Sediksi – Pernah mendengar tentang kisah Baluqiya, putra seorang ulama Bani Israil yang saleh yang berangkat dalam pencarian untuk menemukan nabi terakhir Allah, Muhammad?
Kisahnya adalah salah satu kisah paling menakjubkan dan misterius dalam sejarah Islam, karena ia menghadapi banyak keajaiban dan bahaya di sepanjang jalan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tentang kisah Baluqiya, motivasinya, petualangannya, dan nasib akhirnya.
Kisah Baluqiya
Jauh sebelum era kelahiran Nabi Muhammad SAW, Ats-Tsa’labi mengisahkan lelaki bernama Isya, ia adalah seorang dari kalangan Bani Israil, yang merupakan salah satu ulama yang bisa membaca kisah terdahulu.
Ia mempunyai anak bernama Baluqiya. Isya mahir dalam kitab suci dan nubuat-nubuat para nabi sebelumnya. Ia tahu bahwa akan ada utusan terakhir dari Allah yang akan menyempurnakan agama dan membimbing seluruh umat manusia ke jalan kebenaran.
Ia juga tahu beberapa ciri dan tanda nabi ini, yang ia tulis di atas selembar perkamen dan disembunyikan dalam sebuah peti emas di dalam sebuah peti kayu hitam di perbendaharaannya. Isya ini tidak mengungkapkan rahasia ini kepada siapa pun, tidak bahkan kepada putranya atau istrinya.
Ketika Isya meninggal, ia berwasiat kepada Baluqiya agar ia menjadi hakim di kalangan Bani Israil. Suatu hari, ia menemukan peti kayu hitam di perbendaharaannya dan memecahkan kuncinya untuk melihat apa yang ada di dalamnya.
Lalu Baluqiya menemukan lembaran yang menjelaskan tentang nabi terakhir. Ia terheran-heran dan penasaran tentang nabi ini, yang bernama Muhammad.
Setelah selesai membaca, dia bawa lembaran itu kepada ulama Bani Israil. Ketika para ulama itu membaca lembaran, mereka berkata kepada Baluqiya
“Bagaimana bisa bapakmu mengetahui hal ini, tetapi ia tidak memberitahukan kepada kami? Demi Allah, jika bukan karena engkau, pasti kuburannya akan kami bakar karena Isya telah menyembunyikan berita tentang junjungan para rasul”
Setelahnya, ia memutuskan untuk meninggalkan kaumnya dan keluarganya dan pergi mencarinya. Ia memberitahu ibunya tentang niatnya dan meminta izinnya. Ibunya dengan enggan menyetujui dan berdoa untuk keselamatannya.
Perjalanan Kisah Baluqiya
Awal kisah Baluqiya, memulai perjalanannya tanpa arah atau petunjuk yang jelas. Ia berkelana dari negeri ke negeri, dari laut ke laut, dari pulau ke pulau, berharap menemukan Muhammad atau setidaknya beberapa jejaknya. Di sepanjang jalan, ia menyaksikan banyak hal ajaib dan aneh yang menguji iman dan kesabarannya.
Dalam sebuah jaziarah, ia bertemu dengan seekor ular besar yang berbicara kepadanya dan menyatakan kepercayaannya kepada Allah dan Muhammad “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya”.
Baluqiya pun mengucap salam kepada ular besar tersebut, lalu kelompok ular itu bertanya kepada Baluqiya “Dari golongan mana engkau”
Lalu segera menjawab bahwa Baluqiya berasal dari kaum Bani Israil dan langsung menanyakan balik di mana Muhammad saat itu. Namun ia tidak mendapat jawaban yang diinginkannya.
Perjalanan ia lanjutkan, terhitung sudah 7 lautan ia lewati dan banyak keanehan yang ia temui. Kisah Baluqiya juga pernah bertemu dengan malaikat dengan sosok yang besar dan tubuhnya sedang berdiri.
Tangan kanan malaikat tersebut berada di timur dan tangan kirinya berada di barat. Lalu sang malaikat pun berkata “Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya”. Sama seperti ular besar tadi, Baluqiya pun mendekat dan mengucap salam kepada malaikat tersebut.
Lalu malaikat bertanya, “siapa engkau?” dan jawaban Baluqiya juga sama dengan apa yang disampaikan kepada ular besar sebelumnya, bahwa ia berasal dari kaum Banu Israil dan ia sedang berkelana mencari penutup para nabi.
Baluqiya juga membalas bertanya kepada malaikat “lalu siapa engkau?” dan malaikat menjawab bahwa dirinya ditugaskan oleh Allah untuk mengurusi gelapnya malam dan terangnya siang.
Baluqiya terus bertanya lagi “apa dua baris yang ada di keningmu itu?” malaikat menjawab “dalam dua baris itu tertulis tambahan malam dan siang serta pengurangannya. Aku tak menahan malam kecuali dengan ukuran yang ditentukan”
Ia meneruskan perjalannya dan juga menemui malaikat lainnya yang ditugaskan untuk menangani angin dan menggenggam laut.
Lalu singkatnya kisah Baluqiya dalam meneruskan perjalanannya ia bertemu dengan seekor burung raksasa yang memberinya makanan surgawi dan memberitahunya bahwa ia dikirim oleh Allah untuk memberi rezeki kepada Adam dan Hawa ketika mereka diusir dari surga.
Ia bertanya kepada burung tersebut apakah ada seseorang yang pernah memakan hidangan itu. Lalu si burung besar menjawab “sudah, sesungguhnya Khidir Abdul Abbas, terkadang datang ke sini dan memakan hidangan ini, setelahnya ia pergi lagi”.
Mengetahui jawaban si burung itu, Baluqiya memutuskan untuk tinggal di tempat itu sembari menunggu kedatangan nabi Khidir untuk menanyakan beberapa hal kepadanya.
Singkatnya nabi Khidir AS muncul mendatangi Baluqiya dengan pakaian serba putih, lalu Baluqiya mengucapkan salam kepadanya dan berkata “wahai Khidir, aku telah berpergian dalam rangka mencari Nabi akhir zaman hingga aku sampai ke tempat ini, aku di sini menunggumu ingin mengetahui jawabannya”.
Nabi Khidir pun menjawab bahwa nabi akhir zaman sesungguhnya belum muncul pada zaman itu, dan ia tidak akan bertemu dengannya sekarang.
Pada akhirnya nabi Khidir menawarkan ke Baluqiya untuk memulangkannya kepada ibunya, dan diiyakan oleh Baluqiya.
Perjalanan kisah Baluqiya berlangsung selama 50 tahun, tetapi ia tidak pernah menyerah pada pencariannya. Ia menghadapi banyak kesulitan dan bahaya, tetapi ia juga merasakan banyak nikmat dan keajaiban.
Ia mempelajari banyak pelajaran dan rahasia, tetapi ia juga memiliki banyak pertanyaan dan keraguan. Ia berharap bertemu dengan Muhammad dan memeluk Islam, tetapi ia juga takut melewatkannya dan mati.