Sediksi.com – Cinta selalu menjadi emosi yang kompleks dan multifaset, mampu membawa kebahagiaan luar biasa atau membawa individu ke jalan yang berbahaya.
Dalam ranah hubungan romantis, beberapa kisah mengambil arah yang lebih gelap, melampaui batas konvensional dari gairah. Salah satu fenomena seperti itu, pernah ada kasus cewek yandere di dunia nyata.
Tau arti yandere kan? Istilah untuk menyebut sifat seseorang yang punya obsesi cinta “menyimpang” kadang pada tingkat yang tidak masuk akal, banyak juga jenis atau tipe-tipe yandere ini.
Kisah ini akan berputar pada kasus cewek yandere di dunia nyata, yakni dari Yuka Takaoka yang tega membunuh pacarnya karena diduga akibat rasa cemburu yang dirasakannya.
Kasus Cewek Yandere di Dunia Nyata
Sebelum membahas lebih jauh tentang Yuka Takaoka, kasus cewek yandere di dunia nyata ini, perlu diketahui tentang istilah yandere.
Istilah “yandere” berasal dari budaya pop Jepang, 1 dari berbagai arketipe lain yang disebut dere. Yandere sendiri merujuk pada arketipe karakter yang ditandai dengan obsesi yang intens dan seringkali dengan hal yang mengejutkan (tega membunuh) dengan motivasi minat romantis mereka.
Meskipun karakter yandere umum dalam anime dan manga, kejadian perilaku seperti itu muncul dalam kehidupan nyata, jarang namun tetap mengejutkan.
Lanjut ke kisah Yuka Takaoka, kasus cewek yandere di dunia nyata ini. Mengutip dari laman Daily Crime, kejadian ini berlangsung pada sore hari tanggal 23 Mei 2019.
Takaoka mempunyai motivasi itu bukan karena direncanakan atau punya dendam kesumat sebelumnya, akan tetapi berawal pada sesaat sebelum kejadian, Takaoka sedang melihat-lihat ponsel pacarnya, namun menemukan foto pacarnya sedang bermesraan dengan wanita lain.
Intro sebentar, bagi kalian para penggemar anime maupun manga, yang sudah mendalaminya, pasti tau anime dengan judul School Days kan? Anime ini dengan kasus cewek yandere di dunia nyata ini seperti ada kemiripannya.
Kembali lagi ke…laptop, eh kasus tadi deng… yak, karena menemukan foto pacarnya itu dengan perempuan lain yang sedang kelihatan mesra, Takaoka jadi diliputi oleh kemarahan, cemburu dan akhirnya memutuskan untuk membunuh pacarnya.
Oiya, dari tadi ngomong panjang lebar mengenai kasus ini tapi belum tau siapa nama pacarnya, si korban. Nama pacar Takaoka ini adalah Luna, tepatnya Phoenix Luna… cukup aneh di kita ya, karena nama Luna lebih lekat di perempuan bagi kita, tapi dia beneran laki-laki kok.
Tanpa bermaksud mengulik lebih dalam dengan latar belakang tersangka dan korban ini, saya akan coba jelaskan di permukaan saja tentang mereka, sebelum lanjut ke inti kejadian.
Latar Belakang Pasangan Ini
Dari laporan Daily Crime tadi, umur dari Takaoka saat kejadian adalah 21 tahun, sedangkan korban 20 tahun.
Jadi Takaoka ini bekerja sebagai “Girls Bar”, pada saat itu ia memakai nama “Kaede Yuno” dan dikenal sebagai kepala pelayan yang baik oleh pelanggan.
Pertemuan mereka berdua berawal saat Phoenix Luna (nama panggung) yang bekerja sebagai host (semacam pelayan di Japanese host club, untuk menemani minum pelanggan) yang sering datang ke toko Takaoka.
Luna ini sepertinya adalah pelanggan setia di Bar tersebut, dari situlah mereka mulai mengengal, sekitar bulan maret 2019, Luna mengirim DM ke akun twitter Takaoka, dan mulai dari situ, Yuka Takaoka mulai kerap mengunjungi Host Club Luna, hingga kencanduan ke sana.
Ia ke tempat luna bisa sampai seminggu 3 kali dan sekali ke sana ia bisa menghabiskan jutaan rupiah, dengan motivasi menjadikan Luna host nomor satu di sana, karena termakan rayuannya.
Kejadian Percobaan Pembunuhan
Seperti yang telah disinggung sedikit di atas tadi, berawal dari Takaoka melihat-lihat ponsel Luna saat dia berada di kamar mandi, yang mana Luna pulang terlambat tiga jam untuk pulang ke rumah seperti biasanya.
Mengutip dari 8days, dengan judul berita Japanese Hostess Who Stabbed Gigolo Boyfriend In 2019 Finishes Jail Sentence & Is Now An Influencer,Pada malam yang sama itu pula, Takaoka menunggu sampai pukul 3.50 pagi ketika Luna tertidur lelap.
Kemudian dia mengambil pisau paling tajam di dapur, duduk di atas Luna, lalu menusukka pisau itu ke perutnya. Serangan itu seketika membangunkan Luna dan reflek mendorong Takaoka menjauh darinya, lalu melarikan diri dari apartemen itu.
Luna sempat melarikan diri dan masuk ke lift namun, ia pingsan di sana. Ketika polisi tiba di tempat kejadian, Yuka Takaoka yang berlumuran darah terlihat dengan tenang merokok di luar Gedung.
Tanpa berkelit, Yuka langsung mengaku bersalah atas percobaan pembunuhan itu, ia mengklaim hanya melakukan apa yang dia lakukan karena terlalu mencintai Luna, ia juga mengatakan bahwa dia berniat untuk bunuh diri setelah membunuh Luna.
Dari laporan Daily Crime berjudul Yuka Takaoka: The ‘real-life Yandere’ convicted of attempting to murder her ex, kenapa ini dinyatakan sebagai kasus cewek yandere di dunia nyata adalah karena saat polisi mengintrogasi Yuka, dan akhirnya mengetahui lebih banyak tentang kondisi pikirannya saat percobaan pembunuhan itu terjadi.
Ia menjelaskan bagaimana ia merasa sedih dan ingin mati, dia berpikir bahwa satu-satunya cara agar dia bisa bersama dengan Luna adalah jika mereka berdua mati bersama.
Dia berbicara tentang “mempersiapkan kehidupan baru bersamanya” dan bahkan mengklaim bahwa Luna mengatakan bahwa dia menyukainya setelah mereka saling menikam.
Polisi juga menemukan memo yang ditulis di ponsel Takaoka di mana dia menggambarkan dirinya sebagai “a tragic heroine” dan menuntut untuk mengetahui bagaimana Luna bisa melirik wanita lain.
Dia menulis bahwa membunuh Luna adalah pilihan yang terbaik dan tidak akan ada rasa sakit setelahnya “saya tidak butuh apapun selain kamu” tulisnya.
Untungnya, orang-orang di sekitar kejadian dan polisi menyelamatkan nyawa Luna tepat pada waktunya. Pada akhirnya Yuka dijatuhi hukuman tiga tahun enam bulan penjara, yang sebelumnya jaksa penuntut umum menuntut 5 tahun penjara.
Ini berkat Luna yang muncul di persidangan dan meminta hakim untuk bersikap lunak pada mantan pacarnya itu, dia mengatakan kepada pengadilan “Jika memungkinkan, saya ingin orang-orang dapat menjalani kehidupan yang normal daripada membayar dosa-dosa mereka”.