Dassler Bersaudara: Kisah Persaingan antara Puma dan Adidas

Dassler Bersaudara: Kisah Persaingan antara Puma dan Adidas

Dassler Bersaudara

DAFTAR ISI

Sediksi – Sepatu kini menjadi salah satu benda yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Sepatu tidak hanya berfungsi sebagai pelindung kaki, tetapi juga sebagai penunjang penampilan dan gaya hidup.

Di dunia olahraga, sepatu bahkan menjadi salah satu faktor yang menentukan prestasi dan kenyamanan atlet.

Namun, tahukah kamu bahwa di balik sejarah sepatu olahraga, terdapat kisah dua bersaudara yang saling bersaing hingga memecah belah keluarga dan kota? Mereka adalah Adolf (Adi) Dassler dan Rudolf (Rudi) Dassler, pendiri dua merek sepatu olahraga terkenal di dunia: Adidas dan Puma.

Dalam artikel ini akan membahas kisah Dassler bersaudara, awal mereka mendirikan perusahaan hingga penyebab pecah kongsi, yang melahirkan salah 2 produsen sepatu terbesar di dunia. Simak sampai selesai!

Siapa itu Dassler Bersaudara?

Dassler Bersaudara: Kisah Persaingan antara Puma dan Adidas - R 1 2
Image from Buonaimpresa

Dassler bersaudara lahir di Herzogenaurach, sebuah kota kecil di Jerman, pada awal abad ke-20. Adi lahir pada tahun 1900, sedangkan Rudi lahir pada tahun 1898. Ayah mereka, Christoph Dassler, adalah seorang pekerja pabrik tekstil, sementara ibu mereka, Pauline Dassler, adalah seorang ibu rumah tangga.

Sejak kecil, Adi sudah memiliki minat dan bakat dalam bidang teknik dan desain. Ia sering membuat mainan dan alat-alat dari barang bekas. Rudi, di sisi lain, lebih tertarik pada bidang bisnis dan pemasaran. Ia juga gemar berolahraga, terutama sepak bola dan atletik.

Bagaimana Mereka Terjun ke Bisnis Sepatu?

Pada tahun 1919, setelah Perang Dunia I berakhir, Adi mulai membuat sepatu olahraga di ruang cuci ibunya dengan menggunakan mesin jahit dan bahan-bahan sisa perang. Ia membuat sepatu dengan berbagai variasi desain dan ukuran untuk memenuhi kebutuhan atlet.

Rudi, yang baru pulang dari perang, melihat potensi bisnis dari usaha adiknya. Ia pun bergabung dengan Adi dan membantu mengurus hal-hal administratif dan pemasaran. Pada tahun 1924, Dassler bersaudara resmi mendirikan perusahaan sepatu bernama Gebrüder Dassler Schuhfabrik (Pabrik Sepatu Dassler Bersaudara).

Perusahaan Dassler bersaudara itu mulai berkembang pesat berkat kualitas sepatu yang mereka buat. Mereka juga berhasil mendapatkan kontrak dengan beberapa klub sepak bola dan tim nasional Jerman.

Salah satu momen yang penting dalam sejarah mereka sendiri adalah ketika Jesse Owens, atlet Amerika Serikat yang berkulit hitam, memakai sepatu buatan mereka saat memenangkan empat medali emas di Olimpiade Berlin 1936.

Pecah Kongsi

Meskipun sukses dalam bisnis, hubungan Dassler bersaudara ini mulai retak karena berbagai faktor. Salah satunya adalah perbedaan pandangan politik mereka.

Adi lebih bersikap netral terhadap rezim Nazi yang berkuasa saat itu, sementara Rudi lebih mendukungnya. Hal ini menyebabkan ketegangan antara mereka dan keluarga mereka.

Selain itu, ada juga masalah pribadi yang melibatkan istri-istri mereka.

Adi menikah dengan Käthe Martz, seorang perempuan yang bekerja di perusahaan mereka sebagai sekretaris. Rudi menikah dengan Friedl Strasser, seorang perempuan yang berasal dari keluarga kaya. Kedua istri mereka sering berselisih karena perbedaan latar belakang dan kepribadian.

Konflik antara Adi dan Rudi semakin memuncak saat Perang Dunia II meletus pada tahun 1939. Mereka terpaksa mengubah fungsi pabrik mereka menjadi tempat pembuatan perlengkapan militer untuk Nazi.

Dassler bersaudara juga harus menghadapi serangan udara dari Sekutu yang menghancurkan sebagian besar fasilitas mereka.

Salah satu insiden yang menjadi pemicu pecahnya kongsi adalah ketika Rudi ditangkap oleh pasukan Amerika Serikat pada tahun 1945.

Ia menuduh Adi yang melaporkannya sebagai anggota Nazi. Adi membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa Rudi yang bersalah karena ia pernah bergabung dengan Partai Nazi.

Pada tahun 1948, setelah perang berakhir, Adi dan Rudi memutuskan untuk berpisah dan mendirikan perusahaan sepatu masing-masing.

Adi menamakan perusahaannya Adidas, yang merupakan singkatan dari nama depan dan belakangnya. Rudi menamakan perusahaannya Ruda, yang kemudian diubah menjadi Puma.

Dari sinilah, persaingan antara Adidas dan Puma dimulai. Kedua merek ini bersaing untuk mendapatkan kontrak dengan atlet-atlet terkenal, sponsor tim olahraga, dan pasar konsumen. Persaingan ini tidak hanya terjadi di tingkat bisnis, tetapi juga di tingkat sosial dan budaya.

Herzogenaurach, kota kelahiran mereka, menjadi terbelah menjadi dua kubu: Adidas dan Puma. Penduduk kota memilih merek sepatu yang mereka pakai berdasarkan loyalitas keluarga, teman, atau agama. Bahkan, ada juga gereja yang memisahkan jemaatnya berdasarkan merek sepatu yang mereka pakai.

Adi dan Rudi tidak pernah berdamai hingga akhir hayat mereka. Adi meninggal pada tahun 1978, sedangkan Rudi meninggal pada tahun 1974. Mereka dimakamkan di pemakaman yang sama, tetapi dengan jarak yang cukup jauh.

Namun, meskipun hubungan antara Adi dan Rudi penuh dengan konflik dan persaingan, tidak bisa dipungkiri bahwa mereka adalah dua orang yang memiliki visi dan misi yang sama: membuat sepatu olahraga terbaik di dunia.

Dengan inovasi dan kreativitas mereka, mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan sepatu olahraga dan olahraga itu sendiri.

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel