Sediksi.com – Tahun baru sebentar lagi akan datang. Kurang dari dua minggu, sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2024. Sebagian orang berkumpul bersama teman, kolega ataupun keluarga untuk merayakannya. Ada yang makan bersama, ada yang keluar dan berkeliling kota. Ada juga yang tidak begitu antusias merayakan tahun baru dan memutuskan untuk tidur ketika jarum jam menunjukkan pukul 00:00.
Tahun baru itu sendiri dikenal dengan kemeriahannya. Kembang api yang bertebaran dan hiruk pikuk lautan manusia memenuhi setiap sudut Kota dalam satu malam. Namun dibalik kemeriahannya itu, ada satu tradisi yang identik dengan diri sendiri. Tradisi ini kontras dengan perayaan tahun baru yang ramai. Cenderung privat dan sifatnya individu, resolusi tahun baru adalah tradisi yang personal dan isinya dibuat khusus bagi pribadi si pembuatnya. Namun, bagaimana sejarah penemuan resolusi tahun baru bisa terbentuk?
Sejarah Penemuan Resolusi Tahun Baru
Sedikit menilik sejarahnya, tahun baru dimulai dari 2000 SM oleh masyarakat Babilonia. Pada saat itu, masyarakat Babilonia merayakan Akitu, festival 12 harian untuk menyambut tahun baru. Perayaan tahun baru pertama yang terekam oleh sejarah. Masyarakat Babilonia merayakan tahun baru pada pertengahan bulan Maret. Selama festival ini berlangsung, rangkaian yang dimulai adalah bertani dan menanam, pengangkatan raja baru serta sumpah mereka untuk tetap setia terhadap raja tersebut. Mereka juga membuat perjanjian dengan Tuhan untuk membayar utang serta mengembalikan barang-barang yang dipinjam. Perjanjian inilah yang disebut sebagai pelopor resolusi tahun baru. Apabila masyarakat Babilonia memenuhi janji mereka, maka Dewa akan memakmurkan kehidupan masyarakat.
Tradisi perayaan tahun baru tersebut kemudian diadopsi oleh masyarakat Roma, termasuk tradisi resolusi tahun baru. Tanggal perayaannya pun, mengikuti Julius Cesar digeser menjadi tanggal 1 Januari. Dari situ, dimulailah setiap tahunnya masyarakat Roma merayakan serta membuat perjanjain terhadap dewa Janus, yang mana itulah asal mula dari nama bulan Januari. Dewa Janus disimbolkan dapat melihat ke belakang menuju tahun-tahun sebelumnya serta bisa melihat apa yang terjadi di masa depan. Masyarakat Roma berkorban untuk Dewa Janus dan berjanji untuk tetap berbuat baik untuk tahun yang akan berganti.
Memasuki abad pertengahan, para kesatria biasanya mengambil sumpah di akhir musim Natal. Sumpah itu disebut dengan peacock vow. Sumpah ini setiap tahunnya mereka lakukan, sebagai bentuk komitmen mereka untuk tetap menjadi seorang kesatria.
Untuk jemaat Kristen awal, hari pertama tahun baru merupakan acara tradisional untuk merenung dan merefleksikan masa lalu, mencari penyelesaian, serta membentuk resolusi untuk menjadi lebih baik ke depannya. Pada tahun 1740, pendeta asal Inggris John Wesley yang juga penemu aliran methodism, membuat layanan pembaharuan perjanjian, yang umumnya dilakukan ketika malam tahun baru dan hari tahun baru. Layanan ini disebut dengan watch night service.
Kegiatan yang dilakukan berupa pembacaan alkitab, dan menyanyikan lagu religi. Layanan ini juga sebagai alternatif dari perayaan yang biasanya dilakukan dengan meriah oleh masyarakat umum. Di dalam watch night service ini, para jemaat berdoa sambil membentuk resolusi untuk menyambut tahun yang akan berganti.
Praktik Resolusi Tahun Baru
Dalam sejarah, frasa lengkap “resolusi tahun baru” mulai ditemukan pada 1 Januari 1813 di harian koran Boston. Pada akhir masa-masa krisis malaise, sebanyak seperempat populasi masyarakat Amerika Serikat membuat resolusi tahun baru. Memasuki awal abad 21, menurut American Medical Association, terdapat 40%-50% warga Amerika serikat yang terlibat dalam pembuatan resolusi tahun baru.
Studi yang dilakukan oleh Richard Wiseman dari Bristol University (2007) melaporkan bahwa dari 3000 partisipan yang terlibat dalam pembuatan resolusi tahun baru, sebanyak 88% persen menunjukkan kegagalan. Meskipun kepercayaan diri akan keberhasilan resolusi menunjukkan angka 52%.
Terlepas dari sejarah penemuan resolusi tahun baru yang berasal dari tradisi keagamaan. Resolusi tahun baru saat ini praktiknya lebih sekuler. Kebanyakan orang membuat resolusi untuk pribadi mereka sendiri, bukan untuk berjanji terhadap Tuhan. Tujuan dibuatnya resolusi tahun baru murni untuk pengembangan diri dan kepentingan individual saja.
Demikian sejarah singkat penemuan resolusi tahun baru kami rangkum. Sudahkah teman-teman memikirkan resolusi untuk tahun depan? Adakah hal-hal baru yang ingin dicoba, atau sekadar memperbaiki diri agar lebih baik dari tahun sebelumnya?