Sediksi.com – Di hari yang sama dengan pelaksanaan sidang Mahkamah Internasional perdana Israel terkait dugaan genosida di Gaza, Amerika Serikat (AS) dan Inggris meluncurkan serangan yang menargetkan kelompok Houthi di Yaman. Parahnya, jarak peristiwa keduanya sangat tipis.
Houthi adalah kelompok oposisi di Yaman yang anggotanya terdiri dari kelompok minoritas Syiah dan Zaidi. Salah satu momen penting yang membuat kelompok oposisi ini bisa menjadi sekuat sekarang adalah bersamaan dengan peristiwa Arab Spring yang terjadi di awal tahun 2010.
Serangan udara ini mereka lakukan dengan tujuan untuk menghalangi serangan terhadap kapal yang melewati Laut Merah.
Tindakan AS dan Inggris ini seketika menimbulkan kecaman dari berbagai negara.
Iran
Iran bukan hanya mengecam serangan AS dan Inggris, tapi Iran juga negara yang selama ini membiayai kelompok Houthi.
Juru bicara Kementerian Nasser Kanaani mengatakan, “serangan-serangan ini jelas merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Yaman serta pelanggaran hukum internasional.”
Kecaman juga datang dari Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan, “Serangan tersebut terjadi sebagai upaya untuk memperluas dukungan penuh AS dan Inggris dalam kurang lebih 100 hari terakhir atas kejahatan perang rezim Zionis terhadap rakyat Palestina dan warga Gaza yang terkepung.”
Arab Saudi
Setelah peristiwa penyerangan tersebut, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyerukan untuk menghindari eskalasi konflik dan mengatakan bahwa Arab Saudi memantau situasi dengan “keprihatinan yang besar.”
“Kerajaan menekankan pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Laut Merah karena kebebasan navigasi di dalamnya merupakan tuntutan internasional,” tambahnya.
Turki
Presiden Turki Tayyip Erdogan dengan sigap menyampaikan kecamannya terhadap tindakan AS dan Inggris ini dengan mengatakan kedua negara tersebut sedang “berusaha mengubah Laut Merah menjadi lautan darah.”
“Semua tindakan ini merupakan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional,” katanya, seraya menambahkan, “Israel juga melakukan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional di Palestina.”
Yordania
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan, “agresi Israel di Gaza dan keteguhan dalam melanjutkan kejahatan perang terhadap rakyat Palestina, lalu pelanggaran terhadap hukum internasional tanpa disidang dengan adil Bertanggung jawab atas meningkatnya ketegangan yang terjadi di wilayah tersebut.”
Mesir
Kementerian Luar Negeri Mesir telah menyatakan “keprihatinan mendalam” atas meningkatnya operasi militer di Laut Merah dan serangan udara di Yaman.
Pernyataan dari kementerian tersebut menyerukan untuk “mempersatukan” komunitas internasional dan regional untuk mengurangi ketidakstabilan di kawasan.
Russia
Rusia mengatakan serangan itu melanggar hukum internasional dan secara keliru memanfaatkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut Houthi menghentikan serangan mereka terhadap jalur pelayaran.
“Serangan udara AS di Yaman adalah contoh lain penyimpangan Anglo-Saxon terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB,” kata Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sedangkan di hari yang sama dengan peristiwa tersebut, sedang berlangsung pengadilan Israel atas tuduhan pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Zakharova mengatakan serangan itu menunjukkan “pengabaian total terhadap hukum internasional” dan “memperburuk situasi di kawasan”.
Prancis
Prancis mengecam tindakan AS dan Inggris dan menyerukan agar keduanya berhenti melakukan serangan ke Houthi di Yaman.
“Dengan aksi bersenjata tersebut, Houthi memikul tanggung jawab yang sangat serius atas eskalasi di kawasan ini,” kata Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Jerman
Kantor Luar Negeri Federal Jerman mengatakan dalam unggahan resmi di platform X bahwa serangan itu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya serangan lebih lanjut.
“Tujuan kami tetap untuk meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas di Laut Merah.”
Baca Juga: Franz Beckenbauer, Legenda Sepak Bola Jerman Wafat di Usia 78 Tahun, Berikut Perjalanan Karirnya
Spanyol
Setelah peristiwa ini, Spanyol merespon dengan berjanji tidak akan melakukan intervensi militer di kawasan Laut Merah sebatas karena “komitmen terhadap perdamaian.”
Dan negara manapun yang melakukan hal tersebut harus bertanggung jawab atas tindakannya. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles.
Belgia
“Serangan yang sedang berlangsung oleh kelompok Houthi merupakan bahaya nyata bagi stabilitas kawasan dan mewakili eskalasi yang tidak menguntungkan siapa pun,” tulis Menteri Luar Negeri Belgia Hadja Lahbib melalui unggahan di platform X.
Belgia sendiri selama ini bekerja sama dengan Uni Eropa dan AS untuk memulihkan keamanan di kawasan Laut Merah untuk menghindari dampak terburuk dari konflik ini.
Belanda
“Tindakan AS-Inggris didasarkan pada hak membela diri, bertujuan untuk melindungi jalur bebas dan fokus pada deeskalasi. Belanda, dengan sejarah panjangnya sebagai negara pelayaran, sangat mementingkan hak lintas alam dan mendukung operasi yang ditargetkan ini,” kata Perdana Menteri Mark Rutte.
Oman
Oman mengecam tindakan militer dari “negara sahabat.” Menteri Luar Negeri Oman Sayyid Badr Al-Busaid mengatakan serangan itu bertentangan dengan saran negaranya dan hanya akan memperburuk situasi yang sangat berbahaya.
Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab telah menyatakan keprihatinan besar atas dampak serangan terhadap pelayaran di Laut Merah, kata kantor berita resmi negara Teluk tersebut.
UEA juga menekankan pentingnya menjaga keamanan di kawasan dan kepentingan negaranya.