Saya yakin beberapa orang, dan mungkin termasuk kita pun, pasti merasa aneh jika berpikir ada idola cantik yang kentut atau buang air besar. Selama ini, mereka dilihat sebagai wujud yang sempurna tanpa cacat dan cela.
Menjadi perempuan seharusnya tidak berbeda dari menjadi siapa pun; seharusnya bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Sayangnya, masyarakat kita membuat perempuan sulit memilih jalan lain selain jalan konvensional yang sudah ditetapkan sebelumnya: menempuh pendidikan, menikah, lalu memiliki anak.
Semua paslon memang memiliki visi pembangunan yang kuat. Sayangnya, dari semua cita-cita pembangunan nasional tersebut, belum ada yang spesifik membahas mengenai kaitannya dengan perempuan.
Publik begitu keras menuntut perempuan. Perempuan selalu dituntut untuk bisa menjadi sosok yang luar biasa dan selalu diharapkan untuk menjadi makhluk yang berdaya.
Masyarakat sering kali melupakan bahwa merokok adalah suatu pilihan individu, dan setiap orang, tanpa memandang jenis kelamin, berhak untuk membuat keputusan mengenai gaya hidup mereka.Â
Apa-apa yang dialami Jeng Yah, mirip dengan yang terjadi pada perempuan masa kini. Kinerja perempuan yang selalu dibatasi. Terutama kesenjangan di dunia kerja.
Di bayangan mayoritas, permainan sepak bola perempuan seperti pertunjukan badut. Orang-orang akan memvisualisasikan sekumpulan ibu-ibu dengan gerakan random menendang bola sambil memekik-mekik di tengah lapangan.
Menurut saya, anggapan dan bayangan seperti itu sama sekali nggak mashook!