Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II: Membantu Kemenangan Sekutu

Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II: Membantu Kemenangan Sekutu

Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Waktu Perang Dunia II berlangsung, kekuatan Sekutu membutuhkan cara untuk mengirimkan pesan rahasia yang tidak mungkin diuraikan oleh pasukan musuh, dan oleh karena itu mereka merekrut sekelompok orang yang dikenal Navajo Code Talkers.

Dan ini adalah kisah penutur kode Navajo pada Perang Dunia II, para prajurit yang menggunakan bahasa mereka sebagai senjata—senjata yang tidak pernah dipecahkan oleh musuh selama Perang Dunia II.

Ini terjadi pada tahun 1942, Korps Marinir AS, yang merasa butuh sekelompok yang bisa mengirimkan pesan tanpa diketahui oleh musuh ini, merekrut 29 orang untuk membuat kode menggunakan bahasa ibu mereka.

Penasaran selengkapnya mengenai kisah penutur Navajo pada Perang Dunia II ini? Maka simak ulasannya berikut ini untuk mengetahuinya.

Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II

Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II: Membantu Kemenangan Sekutu - Para Penutur Kode Navajo
Image from History Daily

Kisah penutur kode Navajo pada Perang Dunia II ini bermula ketika Perang Dunia II meletus, pada tahun 1942, Sekutu ditekan di kedua medan perang. Nazi sudah menduduki Prancis, dan Inggris masih berjuang untuk mengatasi dampak dari serangan Blitz.

Sementara itu, Amerika Serikat juga menghadapi tantangan besar dalam komunikasi militer, karena pasukan Jepang semakin mahir dalam memecahkan kode mereka.

Kode-kode yang digunakan sering dipecahkan oleh musuh, dan nampaknya hampir semua bentuk komunikasi memiliki kekurangan saat itu, sehingga membutuhkan solusi yang inovatif. Jawabannya datang dari suku Navajo, yang bahasanya kompleks dan belum pernah didokumentasikan secara tertulis.

Masih ditahun yang sama, seorang veteran Perang Dunia I bernama Philip Johnston, mengusulkan ide untuk menggunakan bahasa Navajo sebagai kode militer.

Johnston sendiri adalah seorang insinyur sipil dari Los Angeles yang telah membaca tentang masalah yang dihadapi Amerika Serikat dalam hal keamanan militer.

Sebagai anak seorang misionaris, Johnston dibesarkan dan tumbuh di tengah komunitas Navajo, di mana dia menjadi fasih dalam bahasa Pribumi.

Johnston tahu bahwa bahasa Navajo memiliki struktur yang unik dan kata-kata yang sulit untuk diterjemahkan, membuatnya menjadi kandidat yang sempurna untuk mengembangkan kode yang tidak dapat dipecahkan.

Ketika ia mempresentasikan idenya itu kepada para perwira Marinir, mereka awalnya skeptis. Namun pada akhirnya setuju dan mencoba melakukan rencananya, untuk itu pertama mereka merekrut 29 orang Navajo asli untuk mengembangkan kode rahasia tersebut.

Mengutip dari laman National Museum of the American Indian, dari tulisan Code Talkers, Kopral William McCabe, salah satu anggota asli menjelaskan “Semua layanan, seperti tentara, divisi, kompi, batalyon, resimen… kami hanya memberi mereka nama marga. Pesawat terbang, kami beri nama sesuai dengan nama burung… elang adalah pembom, pesawat patrol adalah gagak dan kolibri adalah pesawat tempur.”

Ya, mereka mengambil kata-kata dari bahasa Navajo dan menerapkannya pada terminology militer, dan tentu saja itu efektif untuk membingungkan musuh.

Kisah penutur kode Navajo pada Perang Dunia II, atau “Code Talkers,” seperti yang dikenal, berperan penting dalam banyak pertempuran di Pasifik.

Mereka mengirimkan pesan yang mengatur serangan, mengarahkan artileri, dan menyelamatkan nyawa tanpa pernah diketahui oleh musuh. Keberanian dan kecerdikan mereka sangat berkontribusi pada kemenangan Sekutu di Pasifik.

Penutur Kode Navajo Saat Menuju Perang

Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II: Membantu Kemenangan Sekutu - Navajo Code Talkers
Image from Teachingamericanhistory

Kecermelangan kode Navajo ini tidak seperti kode militer konvensional yang panjang dan rumit serta harus ditulis dan dikirim ke seseorang yang kemudian harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk menguraikannya pada peralatan elektronik, sebaliknya kode Navajo hanya mengandalkan mulut pengirim dan telinga penerima.

Jadi tentu menerjemahkannya memakan waktu yang jauh lebih singkat, karena yang berbicara dan menerima kode sudah sama-sama tahu apa artinya.

Selama uji coba awal, penutur kode Navajo ini menerjemahkan, mengirim dan menguraikan pesan dalam waktu kurang dari tiga menit saja.

Selain waktu yang dibutuhkan jauh lebih singkat, kode ini memiliki keunggulan lainya yakni; karena kosakata bahasa Navajo dan padanannya dalam bahasa Ingris dipilih secara acak, bahkan seseorang yang berhasil mempelajari bahasa Navajo tidak dapat memecahkan kode tersebut, karena mereka hanya akan melihat daftar kata-kata bahasa Navajo yang tampaknya tidak berarti.

Karena pimpinan Korps Marinir sangat terkesan, mereka kemudian segera menerapkan kode tersebut di medan pertempuran Pasifik.

Itulah dia ulasan tentang Kisah Penutur Kode Navajo pada Perang Dunia II, ini adalah pengingat akan kekuatan bahasa dan budaya. Mereka tidak hanya melindungi negara mereka tetapi juga melestarikan bahasa dan warisan mereka melalui tindakan heroik di medan perang.

Hari ini, kita mengenang dan menghormati mereka sebagai pahlawan yang menggunakan suara mereka untuk membawa kedamaian.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel