Dampak Perubahan Iklim Bagi Kopi: Bikin Hasil Panen Jadi Turun dan Harga Jadi Naik

Dampak Perubahan Iklim Bagi Kopi: Bikin Hasil Panen Jadi Turun dan Harga Jadi Naik

Perubahan iklim bikin harga kopi naik

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Baru-baru ini dilakukan sebuah penelitian mengenai hubungan antara perubahan iklim dengan produksi kopi secara global. Sekelompok peneliti mengamati produksi kopi di 12 negara penghasil kopi terbesar antara periode 1980 sampai 2020 dalam kaitannya dengan faktor-faktor iklim, seperti temperatur, curah hujan, dan kelembaban.

Dikutip dari The Guardian, hasil studi ini menemukan terjadi peningkatan dampak bahaya iklim (climate hazards)—kurang optimalnya pertumbuhan dikarenakan kondisi ekstrim seperti temperatur tinggi, kekeringan, embun beku, serta banjir—di setiap wilayah produsen kopi selama periode tersebut. Tahun 2010 sampai 2020 dinilai sebagai periode terparah.

Baca Juga: Polusi Udara Bikin Tulang Perempuan Pascamenopause Lebih Cepat Keropos

Mayoritas kopi yang dikonsumsi secara global sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu Arabika dan Robusta. Suhu yang dinilai sesuai untuk pertumbuhan optimal jenis kopi tersebut berada di kisaran 18-22 derajat Celcius (untuk Arabika) dan 22-28 derajat Celcius (untuk Robusta).

Kopi, utamanya Arabika, dianggap sebagai tanaman sensitif yang rentan terhadap kondisi cuaca yang berubah-ubah. Temuan dari studi di atas memperlihatkan bahwa karakteristik iklim saat ini berada pada kondisi suhu yang terlalu panas di kawasan-kawasan tempat kopi diproduksi.

Salah satu peneliti studi, Dr. Doug Richardson, mengatakan bahwa perubahan kondisi dari sejuk dan basah ke panas dan kering tidak lain disebabkan oleh perubahan iklim.

Kondisi perubahan iklim ini sendiri diproyeksi akan menyebabkan peningkatan temperatur secara berkala pada kawasan-kawasan tropis, yang pada gilirannya dapat berpengaruh pada produksi kopi.

Richardson menambahkan bahwa goncangan terhadap jumlah suplai kopi tentu saja dapat mempengaruhi harga. Jika ketersediaan kopi sedikit, kenaikan harga jelas mengikuti.

Penelitian ini juga mengamati fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO) atau fenomena laut-atmosfer yang terjadi secara berkala dan tidak teratur di kawasan Timur-Laut Samudera Pasifik dan berdampak pada sebagian besar daerah tropis dan sub-tropis.

Fenomena ENSO meningkatkan kondisi iklim menjadi terlalu panas serta terlalu kering pada kawasan-kawasan penghasil kopi, terkecuali Brasil bagian selatan. Kawasan yang terkenal sebagai penghasil kopi Arabika terbesar di dunia ini tidak terlalu terdampak oleh ENSO.

Selain itu, area-area penghasil Arabika dalam jumlah besar, seperti Ethiopia Barat-Daya dan Brasil Tenggara, tidak terlalu rentan terhadap bahaya perubahan iklim.

Richardson sendiri berharap suplai kopi dari kawasan yang tidak terlalu terdampak ENSO, seperti Brasil bagian selatan, dapat membantu menyeimbangkan ketersediaan di kawasan yang terdampak, seperti Kolombia, Vietnam, Indonesia, Brasil bagian utara, dll.

notix-artikel-retargeting-pixel