5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh

5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh

Film tentang Body Shaming

DAFTAR ISI

Sediksi.comBody shaming merupakan salah satu isu sosial yang masih kerap dijumpai dalam masyarakat. Isu ini banyak memberikan dampak negatif, sehingga upaya untuk menanggulanginya terus coba untuk ditingkatkan. Salah satunya ialah lewat film tentang body shaming.

Body shaming sendiri merupakan suatu bentuk diskriminasi berdasarkan penampilan fisik yang pada umumnya ditujukan kepada mereka yang dianggap menyalahi ‘standar umum’ terkait bagaimana bentuk tubuh yang ideal. Beberapa aspek yang sering dijadikan sasaran body shaming, antara lain berat badan, tinggi badan, warna kulit, rambut, serta atribut-atribut fisik lainnya.

Body shaming secara umum dapat berdampak pada hilangnya percaya diri atau munculnya perasaan malu seseorang terhadap bentuk tubuhnya. Hal ini kemudian dapat berujung pada isu lain, seperti isu kesehatan mental serta kesehatan fisik.

Kampanye sosial untuk meningkatkan kesadaran terkait dampak buruk body shaming serta dorongan untuk lebih menghargai bentuk-bentuk tubuh, seperti kampanye body positivity, semakin terus diupayakan. Salah satunya dengan mengangkat isu ini ke dalam film tentang body shaming.

Ada beberapa film tentang body shaming yang dapat membantu meningkatkan kepekaan perihal keberagaman bentuk tubuh serta dampak negatif dari stereotip bentuk-bentuk tubuh tertentu. Artikel ini akan membahas 5 film tentang body shaming yang dapat dijadikan rekomendasi nonton film.

5 Film tentang Body Shaming

Dumplin (2018)

5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh -
Gambar: IMDb

Film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Julie Murphy ini menceritakan kisah karakter bernama Willowdean “Will” Dickson (diperankan oleh Danielle Macdonald) yang mengikuti sebuah kontes kecantikan sebagai bentuk perlawanan terhadap standar kecantikan.

Will sendiri merupakan anak dari seorang mantan pemenang kontes kecantikan, Rosie Dickson (diperankan oleh Jennifer Aniston), yang terlalu sibuk dalam dunia kontes kecantikan sehingga jarang menghabiskan waktu bersama anaknya.

Secara fisik, Will terlihat jauh berbeda dengan ibunya. Hal ini membuat Will sering terkena body shaming karena berat badan yang ia miliki, utamanya dari rekan-rekan ibunya.

Dumplin memperlihatkan dampak negatif dari body shaming, salah satunya ialah insekuritas yang dapat membuat seseorang terlalu fokus pada penilaian orang lain. Selain itu, film tentang body shaming garapan sutradara Anne Fletcher ini juga menyampaikan terkait pentingnya penguatan satu sama lain dalam menghadapi lingkungan yang toxic.

Real Women Have Curves (2002)

5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh - MV5BNzY2NzA0NjM3OF5BMl5BanBnXkFtZTcwMDAyMTg4NA@@. V1 FMjpg UX2048
Gambar: IMDb

Film drama-komedi garapan Patricia Cardoso ini mengisahkan perjuangan seorang gadis remaja keturunan Meksiko-Amerika, Anna Garcia (diperankan oleh America Ferrera), dalam meraih cita-citanya di tengah-tengah berbagai tuntutan keluarga, terutama dari ibunya.

Anna berusaha untuk mengejar ambisinya memperoleh pendidikan tinggi, meskipun ibunya, Carmen Garcia (diperankan oleh Lupe Ontiveros), menuntutnya untuk bekerja dan kemudian menikah. Carmen ditampilkan sebagai seorang ibu yang abusif, yang memaksakan kehendaknya kepada anaknya, serta beberapa kali melakukan body shaming, baik kepada Anna maupun rekan kerjanya di pabrik tekstil.

Real Women Have Curves membawa pesan terkait bagaimana perilaku body shaming bisa datang dari siapa saja, bahkan dari orang terdekat sekalipun. Selain itu, film tentang body shaming ini juga banyak mengangkat terkait isu stereotip gender, khususnya dalam keluarga.

The DUFF (2015)

5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh -
Gambar: IMDb

The DUFF merupakan film komedi remaja yang diangkat dari novel berjudul sama karya Kody Keplinger. Karakter utama film, Bianca Piper (diperankan oleh Mae Whitman), adalah seorang gadis remaja yang bersahabat dengan dua orang gadis populer di sekolah, Jess dan Casey.

Suatu hari di sebuah pesta, tetangga serta teman masa kecil Bianca, Wesley Rush (diperankan oleh Robbie Amell), mencoba menyadarkan Bianca bahwa ia hanyalah seorang “DUFF” di dalam sirkel pertemanannya.

DUFF (Designated Ugly Fat Friend) merupakan istilah untuk merujuk pada seseorang di dalam suatu kelompok pertemanan yang dianggap paling tidak populer. Seorang DUFF biasanya akan dijadikan tunggangan oleh orang lain agar bisa mendapatkan akses kepada anggota kelompok yang lebih populer.

Film garapan sutradara Ari Sandel ini mengangkat perilaku body shaming di kalangan remaja yang menggunakan istilah bermakna peyoratif, yang mana dapat melanggengkan stereotip berdasarkan bentuk fisik.

Imperfect: Karir, Cinta, & Timbangan (2019)

5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh - MV5BZDhlYTIzMmYtZDg4YS00YjMzLTg2YjEtOWZhZjMyZmVlZDZiXkEyXkFqcGdeQXVyNzEzNjU1NDg@. V1 FMjpg UX750
Gambar: IMDb

Film Indonesia yang disutradarai oleh Ernest Prakasa ini menampilkan kisah perempuan bernama Rara (diperankan oleh Jessica Mila) yang kerap mengalami perlakuan diskriminatif karena bentuk fisiknya.

Rara sendiri merupakan anak dari seorang model sukses, Debby (diperankan oleh Karina Suwandi). Namun, berbeda dengan adiknya, Lulu (diperankan oleh Yasmin Napper), Rara tidak mewarisi bentuk fisik ibunya, yang membuatnya kerap mendapat celaan.

Bentuk fisiknya ini juga membuatnya mendapat banyak perlakuan di tempat kerjanya, yaitu Malathi, sebuah perusahaan kosmetik. Rara bahkan gagal mendapat promosi hanya karena bentuk tubuhnya yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan.

Selain permasalahan diskriminasi dan perundungan, film tentang body shaming ini juga menampilkan dampak dari perilaku body shaming, seperti insekuritas, tekanan hidup, dan sikap tidak jujur terhadap diri sendiri.

Film yang diangkat dari novel berjudul Imperfect: A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia ini juga mencoba untuk membawa pesan terkait standar kecantikan, bahwa perempuan seharusnya tidak diikat oleh bentuk standar kecantikan tertentu sebab, pada dasarnya, bentuk fisik perempuan itu beragam.

Hairspray (2007)

5 Film tentang Body Shaming, Mari Saling Menghargai Perbedaan Bentuk Tubuh - MV5BMjA2MjI5ODI2OV5BMl5BanBnXkFtZTYwMTAyNzY3. V1 FMjpg UX485
Gambar: IMDb

Hairspray merupakan film drama-romantis yang diangkat dari pertunjukan musikal Broadway berjudul sama pada tahun 2002, yang mana juga merupakan adaptasi dari film berjudul Hairspray yang rilis pada 1988.

Film ini berlatar periode 1960an dan mengangkat kisah Tracy Turnblad (diperankan oleh Nikki Blonsky) yang mengikuti audisi The Corny Collins Show, sebuah acara TV lokal yang menampilkan penari-penari remaja. Tracy awalnya ditolak oleh manager stasiun WYZT, Velma von Tussle (diperankan oleh Michelle Pfeiffer), sekaligus ibu dari penari utama dalam acara tersebut, Amber von Tussle (diperankan oleh Brittany Snow).

Alasan utama penolakan terhadap Tracy ialah karena kelebihan berat badan serta dukungan Tracy terhadap penghapusan diskriminasi rasial. Namun, hal ini tidak menghentikan impiannya hingga akhirnya ia berhasil masuk ke dalam The Corny Collins Show. Meskipun telah menjadi bagian dari acara, Tracy masih harus menghadapi berbagai jenis tantangan lainnya.

Selain mengangkat isu body shaming, film garapan Adam Shankman ini juga menampilkan permasalahan rasial serta upaya untuk menumbuhkan self-confident dan memperjuangkan integrasi rasial.

Demikian ulasan 5 film tentang body shaming yang dapat membantu anda untuk lebih aware terhadap permasalahan ini. Lewat film-film tentang body shaming di atas, kita bisa lebih menyadari bahwa bentuk tubuh tiap orang memiliki keunikannya masing-masing.

Film-film di atas juga banyak yang membawa pesan perihal bagaimana perilaku-perilaku diskriminasi serta stereotip berdasarkan bentuk tubuh dapat dilawan dengan mempromosikan kesadaran untuk menghargai berbagai bentuk fisik, salah satunya lewat body positivity.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel