Gagal Jadi PNS? Jangan Bersedih, Ini Cara Mewujudkan Cita-Citamu yang Tertunda

Gagal Jadi PNS? Jangan Bersedih, Ini Cara Mewujudkan Cita-Citamu yang Tertunda

Opini Gagal PNS min
Opini Gagal PNS min

Cukup cinta saja yang kandas, cita-cita jangan.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh CPNS gagal, para pencari kerja dan petualang jobfair. Untuk pembuka, pertama-tama izinkan saya bertanya, apakah kamu ingat cita-citamu semasa masih bocah? Sewaktu dulu ditanya oleh ibu guru SD nan jelita, apa jawabmu? Ingin jadi dokter, pilot, astronot, atau gamer ganteng idaman?

Bukannya gimana, hanya saja saya skeptis kalau saat tiba dewasa nanti, baik saya dan mungkin kamu semua berhasil mewujudkan cita-cita. Terlepas dari cita-cita kita yang standar saja macam jadi guru, perawat, arsitek, atau cita-cita yang mendekati kemustahilan seperti menjadi orang kaya sejagad atau menikahi Nabilah Jiketi forti ek.

Yakin deh, diantara lebih dari sejuta pendaftar CPNS di negeri ini terdapat mereka-mereka yang berbakat menjadi musisi, fisikawan, penyair, atau koki yang keinginannya terkubur dihantam realita dan dinyinyiri calon mertua.

Apakah kamu juga menyimpan dendam kesumat pada realita hidup ini? Seperti sabda bebeb Nella, lek ra kuwat ditinggal ngopi wae, sam!

Ngobrol soal cita-cita nih, apakah yang ada dalam benakmu soal cita-cita hanya terbatas pada profesi? Hmm, saya rasa tak semudah itu, Soekamto. Kita sepakati saja bahwa cita-cita lebih pada hal-hal yang ingin kamu lakukan sekaligus menjadi pencapaian bagimu.

Seperti konsep ikigai orang-orang Jepang. Memangnya kamu mau menghabiskan waktu sepanjang hidupmu menjadi budak korporat tanpa melakukan hal-hal yang kamu suka?

Jangan pesimis dulu, kecuali pada Edy Ramayadi, kita harus tetap menumbuhkan keyakinan. Tenang, seandainya nanti hidupmu berakhir sebagai pegawai minimarket yang tidak libur di hari lebaran, masih ada cara untuk mengekspresikan cita-citamu.

Youtube Adalah Koentji

Semua laku di youtube. Bayangkan saja, video curhat Awkarin bisa menembus puluhan ribu tayangan, lalu video memasak babi Tretan Muslim yang ditonton ratusan ribu kali.

Saya tidak sedang cherry picking. Begini, pernah keasyikan saat kamu youtube-an? Berapa kali kamu berakhir pada video random macam tutorial mengajak bicara jerapah, video live prosesi skidipappap ena-ena sepasang kura-kura, atau unboxing sebungkus kwaci?

Jujur saja, saya sendiri saat jenuh dengan topik yang sedang trending benar-benar menikmati video-video random tersebut. Misalnya, entah kenapa dengan rela hati saya memelototi setengah jam tayangan mesin mekanik perpetual yang bergerak tanpa dialog satupun atau video yang menjelaskan betapa toilet sangat mempengaruhi harapan hidup penduduk dunia saat ini.

Sebagai pengamat youtube abal-abal dan pengabdi wifi, saya memiliki saran: bikin clickbait soal agama!

Dalam God is Dead: Secularization in the West, Steve Bruce menulis bahwa jika kamu hidup di Amerika, Asia selatan dan tenggara, serta Timur tengah, topik agama selalu laku dalam bisnis. Meskipun hal ini tidak berlaku di Eropa dan Australia. Tenang saja, selama kamu tidak ada rencana pindah ke Sarajevo atau Tegucigalpa, cara ini masih bisa diterapkan.

Tak bisa disangkal, kita hidup di dunia simbol. Dimana segala hal, mulai dari tanda penunjuk toilet sampai Tuhan pun diwakili oleh simbol.

Saya jadi ingat film PK (Pee Kay) yang didalangi Aamir Khan dimana terdapat sebuah adegan satir yang menarik. Yaitu saat si tokoh utama mempraktikkan bahwa dengan modal sebongkah batu, segenggam pewarna, dan beberapa receh Rupee bisa mendatangkan keuntungan berlipat ganda. Apa yang dijual? Tentu saja kepercayaan terhadap sosok dewa yang diwakili oleh arca dan batu sesembahan.

Di negeri kita tercinta, sosok Tuhan sendiri diwakili oleh mulut-mulut para mas-mas biasa yang mengaku ustadz dan penceramah, sampai tulisan dan kitab-kitab ahli tafsir yang sudah veteran.

Langkah awal memulai bisnis, yaitu kumpulkan video dari tokoh agama yang sedang naik daun. Nggak usah repot-repot mengkaji dari pendekatan tarikh atau membolak-balik Al-Jurumiyah. Comot saja video-video ceramah yang sedang viral: di grup-grup WA, Instagram, dan Youtube. Lalu unduh, potong, dan edit seperlunya kemudian unggah lagi dengan watermark kanal youtube-mu sendiri.

Aplikasi editnya? Unduh saja aplikasi ilegal yang sudah diretas yang berceceran di situs-situs dan blog teknologi. Kita negara agraris lur, pro soal urusan bajak-membajak. Men, ai lev dis kantri.

Kalau kamu masih malas belajar cara menyunting video, masih ada alternatif lain: bikin saja video reaksi. Putar video apa saja. Kalau bisa sih yang sedang trending. Misalnya video aksi pembakaran lele dumbo. Lalu rekam dirimu yang sedang nonton, sambil bereaksi lebay macam reality show yang anu, itu tuh. Iya itu. Kasih pemanis dengan dilengkapi pembukaan seperti: yo, yo, yo, wassap gaes, ketemu lagi di cenel sediksi dot kom. Jan lupa laik, komen, sabskrep bla bla bla… seperti itulah. Gaul dikit ngga papa. Jangan sok indie terus. Sesungguhnya indie dekat dengan kefakiran.

Jika nanti setelah sebulan, dua bulan, setahun kamu berusaha tetapi channel youtubemu tetap sepi, sudah saatnya kamu sadar diri bahwa hidup tak semudah menjemur kampes basah. Terus berjuang membuat video. Selain agama, seks, kekerasan, dan komedi juga selalu laku. Pokoknya cita-citamu tercapai. Cukup cinta saja yang kandas, cita-cita jangan.

Editor: M. Erza Wansyah
Penulis
Rizqi Nurhuda Ramadhani Ali

Rizqi Nurhuda Ramadhani Ali

Ilustrator Sediksi
Opini Terkait
Patut Dicoba: 8 Pekerjaan untuk Para Caleg yang Gagal di Pemilu 2024
Menulis untuk Keabadian itu Omong Kosong
Kultur Rekrutmen Kerja yang Makin Jancuk

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel