Sediksi.com – Perusahaan Tenaga Listrik Tokyo (TEPCO) milik Jepang akan mulai membuang air yang terkontaminasi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi untuk yang keempat kalinya besok Rabu, 28 Februari 2024.
Pembuangan ke laut yang pertama dilakukan pada 24 Agustus 2023. Sedangkan pembuangan ketiga dilakukan pada 20 November 2023.
Dan sepanjang rencana ini dibahas dan dilaksanakan, selalu mendapat protes dari sebagian warga Jepang.
Tidak hanya dari Jepang, tapi juga negara-negara tetangganya seperti Korea Selatan dan Tiongkok yang khawatir tindakan tersebut bisa mencemari laut di sekitar wilayah mereka.
Adapun pihak yang menentang keputusan ini kebanyakan warga sipil, terutama nelayan yang mata pencahariannya berpotensi terdampak jika proses ini sampai mengalami kesalahan.
Sedangkan pihak pemerintah masing-masing bersikeras meyakinkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari pembuangan air yang terkontaminasi zat radioaktif tersebut.
Pembuangan keempat sekaligus terakhir
Pembuangan air yang terkontaminasi zat radioaktif ke laut tersebut menjadi yang keempat besok sekaligus menjadi yang terakhir untuk tahun anggaran 2023, yang berlangsung dari April 2023 hingga Maret 2024.
Di pembuangan terakhir ini, rencananya TEPCO akan mengencerkan sekitar 7.800 ton terkontaminasi yang bercampur dengan zat radioaktif dengan air laut dalam jumlah besar selama jangka waktu 17 hari. Prosedur yang juga dilakukan dalam pembuangan pertama sampai ketiga.
Sedangkan untuk tahun anggaran berikutnya, mereka akan merilis jumlah yang sama dengan tahun anggaran sekarang.
Berdasarkan laporan Kyodo News, jumlah total tritium yang terkandung dalam air terkontaminasi yang dibuang selama periode ini diperkirakan mencapai 14 triliun ㏃, di bawah batas atas tahunan sebesar 22 triliun ㏃ (becquerels).
Uap mengepul di sekitar lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, belum diketahui penyebabnya
Media lokal melaporkan bahwa uap air terus menerus muncul di lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi Jepang sejak 22 Februari.
Dilansir dari Asahi Shimbun pada Selasa, alarm kebakaran diaktifkan di fasilitas pembakaran kayu di lokasi tersebut sekitar jam 3 pagi pada tanggal 22 Februari (27/2). Sekitar pukul 05.30 di hari yang sama, bagian dalam fasilitas dipenuhi uap air.
Petugas setempat menyemprotkan 1.225 ton air ke fasilitas insinerasi hingga tanggal 25 untuk mencegah terbentuknya uap air. Namun uap air ditemukan masih tersisa pada tanggal 26 pagi.
Belum diketahui penyebabnya, tapi yang pasti pihak petugas pemadam meyakini kebakaran tidak terjadi di fasilitas insinerasi.
TEPCO percaya bahwa uap air mungkin keluar dari kayu karena adanya ketimpangan suhu dan untuk itu, mereka sedang mencoba untuk menentukan penyebab sebenarnya.
Di waktu yang sama dengan insiden bocornya uap yang masih mengepul di sekitar lokasi tersebut, Wakil Menteri Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korsel Park Gu-yeon meyakinkan pemerintah akan mengawasi proses ini.
“Mengenai pelepasan keempat ini, pemerintah akan memantau secara menyeluruh data pelepasan secara real-time dan konsentrasi tritium di perairan dekat Fukushima untuk terus memeriksa situasi yang sedang tidak normal,” ucapnya.
“Kami akan mengirimkan para ahli ke lokasi tersebut dan mengadakan konferensi video dengan IAEA,” imbuhnya.
“Kami akan memeriksa situasi pemulangan dari berbagai sudut dan melakukan yang terbaik untuk mencegahnya mempengaruhi kesehatan dan keselamatan masyarakat kami,” katanya.
Baca Juga: Warga Korea Selatan Panic Buying Garam Laut Sebelum Limbah Nuklir Fukushima Dibuang ke Laut
Asosiasi nelayan Korsel akan gugat TEPCO di pengadilan Jepang
Kim Young-cheol, ketua eksekutif Federasi Nasional Asosiasi Nelayan Korea Selatan akan mengajukan gugatan terhadap TEPCO di pengadilan Jepang.
Dia sendiri telah menentang kebijakan pemerintah Jepang yang membuang air terkontaminasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir sejak diumumkan pada tahun 2021.
Bahkan setelah pembuangan air yang terkontaminasi dilakukan, Kim tetap melanjutkan kampanyenya seperti mengadakan demonstrasi di luar negeri menentang pembuangan air yang terkontaminasi.
Dilansir dari wawancaranya dengan media Hankyoreh 21, Kim mengatakan bahwa rencana menggugat TEPCO ini belum ada perkembangan yang signifikan karena belum ada tindakan konkret yang dilakukan.
Aktivisme Kim ini masih berlanjut karena sejak air terkontaminasi tersebut dibuang ke laut, banyak warga Korea yang sudah tidak mengonsumsi dan membeli makanan laut dari nelayan Korea karena masih khawatir mengandung zat radioaktif yang berbahaya bagi tubuh.
Dampaknya, penghasilan para nelayan mengalami penurunan secara drastis. Selain soal ini, Kim juga menyampaikan bahwa pengaruh lainnya adalah perubahan iklim yang ikut memengaruhi jumlah yang bisa didapat para nelayan per hari.
Kim juga menjelaskan bahwa solusi yang diberikan pemerintah atas masalah ini hanya sebatas memberikan kupon diskon untuk pembelian seafood di pasar tradisional dan voucher gratis. Upaya ini dinilai tidak cukup membantu kondisi para nelayan.
Ketika ditanya bagaimana respon para nelayan soal ini, Kim mengatakan mereka lebih memilih diam karena khawatir jika mereka menyuarakan kendala yang dialami, semakin banyak orang yang tidak membeli dan mengonsumsi seafood dari mereka.
Terkait rencananya di masa depan jika rencana menggugat ini butuh perjalanan yang panjang, Kim akan meminta anggota Majelis Nasional ke-22 untuk berhenti membuang air yang tercemar setelah Pemilihan Umum (Pemilu) berakhir.
“Sekalipun itu berarti harus berperang lagi dengan Jepang, kita harus berhenti (membuang air yang tercemar ke laut). Itu sebabnya pemilihan umum ini sangat penting bagi saya dan nelayan lainnya,” pungkasnya.