Sediksi.com – Sistem kerja remote semakin banyak menjadi pilihan pekerja dan perusahaan karena faktor fleksibilitasnya yang memungkinkan pekerja untuk tetap bisa menyelesaikan tugasnya tanpa harus hadir di kantor secara rutin.
Bagi yang kesulitan beradaptasi dengan sistem kerja remote ini dengan baik, bukannya keuntungan tersebut yang didapat, malah berbagai kerugian yang dialami. Yang selain merugikan tempat kerjanya, juga merugikan diri sendiri.
Kesulitan beradaptasi bisa berakar dari kebiasaan sama yang diulang-ulang, tapi kebiasaan ini kebiasaan yang buruk serta tidak produktif terhadap pekerjaan. Untuk memotong siklus negatif ini, artikel ini menyediakan informasi beberapa kebiasaan buruk kerja remote yang harus kalian segera hapus.
Kebiasaan buruk kerja remote
Menunda-nunda pekerjaan
Sistem kerja remote memang memberi pekerja fleksibilitas dari segi kalian jadi bisa bekerja di ruang kerja pribadi, kafe, atau bahkan tempat tidur. Sayangnya, sistem ini bisa membuat kalian cenderung menunda-nunda pekerjaan.
Hal ini dikarenakan kalian merasa tidak diawasi langsung dari atasan atau rekan kerja lainnya. Sehingga kalian jadi mendapat kemudahan lebih untuk menunda-nunda pekerjaan.
Kebiasaan buruk kerja remote ini perlu segera diatasi dengan memastikan otak dan tubuh kalian benar-benar seratus persen berkomitmen untuk memperbaiki diri dan tentunya, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Meskipun di beberapa artikel menyarankan membuat jadwal sehari-hari dan rencana kerja sebagai solusi dari masalah ini. Tapi jika tidak berkomitmen dengan jadwal yang sudah kalian buat sendiri, maka solusi ini juga tidak berhasil.
Dan yang pasti, pekerjaan kalian juga otomatis jadi tidak selesai tepat waktu.
Tidak menetapkan boundary, terancam burnout
Burnout sendiri telah menjadi masalah bahkan sebelum pandemi Covid-19 datang. Ketika terjadi pandemi, kita juga kesulitan dalam menetapkan boundary dengan kondisi saat itu yang serba terisolasi secara fisik. Kendati pandemi akhirnya berlalu, tidak dengan kesulitan dalam menetapkan boundary.
Alasannya, ketika kerja remote, tidak ada pemisah fisik yang jelas antara ruang kerja dan ruang pribadi. Hal ini membuat sulit untuk mengalihkan perhatian dari pekerjaan ke waktu luang, karena kalian selalu berada di tempat yang sama.
Kemudian, gadget juga memungkinkan akses yang terus-menerus ke pekerjaan, sehingga sulit untuk menentukan kapan seharusnya “turn off” dari pekerjaan. Email, panggilan, dan WhatsApp dapat terus masuk bahkan di luar jam kerja.
Di sisi lain, faktor individu pekerja tersebut juga bisa menjadi alasan. Bagi beberapa orang, pekerjaan bukan hanya tentang mencari nafkah, tetapi juga bagian dari identitas mereka. Hal ini dapat membuat sulit untuk memisahkan diri dari pekerjaan dan menetapkan batasan yang sehat.
Kurang komunikasi
Kerja remote berarti kalian harus berkomunikasi dengan orang kantor secara tidak langsung, tapi bisa lewat telepon, WhatsApp, email, dan sebagainya yang sangat mungkin menyebabkan terganggunya komunikasi.
Terkadang, komunikasi menjadi kurang efektif dalam lingkungan remote. Email atau pesan teks mungkin tidak segera dijawab, atau detail penting dapat hilang dalam komunikasi daring.
Masalah komunikasi ini mungkin saja terjadi di luar kontrol kalian. Tapi, tetap ada yang bisa kalian lakukan untuk diri sendiri demi mengatasi kebiasaan buruk kerja remote yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi.
Misalnya, pilih platform komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan tim kalian, buat panduan atau kebijakan internal yang jelas tentang bagaimana, kapan, dan di mana komunikasi harus dilakukan, jadwalkan pertemuan rutin, budayakan untuk menerapkan active listening, dan secara teratur meninjau efektivitas komunikasi tim.
Tidak merawat diri
Sering kali, orang yang kerja remote mengabaikan perawatan diri dengan dalih hanya kerja di rumah dan tidak ketemu siapapun, termasuk orang kantor. Jadi, buat apa mandi sebelum kerja?
Padahal merawat diri sekalipun kalian tidak akan bertemu siapapun itu penting. Selain soal mandi, yang mencakup merawat diri juga di antaranya rajin berolahraga, istirahat yang cukup, dan mengupayakan untuk rajin melakukan interaksi sosial.
Kebiasaan buruk kerja remote ini perlu sekali untuk diubah karena dampak buruknya bisa menyerang kondisi fisik dalam jangka waktu lama jika terus-terusan dibiarkan, atau bahkan jangka pendek.
Selain itu, faktor ini juga sangat mungkin menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental tanpa disadari awalnya. Sehingga jika kalian mulai menyadari ada hal yang tidak beres sejak awal dan berkaitan dengan fisik dan mental kalian, segera lakukan sesuatu untuk mengatasi situasi tersebut.
Itu dia beberapa kebiasaan buruk kerja remote yang harus segera kalian hapuskan dan perbaiki agar bukan hanya kalian mampu menjadi pekerja remote yang kompeten, tapi juga menyelamatkan kesehatan mental serta fisik kalian.