Sediksi – Perusahaan media sosial X (dulunya Twitter) akan mengeluarkan kebijakan baru mereka. Kebijakan ini terkait dengan privasi pengguna aplikasi media sosial X, kabarnya X akan mulai mengumpulkan data biometrik penggunanya termasuk juga riwayat pekerjaan penggunanya.
Dikutip dari Gizmodo, kemungkinan X akan menggunakan pemindai wajah untuk mengetahui bahwa kamu sebagai pengguna benar-benar manusia.Â
Kebijakan baru X ini rupanya punya singgungan erat dengan privasi pengguna. Persoalannya, data yang telah dikirim tidak bisa dijamin keamanannya.
Kebijakan baru X terkait privasi pengguna
Pengumpulan data biometrics
Mereka mengatakan, kebijakan privasi mengenai pengumpulan ID biometrics pengguna, semuanya akan berdasarkan persetujuan kamu sebagai pengguna. Dengan kata lain, jika kamu tidak bersedia, maka data biometrics tidak akan dipindai oleh X.
X juga mengatakan bahwa adanya kebijakan baru ini bertujuan untuk keselamatan, keamanan, dan juga identifikasi pengguna.
Hal tersebut tercantum dalam bunyi kebijakan yang ditulis oleh X bahwa “Berdasarkan persetujuan Anda, kami akan mengumpulkan dan menggunakan informasi biometrik Anda untuk tujuan keselamatan, keamanan, dan identifikasi.”
Jika memang kebijakan privasi X terbaru ini ada karena beberapa hal tersebut, bisa jadi ini adalah salah satu langkah dari X untuk meningkatkan lapisan keamanan mereka selain langganan centang biru.
Bagi pengguna kamu yang menggunakan X Premium, ada sedikit hal yang berbeda. Dikutip dari CNN, X akan memberikan kamu sebuah pilihan untuk memberikan foto kartu identitas dan juga foto selfie.
Sebenarnya hal ini sama saja, kemungkinan X akan menganalisa data biometrics kamu melalui kartu identitas berdasarkan data pemerintah dan foto selfie yang mereka minta akan dicocokan dengan data-data yang mereka kumpulkan.
Data riwayat pekerjaan
Dikutip dari CNN, Selain data biometrics, rencananya X juga akan mengumpulkan riwayat pekerjaan sekaligus riwayat pendidikan penggunanya. Hal ini dapat dilihat pada bagian bawah akan ada tulisan “Lamaran Pekerjaan”
Data tersebut nantinya akan digunakan X sebagai patokan untuk merekomendasikan pekerjaan yang potensial bagi penggunanya.
Selain itu, data lamaran kerja yang kamu cantumkan akan dibagikan oleh X kepada pemberi pekerjaan saat pengguna melamar untuk suatu pekerjaan. Tak hanya itu, X juga berharap pemberi kerja juga akan menemukan kandidat yang potensial.
X akan memberi kamu informasi mengenai pekerjaan sesuai dengan minat kamu melalui iklan-iklan yang dari pihak ketiga dan lainnya.
Dikutip dari tech.co, Kebijakan ini akan diterapkan oleh X mulai tanggal 29 September nanti.
Baca Juga: Makna Logo X Pengganti Burung Biru Twitter
Dampak kebijakan ke keamanan data
Mengenai adanya kebijakan tersebut, muncul pertanyaan mengenai keamanan data pengguna. Apakah data biometrics pengguna dan riwayat pekerjaan yang dikumpulkan oleh X terjamin keamanannya?
Pertanyaan ini muncul karena beberapa waktu lalu beberapa perusahaan teknologi besar dunia sempat mengalami kebocoran data pengguna baik itu karena standar sistem perlindungan yang diterapkan lemah atau sebagainya.
Seperti contoh perusahaan teknologi terbesar di dunia yaitu Google, YouTube, Fitbit dan lain sebagainya. Mereka semua pernah memiliki suatu masalah yang disebabkan karena kebijakan pengumpulan data. Apakah akan terjadi hal sama pada kebijakan pengumpulan data X?
Dikutip dari Fortune, kekhawatiran akan keamanan data pengguna juga diutarakan oleh Brad Smith sebagai pendiri agensi digital dari Inggris yaitu Succeed Digital.
Dia mengatakan bahwa “Ada banyak masalah privasi yang timbul akibat penyimpanan data tersebut”. Selain itu dirinya juga mengingatkan pada X mengenai tanggung jawab perusahaan X untuk selalu menjaga keamanan data yang telah mereka kumpulkan.
Menurutnya, kemungkinan bagi suatu perusahaan dan juga pemerintah untuk menyalahgunakan data ini akan tetap ada. Misalnya, perusahaan atau pemerintah akan mengumpulkan data biometric pengguna dengan tujuan pemantauan tanpa persetujuan dari pengguna. Sementara itu, data riwayat pendidikan bisa saja digunakan sebagai alat praktik diskriminatif.
Baca Juga: Wahai Data Yang Mahakuasa….
Klaim X data digunakan untuk melatih kecerdasan buatan (AI)
Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh X dengan kebijakan barunya ini adalah rencana X untuk menggunakan data pengguna yang telah mereka kumpulkan untuk melatih sistem kecerdasan buatan atau AI.
Perusahaan X mengungkapkan dalam kebijakan privasinya bahwa “Kami dapat menggunakan informasi yang kami kumpulkan dan informasi yang tersedia secara publik untuk membantu melatih machine learning atau artificial intelligence“.
Semenjak X dimiliki oleh Elon Musk, sudah banyak kebijakan-kebijakan kontroversial yang muncul di dalam perusahaan sosial media ini. Mulai dari pembatasan scroll bagi pengguna aplikasi X gratis, bisnis centang biru, dan saat ini kebijakan baru tentang pengumpulan data biometrics dan riwayat pekerjaan pengguna.