Sediksi.com – Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Hossein Amir-Abdollahian ditemukan tewas Minggu beberapa jam setelah helikopter mereka jatuh secara tiba-tiba di daerah pegunungan yang berkabut tebal. Sebuah drone Turki menunjukkan lokasi kecelakaan berada di sisi gunung di barat laut Iran (19/5).
Pasca kematian Presiden Iran dan Menlu, Iran ditinggal oleh dua pemimpin kunci negara tersebut ketika ketegangan luar biasa juga sedang melanda kawasan mereka, Timur Tengah.
5 fakta pasca kematian Presiden Iran
Mohammad Mokhber ditunjuk sebagai Presiden Iran sementara
Mohammad Mokhber merupakan Wakil Presiden Iran yang menjabat bersama Ebrahim Raisi selaku presiden sejak tahun 2021. Dengan kematian Raisi, Mokhber mengambil alih tanggung jawab presiden selama 50 hari sebagaimana yang sudah di atur dalam konstitusi Iran.
Selama periode 50 hari ini, dewan presiden sementara yang terdiri dari wakil presiden pertama, ketua parlemen, dan ketua pengadilan akan bekerja sama untuk menyelenggarakan pemilihan presiden baru.
Penetapan Mokhber sebagai pengganti Raisi dilakukan oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang efektif berlaku mulai Senin. Selain karena dekat dengan Khamenei, penetapan Mokhber juga sejalan dengan konstitusi Iran (20/5).
Sementara itu, posisi Menlu Iran diisi oleh Ali Bagheri Kani yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menlu Iran.
Penetapan 5 hari untuk berkabung
Ayatollah Ali Khamenei juga mengumumkan lima hari berkabung dalam pernyataan yang dipublikasikan oleh organisasi berita negara IRNA. Dalam pernyataan tersebut, dia juga menambahkan, “belasungkawa kepada rakyat Iran”.
Kemudian banyak warga Iran berkumpul di masjid dan alun-alun kota pada hari Senin untuk mendoakan Presiden Iran dan Menlu.
Puncak proses pemakaman dilakukan Kamis
Upacara pemakaman yang berlangsung selama beberapa hari untuk Presiden Iran dan Menlu akan dimulai pada hari Selasa di Tabriz dan berlanjut di Qom, Teheran, dan akhirnya Masyhad untuk dimakamkan di sebelah tempat suci Imam Ali Ibn Mousa al-Rida. Hal ini disampaikan oleh Kepala Komite Perencanaan Pemakaman Mohsen Mansouri dan Wakil Presiden Iran untuk urusan eksekutif.
Pemberhentian pertama di Qom adalah di kuil Fatima Masumeh, tempat jenazah para syuhada telah ditunggu oleh jutaan orang yang berkumpul sejak dini hari. Setelah itu, prosesi dilanjutkan melewati jalan-jalan kota Qom hingga mencapai Masjid Jamkaran.
Prosesi upacara pemakaman dengan doa dan iring-iringan tersebut akan berakhir di kuil Imam Reza dimana Raisi dan Amir-Abdollahian akan dikebumikan pada Kamis malam.
Eksil Iran di Berlin rayakan kematian Presiden Iran
Kendati banyak warga Iran menunjukkan belasungkawa terhadap kematian Presiden Iran dan Menlu dengan meramaikan proses pemakaman yang berlangsung selama beberapa hari tersebut, tidak begitu halnya dengan para eksil Iran di berlin.
Para eksil di Berlin rayakan kematian Presiden Iran di luar gedung kedutaan mereka pada 20 Mei.
“Selamat kepada seluruh warga Iran. Kami sangat, sangat bahagia dan kami berharap, sesegera mungkin, kami akan membawa negara kami kembali ke negara yang merdeka,” seru salah satu peserta unjuk rasa.
Rombongan juga membentangkan plakat bergambar wajah Raisi yang dicoret. Tidak hanya itu, para pengunjuk rasa juga menyebut kematian Presiden Iran tersebut sebagai “hari bahagia”.
Raisi menjadi presiden kedua Iran yang terbunuh ketika menjabat
Dengan sejarah panjang konflik politik internal dan eksternal Iran, Ebrahim Raisi sudah menjadi presiden Iran kedua yang terbunuh ketika menjabat.
Adapun presiden Iran pertama tersebut adalah Mohammad Ali Rajai, yang terbunuh pada tahun 1981 akibat bom dalam peristiwa Revolusi Islam yang terjadi di negara tersebut. Peristiwa tersebut juga membunuh tokoh penting lain negara tersebut, Mohammad-Javad Bahonar selaku Perdana Menteri (PM) Iran. Adapun total kematian atas peristiwa tersebut ada lima.
Serangan ini terjadi dua bulan setelah pemboman Hafte Tir. Para pejabat Iran mengidentifikasi Massoud Keshmiri sebagai pelakunya, seorang agen Mujahidin Rakyat Iran. Meskipun pihak lain juga menuduh pemboman itu diatur oleh saingan politiknya di dalam Partai Republik Islam.