Apa arti cinta bertepuk sebelah tangan? Sebelum menjelaskannya secara panjang lebar, kami ingin mengingatkan logline dari artikel ini bahwa Cinta itu buta, kawan!
Dalam perspektif pengamat, dua orang saling cinta –pasangan romantis– bisa jadi tidak terlihat realistis, seolah dunia milik berdua. Harapan, mimpi dan angan-angan berdua tentang masa depan, seolah meniadakan kemungkinan akan gagalnya sebuah hubungan. Namun, tidak hanya pada pasangan kekasih dengan notabene cinta yang terbalas, pada seseorang yang tak memiliki pasangan (re: jomblo) pun demikian, cinta bisa-bisa membutakannya.
Bagaimana tidak membutakan, cinta bisa membuat seseorang mengorbankan banyak hal agar perasaannya terbalas. Ada pula yang menyakiti diri dengan memendam perasaan cintanya, hanya karena takut ditolak.
Kasus lain menceritakan, seseorang yang rela ‘digantung’ statusnya, biasa juga kita kenal dengan sebutan di-PHP-in (Pemberi Harapan Palsu). Cinta bertepuk sebelah tangan/tidak terbalas ini telah menjadi fenomena umum dalam kehidupan manusi.
Sebuah penelitian menyebutkan kalau secara umum 95% dari pria dan wanita kebanyakan pernah mengalaminya. Para peneliti barat memberi istilah untuk cinta bertepuk sebelah tangan ini dengan Unrequited Love (UL).
Para peneliti mendefinisikan UL sebagai perasaan cinta yang dimiliki seseorang, tidak sama dengan perasaan orang yang dicintainya. Walster, Aronson, Abrahams, & Rottman pada tahun 1966 menemukan sebuah pola yang menyebabkan seseorang mengalami UL, yaitu saat seseorang memberikan sebuah harapan, kemudian ditanggapi lebih oleh pasangannya.
Dari situ muncul perasaan mencintai, namun pasangannya tidak, karena sedari awal memang harapan yang diberikannya bukanlah yang dimaksud dengan cinta. Mereka kemudian meneliti lebih lanjut untuk mengungkapkan apa arti cinta bertepuk sebalah tangan.
Uraian Arti Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Dalam artikelnya, Bringle, Winnick, & Rydell (2013), membagi jenis UL (cinta bertepuk sebelah tangan) menjadi lima macam, yaitu:
- Crush on Someone Who Is Unavailable. Arti cinta bertepuk sebelahtangan yang pertama bermakna di mana seseorang cintanya tidak berbalas karena sosok yang dicintainya memiliki jarak jauh dalam hal daya tarik maupun fisik. Biasanya ini terdapat pada fans yang mendamba-dambakan idolanya secara berlebihan.
- Crush on Someone Nearby Without Initiating a Romantic Relationship. Berbeda kasus dalam arti cinta bertepuk sebelah tangan kedua. Si pencinta bisa jadi dekat dengan sosok yang dicintainya, fisik maupun emosional. Akan tetapi, karena beberapa alasan pencinta tidak bisa menyatakannya atau sudah menyatakan, namun tidak bisa dibalas. Contoh jenis ini adalah sepasang sahabat karib, yang dari kecil bersama. Salah satunya mencintai, namun karena kekhawatiran merusak hubungan persahabatan akhirnya si pecinta ini memendam rasa cintanya.
- Pursuing the Love Object. Arti cinta bertepuk sebelah tangan ini yang biasa kita jumpai, terutama pada remaja pria. UL dalam jenis ini berilaku mengejar-ngejar sosok yang dicintainya. UL jenis ini didasari oleh keinginan si pencinta untuk memiliki orang yang dicintainya. Keinginan ini ditunjukkan lewat usaha untuk mendapatkan cintanya. Jenis ini biasanya tampak pada seseorang yang mengejar-ngejar sosok idamannya lewat mengajak kencan, lebih sering SMS, menunjukkan perhatian, dan lainnya.
- Longing for a Past Lover. Tidak bisa move on? Berarti kamu sedang dilanda UL macam ini. Saat putus, seringkali ada satu pihak yang tidak menyutujui, sehingga masih menyisakan rasa terhadapnya meski sudah tidak memiliki ikatan lagi. Perasaan ini biasanya ditunjukkan lewat ketergantungan terhadap mantan, putusnya hubungan menyisakan kerinduan pada sosok mantan kekasih alias gak bisa move on. Apakah kamu pernah mengalami arti cinta bertepuk sebelah tangan yang satu ini?
- Unequal Love Relationship. Jenis terakhir ini memiliki perbedaan dari jenis-jenis sebelumnya. Perbedaannya terletak di ikatan hubungan. Sepasang kekasih telah membentuk komitmen dalam sebuah hubungan, bisa berbentuk status pacaran atau pernikahan. Akan tetapi, perasaan yang dimiliki keduanya berbeda satu sama lain. Contoh konkritnya bisa dilihat pada pernikahan hasil penjodohan. Si pria sangat mencintai wanita pilihan orang tua, namun wanitanya tidak.
Apapun jenis UL-nya, kamu pastinya pernah merasakan yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan. Jelas, karena saat itu terjadi, perasaan/emosi yang muncul cenderung tidak menyenangkan.
Efek Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
Baumeister bersama rekan-rekannya (1993), menemukan gejala paling umum saat seseorang dilanda UL, salah satunya adalah ketergantungan. Selalu terbayang-bayang wajahnya, salah tingkah di hadapannya, atau bahkan merasa rindu, adalah beberapa dampak dari ketergantungan. Implikasi lebih lanjut dari ketergantungan, bisa menganggu pola tidur, nafsu makan, konsentrasi belajar, dan gangguan perilaku lainnya.
Jacinta F. Rini (2002) memiliki istilah lain, yaitu kecanduan cinta. Bahasa candu ini biasanya melekat pada Narkoba, rokok, kopi, atau hal lain berbau nikotin. Rini menjelaskan candu ini pada seseorang yang berada dalam sebuah hubungan, sehingga ini lebih mirip dalam jenis UL kelima, yaitu unequal love relationship.
Efek yang ditimbulkan berupa rasa takut, curiga, emosi labil, serta sensitif. Kecanduan cinta ini juga bisa dikaitkan dengan empat jenis UL lainnya, yaitu saat cinta benar-benar tidak terbalas tanpa ada hubungan dan ikatan. Rasa cemas, gelisah, sensitif, takut, stres, atau frustasi hadir karena cinta yang terlanjur candu ini tidak berbalas.
Di tingkat ekstrim, cinta bertepuk sebelah tangan bisa berakibat fatal. Di California misalnya, seorang pengangguran pada tahun 1988 menembak tujuh orang, termasuk wanita yang dicintainya, dengan alasan cintanya ditolak berkali-kali (Meloy, 1989). Di Indonesia sendiri kasus-kasus serupa sering diberitakan media.
Tahun 2013 sempat ramai di kawasan Jatinegara, Jakarta, seorang pria membunuh mantan pacarnya karena sakit hati cintanya ditolak. Kasus-kasus bunuh diri akibat cinta yang tidak kesampaian juga bertebaran di media internet.
Akibat dari cinta bertepuk sebelah tangan/tidak terbalas, sangat luas. Mulai dari yang ringan sampai yang berat, berdampak pada diri sendiri, maupun orang lain. Bukan berarti pula kita harus menghindarinya, karena sulit untuk mengendalikan cinta. Yang harus dilakukan adalah intropeksi diri, apa kekurangan yang membuatmu tidak bisa diterimanya.
Jangan lupa juga untuk memahami dia yang kamu cinta. Nova Jono Arianto, dalam artikel lain di ruangpsikologi.com menuliskan bahwa yang terpenting untuk memiliki sebuah pasangan adalah (1) tunjukkan bahwa Anda baik dan selalu ada, (2) percaya diri dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, (3) dan prioritaskan kualitas daripada kuantitas cinta kamu.
Kini, kamu sudah mengerti jenis dan arti cinta bertepuk sebelah tangan. Benar kata pepatah lama “semua pasti ada hikmahnya,” termasuk pula cinta bertepuk sebelah tangan ini.
Bringle, Winnick, dan Rydell (2013) sendiri menjelaskan, terdapat energi positif di balik dampak negatif yang diterima pencinta, ialah cinta itu sendiri. Baiknya kita ambil pelajaran dari apa yang kita sebut sebagai cinta bertepuk sebelah tangan. Yang terpenting, mengertilah bahwa:
“Infantile love follows the principle: “I love because I am loved.” Mature love follows the principle: “I am loved because I love.” Immature love says: “I love you because I need you.” Mature love says: “I need you because I love you”.
Erich Fromm, The Art of Loving
Baca Juga: Sandiwara Cinta Para Penguasa
Referensi
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 2. (R. Juwita, & E. Al, Trans.) Jakarta: Erlangga.
Baumeister, R. F., Wotman, S. R., & Stillwell, A. M. (1993). Unrequited Love: On Heartbreak, Anger, Guilt, Scriptlessness, and Humiliation. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 64 No. 3, 377-394.
Bringle, R. G., Winnick, T., & Rydell, R. J. (2013). The Prevalence and Nature of Unrequited Love. SAGE Open, 1-15.
Meloy, J. R. (1989). Unrequited Love and Wih to Kill, Diagnosis, and Treatment of Borderline Erotomania. Bulletin of The Menninger Clinic, 478-492.
Regan, P. C. (2009). Love, Unreciprocated. In H. Reis, & S. Sprecher, Encyclopedia of Human Relationships (pp. 1018-1019). Lo Angeles: Sage.
Rini, J. F. (2002, Maret 18). Kecanduan Cinta. Retrieved Januari 13, 2014, from e-psikologi.com: http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/kecanduan-cinta