7 Ciri-Ciri Imposter Syndrome, Sering Dialami Si Perfeksionis

7 Ciri-Ciri Imposter Syndrome, Sering Dialami Si Perfeksionis

mengenal imposter syndrome

DAFTAR ISI

Sediksi – Setiap orang pernah merasakan momen di mana dipenuhi oleh rasa ragu dan tidak percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Seiring dengan tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi, ada kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi seseorang. Keadaan ini dikenal dengan sebutan Imposter Syndrome

Namun, rasa ragu dan tidak percaya bukan satu-satunya indikator untuk Imposter Syndrome. Ada banyak tanda-tanda lain yang membuat seseorang dianggap sedang mengalami kondisi ini. 

Melalui artikel ini, Sediksi akan membahas pengertian Imposter Syndrome dan 7 ciri-cirinya yang bisa membantu untuk memahami dan mengatasi kondisi ini. Yuk, simak sampai habis!

Pengertian Imposter Syndrome

Imposter Syndrome, atau Sindrom Penipu, merupakan keadaan di mana seseorang merasa bahwa kesuksesan yang diraih sebenarnya tidak pantas mereka dapatkan. Meskipun memiliki prestasi luar biasa, orang-orang dengan Imposter Syndrome cenderung meremehkan diri sendiri serta merasa sebagai seorang penipu yang berhasil meyakinkan orang lain tentang kemampuannya.

Ini bukanlah masalah rendah diri sederhana, tapi perasaan yang rumit dan mengkhawatirkan. Orang dengan Imposter Syndrome seringkali tidak mampu menerima pencapaian diri sendiri dan merasa bahwa mereka hanya beruntung atau bahwa orang lain telah salah menilai mereka. Jadi, ini membuat mereka ragu untuk maju.

Ciri-Ciri Imposter Syndrome

7 Ciri-Ciri Imposter Syndrome, Sering Dialami Si Perfeksionis - ciri ciri imposter syndrome
Pexels/ Mikhail Nilov

Meragukan Kemampuan Diri

Ciri pertama Imposter Syndrome adalah meragukan kemampuan diri sendiri secara berlebihan. Meskipun punya kualifikasi dan pengalaman yang cukup, orang dengan kondisi ini seringkali tidak bisa mempercayai bahwa mereka sebenarnya kompeten dalam pekerjaan atau bidang tertentu. Sebaliknya, mereka menganggap itu hanya keberuntungan.

Selain itu, saking tidak percaya dengan kemampuannya, mereka merasa orang lain lebih berhak menduduki posisi atau meraih pencapaian yang sama. Padahal sebenarnya orang dengan Imposter Syndrome ini cenderung pintar dan punya potensi yang baik. Namun, itu semua tertutup rasa ragu dan tidak percayanya sendiri.

Sering Menjadi People Pleaser

Orang dengan Imposter Syndrome cenderung menjadi “People Pleaser” atau sangat ingin menyenangkan orang lain. Dibanding mementingkan urusan dan kebahagiaan diri sendiri, mereka lebih suka membantu orang lain dengan berlebihan. Bahkan, mengesampingkan diri sendiri hanya untuk orang lain.

Pasalnya, orang-orang tersebut merasa perlu untuk selalu memenuhi ekspektasi orang di sekitarnya sebagai cara untuk membuktikan bahwa mereka layak mendapatkan tempat dan pengakuan yang diterima. Padahal pengakuan bukanlah hal yang menentukan kesuksesan kita, tapi kemampuan dan kerja keras yang dilakukan.

Suka Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain

Ciri selanjutnya adalah kecenderungan untuk selalu membandingkan diri dengan orang lain. Daripada mensyukuri pencapaian dan kerja keras hingga sampai di titik ini, orang dengan Imposter Syndrome lebih memilih membandingkan diri dengan orang lain.

Orang-orang itu melihat kesuksesan dan pencapaian orang lain sebagai ukuran keberhasilan untuk diri sendiri. Mereka berusaha meraih apa yang didapatkan orang lain padahal setiap orang punya jalannya masing-masing. Hal inilah yang bisa menyebabkan rasa rendah diri dan kecemasan yang terus-menerus.

Bekerja Terlalu Keras

Seseorang yang mengalami Imposter Syndrome seringkali bekerja terlalu keras. Meskipun orang dengan kondisi ini telah mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, mereka tidak dapat menikmati kesuksesan sepenuhnya. Bahkan, mereka merasa harus bekerja lebih giat karena tidak pantas berada di posisi tersebut.

Orang yang memiliki Imposter Syndrome terus-menerus merasa perlu membuktikan diri dan seringkali terlalu fokus pada pekerjaan mereka. Perasaan kurang cukup baik dan tidak pantas itu terus menghantui dan memaksa mereka untuk mengerahkan segala upaya dalam meraih sesuatu.

Cenderung Perfeksionis

Perfeksionisme adalah teman dekat Imposter Syndrome. Orang dengan situasi ini menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan merasa gagal jika mereka tidak mencapai hasil yang sempurna. Oleh karena itu, ada perasaan selalu kurang baik dan kurang berusaha dalam kehidupan mereka.

Kondisi ini menciptakan siklus yang sulit untuk dihentikan dan meningkatkan tekanan yang mereka rasakan. Pikiran mereka terus-menerus menyuruh untuk bekerja dengan maksimal dan sempurna hanya untuk mendapat pencapaian yang nantinya tidak mereka rayakan dengan sepenuh hati.

Tidak Kuat Menghadapi Banyak Tekanan

Orang dengan Imposter Syndrome kebanyakan tidak tahan terhadap tekanan. Mereka merasa cemas dan terbebani oleh tanggung jawab, terutama jika mereka merasa tidak layak atau mampu mengatasi tugas tersebut. Dibanding mengambil tanggung jawab yang besar dan penuh tekanan, mereka memilih untuk menghindar dari hal tersebut.

Hal inilah yang membuat mereka kadang tidak mampu untuk keluar dari rasa rendah diri dan tidak berani untuk meningkatkan nilai diri. Mereka terlanjur ketakutan dengan kemungkinan yang akan terjadi dan tekanan yang dirasakan ketika mengambil pilihan tersebut.

Takut Gagal

Takut akan kegagalan menjadi beban yang berat bagi orang yang mengidap Imposter Syndrome. Mereka mungkin enggan mengambil resiko atau tantangan baru karena takut bahwa kegagalan akan membuktikan bahwa mereka sebenarnya tidak kompeten. 

Itu juga yang menyebabkan mereka tidak mau mengambil tanggung jawab yang besar. Ketakutan akan gagal menjadi hal yang menghantui mereka sepanjang bekerja. 

Mengatasi Imposter Syndrome adalah perjalanan panjang menuju pemahaman diri dan penerimaan atas kemampuan dan prestasi yang dimiliki. Penting untuk menyadari bahwa perasaan ini dapat diatasi dengan dukungan yang tepat, baik dari diri sendiri maupun orang-orang di sekitar.

Jadi, jangan terlalu memaksa diri sendiri ya!

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel