Sediksi.com – Pada 22 November, Israel menyetujui kesepakatan gencatan senjata sementara yang akan dimulai 24 jam setelah keputusan tersebut diumumkan.
Kesepakatan tersebut dicapai setelah melalui proses negosiasi antara Israel dan Hamas yang dimediasi oleh Qatar dan berlangsung di Doha, Qatar.
Gencatan senjata sementara tersebut disepakati akan berlangsung selama empat hari. Setelah hari keempat, Israel akan kembali melanjutkan operasinya.
Israel menghabisi Gaza sebelum gencatan senjata dimulai
Masih ada waktu kurang dari 24 jam sebelum fase gencatan senjata dimulai, Israel justru meningkatkan intensitas penyerangannya di Gaza.
Tentara Israel telah melakukan penggerebekan di wilayah Tepi Barat yang mereka jajah, termasuk di Hebron, kamp pengungsi Dheisheh, dan Tulkarem pada 22 November.
Berdasarkan laporan pekerja medis kepada Al Jazeera, seorang laki-laki warga Palestina berusia 30 tahun dibunuh oleh pasukan Israel dalam serangan di desa Azzun, Tepi Barat, dekat kota Qalqilya.
Kemudian dua jurnalis di Gaza dibunuh oleh tentara Israel menurut laporan Wafa, media Palestina.
Sementara itu, total warga Palestina yang dibunuh pasukan Israel sejak 7 Oktober hingga 22 November sudah melebihi 14.128 orang.
Menurut laporan kantor media di Gaza, 5.840 korban tewas adalah anak-anak. Sedangkan sebanyak 3.920 korban tewas adalah perempuan.
Lalu, dari total penduduk Gaza yang sekitar 2,3 juta orang, sebanyak 1,7 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Sejak 7 Oktober hingga sekarang, pasukan Israel juga sudah merusak atau menghancurkan ribuan bangunan, termasuk pemukiman warga sipil, kamp pengungsi, rumah sakit, masjid, dan gereja.
Jumlah warga Palestina dibunuh tentara Israel bertambah setiap harinya selama hampir dua bulan terakhir sejak eskalasi konflik berlangsung, Kementerian Kesehatan Gaza mengaku sudah tidak mampu menghitung jumlah korban tewas.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ashraf al-Qidra, juru bicara kementerian kepada The Associated Press pada hari Selasa, 21 November.
“Sayangnya Kementerian Kesehatan belum bisa mengeluarkan statistiknya karena terputusnya komunikasi antar rumah sakit dan adanya gangguan jaringan internet,” lanjutnya.
Alat elektronik yang mereka gunakan sebagai database untuk mengumpulkan data korban dari rumah sakit “tidak lagi mampu menghitung nama dan menghitung statistiknya.”
Gencatan senjata akan berlangsung 4 hari, dan mungkin diperpanjang
Dari hasil negosiasi yang dimediasi oleh Qatar, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata dilangsungkan selama empat hari mulai Kamis, 23 November.
Waktu empat hari tersebut akan dimanfaatkan untuk membebaskan setidaknya 50 orang Israel. Warga asing yang juga disandera Hamas tidak termasuk dalam kesepakatan ini.
Hingga 22 November, hanya empat yang sudah dibebaskan dari sekitar 240 orang sandera Hamas di Gaza.
Melansir dari Al Jazeera, masa gencatan senjata atau jeda perang bisa diperpanjang satu hari untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan.
Tanpa menyebutkan terkait pembebasan tahanan Palestina sebagai imbalannya.
Sebab dalam pembebasan 50 orang perempuan dan anak-anak yang disandera Hamas ini, sebanyak 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang dipenjara di Israel juga akan dibebaskan sebagai imbalan.
Setelah pembebasan sandera dan tahanan satu sama lain, Israel juga akan menghentikan serangan militernya di Gaza.
Selama empat hari itu, ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar diberi izin untuk masuk ke wilayah Gaza tanpa gangguan.
Usai gencatan senjata berakhir, perang tetap berlanjut
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri (PM) Israel menyatakan Israel tidak punya niatan untuk mengakhiri konflik.
Melansir dari Al Jazeera, pernyataan ini disampaikan dalam rekaman suara pada 22 November.
“Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan kami,” ucapnya. “Untuk menghancurkan Hamas, mengembalikan semua sandera kami, dan memastikan tidak ada entitas di Gaza yang bisa mengancam Israel.”
Dengan perkiraan kesepakatan gencatan senjata berakhir setelah hari keempat, Israel akan melanjutkan serangannya di Gaza.
Mungkinkah gencatan senjata ini dipertahankan? Apa yang bisa dilakukan?
Ada harapan untuk mewujudkan gencatan senjata permanen
Melansir dari Al Jazeera, beberapa analis mengatakan komunitas internasional harus bisa memanfaatkan jeda perang yang hanya berlangsung selama empat hari ini untuk memastikan berakhirnya pertempuran secara total serta menjaga perdamaian untuk jangka panjang.
Selama empat hari gencatan senjata, akan dilakukan pertukaran sandera dan tahanan, distribusi bantuan untuk seluruh Gaza, pemulihan pasien, evakuasi mayat yang masih tertimbun oleh puing-puing bangunan.
Tapi yang perlu diingat juga, “perlu adanya tekanan besar terhadap Israel agar Israel tidak melanjutkan pertempuran setelah hari terakhir gencatan senjata berakhir.”
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Antony Loewenstein, jurnalis dan penulis independen yang tinggal di Australia.
Tamer Qarmout, asisten profesor Kebijakan Publik di Institut Doha mengatakan kesepakatan ini terjadi di “situasi yang ringkih”.
Kepada Al Jazeera dia menjelaskan, “jika masa gencatan senjata berhasil dilalui sampai akhir, hal ini mungkin membuka peluang lain untuk menukar tawanan lainnya dan mudah-mudahan bisa mengakhiri perang ini.”
Kendati terkesan hanya waktu yang sangat terbatas, James Bays, Diplomatic Editor Al Jazeera juga optimis dengan gencatan senjata ini.
“Begitu jeda perang dimulai, komunitas internasional, kecuali Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, terutama Inggris dan Jerman, pasti mengharapkan gencatan senjata permanen. Jadi akan ada banyak tekanan untuk memulainya, dan bukan menghentikannya.”