Sediksi.com – Bagi beberapa klub sepak bola, identitas menjadi sesuatu yang sakral dan merupakan bagian integral dari eksistensi dan tujuan mereka. Klub-klub seperti ini cenderung tidak hanya bermain untuk kejayaan atau hiburan, namun juga untuk sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam.
Salah satunya ialah klub asal Chili bernama CD Palestino yang memiliki sejarah keterikatan kuat dengan perjuangan rakyat Palestina.
Di tengah-tengah pelarangan membawa isu konflik Israel-Palestina ke dalam sepak bola, utamanya di Eropa, klub CD Palestino menjadi salah satu dari segelintir medium yang memberikan keleluasaan untuk menyuarakan perjuangan Palestina.
Lalu, mengapa ada klub sepak bola dari sebuah negara di kawasan Amerika Selatan yang memiliki kepedulian kuat terhadap perjuangan rakyat Palestina? Untuk mengetahuinya, simak ulasan mengenai profil CD Palestino berikut ini.
Baca Juga: Sepak Bola Masih Hipokrit Soal Kemanusiaan
Sejarah CD Palestino
Club Deportivo Palestino, atau biasa disingkat CD Palestino, adalah klub sepak bola yang berbasis di ibukota Chili, Santiago, dan didirikan pada tahun 1920. Para imigran asal Palestina di kota ini menjadi orang-orang yang berada di balik pendirian klub berjuluk Tino ini.
Chili sendiri disebut-sebut menjadi lokasi komunitas Palestina terbesar di luar kawasan Arab. Dikutip dari Al Jazeera, terdapat sekitar 500 ribu penduduk keturunan Palestina di Chili.
Proses migrasi mereka ke negara ini memiliki sejarah panjang dan dapat mulai dilacak sejak periode 1850-an. Menurut profesor Pusat Studi Arab di University of Chile, Ricardo Marzuco, terdapat 3 gelombang migrasi besar warga Palestina sejak akhir abad 19.
Marzuco menambahkan bahwa meskipun gelombang pertama kedatangan warga Palestina ke Chili menghadapi masalah-masalah seperti xenofobia dan rasisme, namun secara keseluruhan mereka mampu beradaptasi dengan baik di negara ini.
Salah satunya ialah lewat sepak bola. Pendirian klub dilihat sebagai salah satu cara yang digunakan komunitas Palestina di Chili untuk membangun hubungan dengan para penduduk lokal. Namun, tentu saja dengan tetap mempertahankan identitas serta budaya mereka.
Hal ini terlihat jelas pada nama, logo, serta warna yang tertera dalam klub CD Palestino. Sehingga, klub ini dilihat sebagai representasi komunitas Palestina yang bermukim di Chili.
“Mereka menganggap bahwa salah satu cara terbaik untuk membuat Palestina dikenal adalah dengan menciptakan klub sepak bola profesional, sehingga ‘Palestina’ dapat muncul di surat kabar setidaknya seminggu sekali,” ungkap Diego Khamis, direktur eksekutif Komunitas Palestina di Chile, dikutip dari Al Jazeera.
Baca Juga: Mengenal Green Brigade, Kelompok Ultras Celtic yang Vokal Menyuarakan Isu-Isu Sosial dan Politik
Perkembangan CD Palestino di Atas Lapangan
CD Palestino sendiri awalnya dibentuk untuk mengikuti kompetisi di daerah Osorno. Mereka saat itu masih berstatus sebagai klub amatir, dan hal ini bertahan sekitar 3 dekade lamanya.
Pada 1952, Federasi Sepak Bola Chili (FFCh) membentuk liga profesional pertama mereka. Di sini, Tino resmi memperoleh status profesional mereka setelah diterima sebagai salah satu klub peserta di divisi 2.
Palestino langsung mendapatkan promosi ke kasta tertinggi (Primera División) setelah berhasil memenangkan divisi 2 di musim perdananya. Di musim selanjutnya, klub ini finis di urutan kedua Primera División.
Dua tahun berselang, Palestino sukses menjuarai liga Chili, yang mana merupakan gelar juara tingkat nasional pertama mereka.
Klub yang bermarkas di Estadio Municipal de La Cisterna ini tercatat telah memenangkan 2 gelar Primera División (1955, 1978) serta 3 gelar Copa Chile (1975, 1977, 2018).
Di musim 2023/24, Palestino masih berkompetisi di divisi teratas Chili. Per 19 November 2023, klub yang pernah dilatih oleh Manuel Pellegrini ini tengah bertengger di posisi 4 dengan raihan 43 poin, terpaut 9 angka dari pemuncak klasemen, CD Cobresal.
CD Palestino sebagai Medium untuk Menyuarakan Perjuangan Palestina
CD Palestino bukan sekadar klub sepak bola. Ia juga merupakan simbol solidaritas untuk rakyat Palestina serta perjuangan mereka untuk kebebasan dan keadilan.
Ia telah menjadi sebuah platform untuk menyatukan aktivisme Palestina dengan fandom sepak bola, menjadikan slogan-slogan seperti “Free Palestine” sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari para pendukungnya.
“Ketika dunia mengatakan bahwa orang-orang Palestina itu tidak ada, di Chile, kami tahu hal itu tidak benar. Bagaimana Anda bisa mengatakan bahwa sesuatu tidak ada padahal ia ada di sini?” kata Khamis dikutip dari Al Jazeera.
Palestino memang diketahui beberapa kali menunjukkan dukungan langsung terhadap perjuangan Palestina di atas lapangan. Pada 2014, klub ini pernah mengubah angka satu pada nomor punggung seragam mereka menyerupai peta wilayah Palestina sebelum pembentukan negara Israel.
Hal ini kemudian mengundang protes keras dari beberapa organisasi Yahudi di Chili. Pemilik klub CD Ñublense, Patrick Kiblisky, mengajukan protes formal terhadap apa yang dilakukan Tino tersebut.
Federasi Sepak Bola Chili akhirnya membalas protes tersebut dengan menjatuhkan sanksi denda sebesar 1.300 Dollars dan memaksa Palestino untuk mengubah desain angka nomor punggung tersebut. FFCh saat itu mengatakan bahwa mereka tidak dapat menolerir segala bentuk diskriminasi politik, agama, seksual, etnik, sosial, atau rasial.
Palestino sendiri saat itu merespons sanksi tersebut dengan menuliskan pernyataan di halaman Facebook resmi mereka, “Bagi kami, free Palestine akan selalu menjadi Palestina yang bersejarah, tidak kurang.”
Selanjutnya pada 2021, para pemain Palestino memasuki lapangan dengan mengenakan keffiyeh, sorban tradisional Palestina, sebelum pertandingan melawan Colo-Colo. Gestur tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang tengah menghadapi berbagai penindasan brutal dan kekerasan dari Israel.
“Palestina adalah bagian penting pada identitas kami sebagai sebuah tim. Simbol-simbol Palestina, seperti keffiyeh, menunujukkan koneksi yang kami miliki dengan tanah air kami. Kita harus berdiri bersama dalam menghadapi kesulitan,” ungkap presiden CD Palestino, Jorge Uauy, dikutip dari TRT World.