Gencatan Senjata Masih Alot, Korban Pembantaian Israel di Gaza Capai 10.500 Orang

Gencatan Senjata Masih Alot, Korban Pembantaian Israel di Gaza Capai 10.500 Orang

im-882863

DAFTAR ISI

Sediksi.com – Pembantaian Israel terhadap warga Palestina di Gaza mengalami peningkatan sejak eskalasi konflik pada 7 Oktober lalu. 

Satu bulan berlalu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan korban pembantaian Israel di Gaza sudah mencapai lebih dari 10.500 orang hingga Kamis ini (9/11).

Dan sudah satu bulan berlalu, rapat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baik Dewan Keamanan maupun Majelis Umum masih belum menemukan kesepakatan yang mendorong gencatan senjata. 

Di manakah letak kesepakatan tersebut?

Rupanya, Amerika Serikat (AS) menggunakan hak vetonya untuk menolak mendukung gencatan senjata di Gaza.

Kendati Israel bukan anggota saat ini maupun tetap di Dewan Keamanan, tapi memiliki dukungan sepenuhnya dari AS.

Bahkan, AS sudah sering dan selalu siap memasok senjata untuk Israel kapanpun, untuk ditargetkan ke pemukiman warga sipil di Jalur Gaza.

Alasan AS menolak adalah bukan “jawaban yang tepat untuk saat ini.”

Pernyataan tersebut disampaikan oleh John Kirby, juru bicara Keamanan Negara AS pada hari Senin, 30 Oktober 2023. 

Meski menolak resolusi gencatan senjata, AS “berbaik hati” dengan menyarankan jeda perang.

Sehingga jeda ini bisa dimanfaatkan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.

Lebih dari 10.500 orang Palestina dibantai Israel

Jumlah ini hampir delapan kali lebih banyak dari total pembunuhan di Israel akibat serangan roket dan penembakan Hamas pada 7 Oktober.

Di hari yang sama dengan Kementerian Kesehatan Palestina menyampaikan jumlah korban pembantaian terbaru, serangan udara dan operasi darat Israel juga terus berlangsung. 

Per hari Kamis, 9 November 2023 saja, Israel kembali menargetkan serangan ke area di dekat Rumah Sakit Al-Shifa. 

Di minggu sebelumnya, serangan Israel menewaskan setidaknya 15 orang yang berada di sekitar ambulans dekat rumah sakit tersebut.

Ketika diminta menyampaikan klarifikasi terhadap serangan tersebut, Israel menuduh yang ada di ambulans tersebut adalah Hamas.

Meskipun tuduhan tersebut rupanya tidak benar karena pihak Palestina membantah dan mengatakan bahwa para korban tewas tersebut hanya warga sipil.

Rumah sakit menjadi target utama serangan Israel

Akhir-akhir ini Israel sering menargetkan serangan terhadap rumah sakit di Jalur Gaza. 

Alasannya, Israel menuduh bahwa markas Hamas pasti berada di bawah rumah sakit. 

Kendati bukti yang ditunjukkan sudah banyak, tapi tidak cukup. 

Kendati demikian sekalipun, Israel tetap melanjutkan serangan di banyak rumah sakit dan menyebabkan lebih banyak pasien yang sedang dirawat semakin terancam.

Berdasarkan pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Selasa, rumah sakit yang tersisa di Jalur Gaza hanya dua puluhan.

Jumlah ini akan terus menipis seiring dengan Israel yang semakin memfokuskan target serangan selanjutnya ke rumah sakit.

Tidak terkecuali Rumah Sakit Indonesia di Gaza, yang sempat dituduh Israel menyembunyikan anggota Hamas.

Bahkan, Israel juga menuduh rumah sakit tersebut dibangun dan dibiayai oleh Hamas.

Indonesia, membantah semua tuduhan tersebut. Selain karena tidak benar, membantah tuduhan dengan cepat  ini harus diambil untuk mencegah Israel betul-betul menargetkan serangan ke rumah sakit tersebut.

Rumah sakit terbesar di Gaza menjadi target selanjutnya

Rumah Sakit Al-Shifa merupakan rumah sakit terbesar yang ada di Jalur Gaza dan sedang merawat ribuan pasien.

Selain terbesar, rumah sakit ini juga menyediakan fasilitas yang lengkap dan terdiri dari fasilitas khusus bedah, penyakit dalam, serta kebidanan dan ginekologi.

Dan rumah sakit ini sedang menjadi target serangan Israel selanjutnya karena bagi Israel, setiap rumah sakit di Gaza adalah markas Hamas.

Pada hari Senin, dilaporkan pasukan Israel kembali menargetkan serangan ke Rumah Sakit Al-Shifa (6/11).

Kali ini, Israel merusak sistem panel surya rumah sakit yang berfungsi menyediakan aliran listrik.

Sedangkan saat ini, semua tempat di Gaza sedang mengalami krisis listrik akibat semakin sedikitnya pasokan bahan bakar yang digunakan agar generator tetap menyala.

Kini hanya menunggu waktu saja sebelum rumah sakit ini terpaksa mematikan semua peralatan vital seperti ventilator dan mesin dialysis, yang akan menyebabkan ribuan pasien yang masih membutuhkan perawatan medis, meninggal.

Cari Opini

Opini Terbaru
Artikel Pilihan

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel