Kemenkes Gunakan Teknologi Wolbachia untuk Tekan Penyebaran DBD

Kemenkes Gunakan Teknologi Wolbachia untuk Tekan Penyebaran DBD

teknologi wolbachia kemenkes Aedes aegypti

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Musim kemarau berpotensi memicu penyebaran beberapa penyakit tropis di daerah. Salah satu penyakit tropis yang marak terjadi diantaranya demam berdarah dangue (DBD).

Meskipun nyamuk Aedes aegypti cenderung berkembang biak masif saat musim hujan, penyebaran DBD dapat berlangsung sepanjang tahun. Hingga Juli 2023, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes mencatat 42.690 kasus dengan 317 korban meninggal akibat Dengue.

Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue menularkan virus tersebut ke manusia melalui gigitan. Selain Aedes aegypti, nyamuk Aedes albopictus juga membawa penyebaran virus Dangue.

Menurut data Kemenkes, ada lima kabupaten dan kota dengan kasus DBD yang tinggi. Kota dengan kasus DBD tertinggi per Juli 2023 yaitu Kota Bandung dengan 1124 kasus, disusul Kota Denpasar dengan 1122 kasus, Kabupaten Bandung sejumlah 732 kasus, Kota Bekasi sejumlah 699 kasus, dan Kota Bima dengan 597 kasus.

Untuk menekan jumlah populasi nyamuk penyebab DBD, pemerintah melakukan fogging di daerah-daerah dengan risiko tinggi penularan DBD. Namun, pengendalian nyamuk dengan menyemprot cairan insektisida ke udara juga mempunyai dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia apabila tidak dilakukan dengan benar.

Oleh karena itu, Kemenkes juga melakukan pencegahan penyebaran DBD dengan pendekatan biologis. Ada beberapa cara yang ditempuh Kemenkes diantaranya dengan menerbitkan Keputusan Menkes No 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dangue melalui Wolbachia.

Teknologi Wolbachia

Kemenkes Gunakan Teknologi Wolbachia untuk Tekan Penyebaran DBD - Teknologi wolbachia
Kemenkes

Wolbachia sebenarnya merupakan bakteri yang umum ditemukan pada sel-sel hewan, salah satunya pada antropoda termasuk serangga. Beberapa nyamuk di daerah tertentu secara alami telah terinfeksi Wolbachia.

Melalui riset World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta yang dimulai sejak tahun 2011, peneliti membuktikan bahwa Wolbachia dapat melumpuhkan virus Dengue pada tubuh nyamuk Aedes aegypti. Dengan begitu, nyamuk Aedes aegypti tidak menularkan virus Dengue mesipun menggigit manusia.

Riset tersebut juga menemukan fakta bahwa apabila nyamuk Aedes aegypti jantan dengan infeksi Wolbachia kawin maka virus Dengue pada nyamuk betina akan ikut terblokir. Sedangkan jika nyamuk betina yang berwolbachia kawin dengan nyamuk jantan tidak berwolbachia, maka seluruh telurnya akan mengandung Wolbachia.

Melalui penelitian tersebut pula, teknologi Wolbachia dianggap mampu menurunkan 77 persen angka kejadian kasus Dengue di Yogyakarta. Kemenkes lantas menjadikan teknologi Wolbachia sebagai inovasi strategi pengendalian dalam strategi nasional.

Melansir laman resmi Kemenkes, Kemenkes memilih lima kota untuk menjadi proyek percontohan (pilot project) penerapan teknologi Wolbachia pada Mei 2023.  Kelima kota tersebut antara lain Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.

Kota Semarang menjadi kota yang pertama mengadopsi teknologi Wolbachia. Ada sekitar 7.000 ember berisi bibit nyamuk berwolbachia yang disebar di Kecamatan Tembalang, Semarang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, fokus pemerintah akan fokus melakukan pencegahan, disamping pengobatan DBD. Cara pertama mencegah penularan DBD yaitu melalui vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh dan yang kedua melalui teknologi Wolbachia untuk melumpuhkan virus Dengue pada nyamuk.

Dampak negatif yang mungkin terjadi

Teknologi Wolbachia diklaim mampu diandalkan untuk mengurangi transmisi DBD dari nyamuk ke manusia.

Kendati demikian, pemerintah juga perlu mempertimbangkan beberapa dampak negatif dari penerapannya. Inovasi yang masih tergolong baru ini memerlukan pengawasan yang lebih jauh agar dampak negatifnya bisa diminimalisir.   

Dilepasnya bibit nyamuk berwolbachia akan menambah populasi nyamuk di lingkungan baru. Hal tersebut berpotensi mengganggu ekosistem lokal yang telah ada sebelumnya.

Meskipun tujuan pelepasan bibit nyamuk tersebut baik, tetapi hal itu bisa merusak keseimbangan alam terutama spesies lain yang bergantung pada populasi nyamuk sebagai sumber makanan.

Dampak lain yang mungkin muncul dan masih perlu penelitian lebih lanjut yaitu resistensi dan evolusi nyamuk berwolbachia. Potensi virus Dengue menjadi resisten pada nyamuk terinfeksi wolbachia juga perlu diteliti.

Cara-cara alami lainnya

Selain intervensi dengan teknologi Wolbachia yang dilakukan pemerintah, ada beberpa cara alami lain yang bisa dilakukan untuk menghalau persebaran nyamuk dan menekan kasus DBD.

Cara-cara alami yang bisa digunakan untuk menghalau nyamuk antara lain menanam tanaman pengusir nyamuk dan memelihara ikan pemakan jentik di rumah.

Upaya pencegahan lain yang bisa dilakukan selama musim kemarau yaitu menutup tandon air agar tidak digunakan sebagai tempat nyamuk berkembang biak. Menggunakan losion untuk mencegah gigitan nyamuk juga dianjurkan oleh P2PM Kemenkes.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel