkan dan me-downscale prakiraan cuaca di berbagai daerah di Indonesia.
Aplikasi yang menggunakan pemodelan global berupa downscale, disebutkan oleh Dwikorita akan memberikan prakiraan cuaca yang tidak akurat.
Pada keterangan resminya, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani mengungkapkan bahwa BMKG memiliki ribuan tiitk observasi yang diperlukan untuk asimilasi dan validasi model Prakiraan Cuaca di seluruh wilayah Indonesia.
Data tersebut diolah yang lalu disebarluaskan di berbagai kanal komunikasi yang dimiliki BMKG, salah satunya melalui aplikasi prakiraan cuaca bernama infoBMKG.
“Karena ditanggung pemerintah, kami mampu untuk menyediakan sistem dan peralatan tersebut, juga mengoperasikan dan memeliharanya. Sebaliknya, institusi non pemerintah tersebut, mungkin tidak mempunyai kapasitas untuk memasang ratusan peralatan dengan sistem processing yang telah diset-up khusus sesuai dengan keunikan dinamika cuaca di wilayah Indonesia,” ujarnya.
Dwikorita menekankan bahwa data di BMKG jauh lebih akurat dan representasi kondisi Indonesia yang diambil dari ratusan stasiun observasi atau ribuan peralatan observasi di seluruh Indonesia.
Masyarakat sebaiknya memilih untuk menggunakan aplikasi resmi dari BMKG yakni infoBMKG yang bisa didownload di Google Play untuk Android atau App Store untuk iOS.
Informasi mengenai prakiraan cuaca juga bisa diketahui atau dicek melalui lama resmi BMKG.go.id atau media sosial BMKG lainnya.