Mengenal Kesenian Bantengan, Mumpung Belum Diklaim Negara Lain!

Mengenal Kesenian Bantengan, Mumpung Belum Diklaim Negara Lain!

sumber: youtube/broadcasting grafika

DAFTAR ISI

Pada akhir tahun 2023 sampai awal tahun 2024, Kesenian Bantengan tengah naik daun di kalangan masyarakat, bahkan tari tradisional ini viral di beberapa platfrom media sosial

Nah mungkin di sini ada yang belum tahu tentang kesenian yang kerap dikaitkan dengan mberot ini ya.. Jadi, Bantengan merupakan seni yang berasal dari Jawa Timur, terutama berakar kuat di daerah Malang, Batu, Jombang, Mojokerto, dan Lumajang. 

Dikutip dari Padi.mojokertodesaid, Bantengan adalah sebuah seni pertunjukan dalam budaya Jawa yang menggabungkan unsur sendratari, kanuragan, musik, dan mantra yang sangat kental dengan muatan magis. 

Ikon utama pertunjukan ini ialah kepala banteng. Lantas diiringi dengan musik gamelan dan kendang, replika seekor banteng akan bergerak selayaknya seekor banteng yang sedang menari dengan indahnya. Pertunjukan juga dilengkapi dengan cambuk dan semerbak aroma kemenyan.

Sejarah Kesenian Bantengan

Mengenal Kesenian Bantengan, Mumpung Belum Diklaim Negara Lain! - Screenshot 322
sumber: youtube/broadcasting grafika

Tahu nggak, Bantengan ternyata mempunyai sejarah yang panjang hingga melintasi berbagai zaman loh. Dikutip dari umm.ac.id, pertunjukan Bantengan pertama kali muncul pada saat kerajaan Singosari masih berkuasa di tanah Jawa. Salah satu rujukan terkait kesenian ini ialah relief banteng dan macan di candi Kidal, Tumpang, Kab. Malang.

Menurut Ahmad Arrozy, selaku Dosen Sosiologi UMM, pada awalnya Bantengan sangat berkaitan langsung dengan pertunjukan pencak silat. Replika seekor banteng akan hadir di sela acara pencak silat.

Nah, kalau zaman sekarang kan Bantengan menjadi tontonan untuk menghibur dan mengudukasi masyarakat. Akan tetapi, di zaman dulu kemunculan tarian Banteng ternyata untuk menghibur pemain pencak itu sendiri.

Senada dengan pendapat di atas, Agus Riyanto, selaku ketua Bantengan Nuswantara beranggapan, bahwa seni adu banteng tidak lepas dari ilmu kanuragan, pencak silat, dan seni beladiri. Bahkan, dalam penjelasan singkatnya, Bantengan malah sudah muncul sejak era kerajaan Kanjuruhan.

Sumber lain mengatakan Bantengan justru pertama kali menguak pada era kolonialisme Belanda. 

Dilansir dari Kesenian Bantengan Mojokerto Kajian Makna Simbolik Dan Nilai Moral, Bantengan memang dimunculkan sebagai kamuflase dari kegiatan pencak silat yang 

dilarang keras diadakan pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

bisa dibilang para pelaku perguruan silat mengadakan Bantengan agar ilmu dan kesenian beladiri dapat terus berlanjut dan lestari. Dan tentu saja berhasil dong, Belanda akhirnya terkelabui. 

Di era sekarang, masyarakat menjadikan Bantengan sebagai sarana tontonan yang menghibur. Selain itu, pertunjukan Banteng dapat mempererat kesatuan dan menambah wawasan kebudayaan. 

Terlebih, entah kenapa, setiap ada tontonan tersebut, kembang-kembang desa pada berkumpul di sana.

Cerita Kesenian Bantengan

Mengenal Kesenian Bantengan, Mumpung Belum Diklaim Negara Lain! - 166521737 1108838489583653 2835880826043828907 n
sumber: facebook/tunas dwipa

Masih merujuk pada jurnal yang sama, Bantengan memliki beragam konten dan versi cerita. Hal ini disebabkan karena penyesuaian dengan audience dan zaman.

Salah satu cerita atau bagian Bantengan yang paling terkenal ialah pertarungan banteng dengan macan (yang sejalan dengan cerita tantri). Sesi tersebut biasanya muncul di akhir pertunjukan dan menjadi puncak dari acara yang paling dinantikan oleh penonton.

Banteng dan macan akan beradu dengan sengit dan menegangkan. Dan yang identik dari bagian ini adalah para pemain berada dalam kondisi trance atau kesurupan. Itu lah kenapa gerak-gerik replika kedua hewan tersebut menjadi lebih liar dan tak terkendali.

Selain banteng, dalam pertunjukan ada juga hewan atau sosok lain yang dihadirkan. Di antaranya ialah kera, gumbingan, dan topengan. Dikutip dari diarpersma, wujud banteng sebagai simbol kekuatan baik, macan dan kera sebagai simbol kekuatan jahat.

Sementara Gumingan menjadi simbol atau perwujudan dari gangguan dan tantangan yang muncul alam kehidupan.

Cerita Bantengan lain yang cukup tersohor di daerah Mojokerto ialah Geger Alas Purwo. 

Dilansir dari radar mojokerto, dalam cerita ini, singkatnya ialah seorang pertapa yang sedang bersemedi di tengah hutan. Namun di tengah kekhusyukannya tersebut tiba-tiba ia diserang oleh puluhan banteng dan memedi.

Bagian cerita selanjutnya akan menampilakan bagaimana pertapa yang mendapatkan ujian tersebut berjuang melawan banteng dan memedi. Lantas atas pertolongan yang maha kuasa, akhirnya ia dapat mengakhiri perkelahian tersebut dengan kemenangan yang manis.

Nah dalam cerita ini, justru banteng dan memedi disimbolkan sebagai sesuatu yang buruk atau cobaan bagi siapapun yang sedang berjalan di atas lintasan juang.

Pemain dalam Kesenian Bantengan

Mengenal Kesenian Bantengan, Mumpung Belum Diklaim Negara Lain! - 66623513 679872725758462 2138150371022682767 n
sumber: instagram/bantengan_nuswantara

Sebagaimana yang sudah kita jelaskan, zaman dulu pemain bantengan hanyalah para pelaku pencak dan sesepuh yang diangggap memiliki ilmu yang cukup tinggi. Jadi, tidak sembarang orang ya.Namun di era sekarang, kesenian Bantengan mengalami perubahan yang besar. 

Para pemain tidak memiliki syarat yang berat-berat. Siapapun yang memiliki rasa cinta kepada kesenian ini akan diperbolehkan turut berpartisipasi.

Pemain Bantengan diperankan oleh dua orang, yang satu memegang replika kepala dan tubuh bagian depan, yang satunya lagi tubuh bagian belakang. Sedangkan untuk peran seperti macan, gumbing, kera, hanya diperankan oleh satu orang saja.

Dilansir dari Wikipedia, banteng dilengkapi dengan beberapa ornamen seperti mahkota sulur, tanduk, lonceng yang dikalungkan di leher, keranjang yang digunakan untuk tulang rusuk (khas banteng malangan), tali dan gonseng kaki.

Itu lah pembahasan mengenai kesenian bantengan dari segi sejarah, konten cerita, dan beberapa ornamen yang melengkapinya. Semoga bermanfaat.

Baca Juga
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-artikel-retargeting-pixel