Selamat Datang di Minimarket

Selamat Datang di Minimarket

Selamat datang di Minimarket Collin White Twitter min
Selamat datang di Minimarket Collin White Twitter min

Jika di minimarket, begitu Anda menyerahkan barang yang hendak dibeli ke kasir, pertanyaan pertamanya selalu sama, “Ada yang lain?” Shit men! mereka pikir kita memiliki semacam amnesia sampai-sampai tidak mampu mengingat kebutuhan sendiri.

Ini era efisiensi. Semuanya harus seefisien mungkin. Berbuat sesedikit mungkin dengan harapan semaksimal mungkin. Terutama dengan teknologi di sana-sini, semuanya jadi semakin ringkas. Cari pacar juga makin mudah dengan adanya aplikasi-aplikasi kencan online yang menempatkan calon pasangan dalam katalog tinggal pilih.

Era efisiensi itu pula yang disinyalir turut mengakibatkan angka penjualan sepeda motor terus meningkat setiap waktunya. Apapun yang terjadi, sepeda motor harus dibeli. Meskipun esok langit akan runtuh dan bumi terbelah dua, pokoknya punya motor. Karena motor menghindarkan umat manusia dari antrian dan berjejal di kendaraan umum yang tidak efisien. Apalagi kegiatan-kegiatan parasitistik bertajuk nebeng yang diduga dapat menurunkan harga diri.

Selain teknologi yang semakin marak, minimarket yang bertebaran melebihi rumah ibadah itu juga menjadi simbol lain dari era efisiensi itu. Segala kebutuhan Anda mulai bangun tidur sampai tidur lagi tersedia disini. Tinggal pilih, bayar, pulang, selesai perkara!

Terlebih ruangan yang terang benderang dan ber-AC itu, sungguh melegakan. AC-nya jadi penyegar di siang bolong yang panasnya naudzubillah. Tidak peduli seberapa parah pemanasan global terjadi, selama masih ada minimarket berarti masih ada tempat berlindung. Lalu terang lampu-lampu neon yang jumlahnya melebihi seluruh neon jalan di RT saya itu, terbukti mampu menjauhkan gangguan kuntilanak dan genderuwo di malam-malam tak berbintang.

Minimarket itu menyenangkan. Dingin, adem, menyediakan berbagai kebutuhan, dan jika beruntung, pelayannya banyak yang cantik. Tapi masalah pilih, bayar, lalu pulang yang jadi konsep minimarket itu  ternyata patut dipertanyakan. Karena kenyataannya tidak semudah itu, jauh panggang dari api.

Untuk memilih barang, tentu tidak menjadi masalah. Di dalam ruangan yang nyaman itu, Anda bisa memutari setiap rak disana sebanyak lima kali berturut-turut dengan leluasa. Mengambil barang lalu mengembalikannya lagi, dan mengambil yang lain. Selama tidak ada barang yang Anda sembunyikan di balik pakaian dalam.

Sebelum pulang, tentu Anda harus membayar barang belanjaan. Di sinilah permasalahannya. Pemilik minimarket itu sangat sadar bahwa orang membayar menggunakan uang. Dan mereka benar-benar berniat merogoh dalam-dalam uang di dompet Anda. Mereka menganggap, mengapa harus menyelesaikan kegiatan belanja Anda dengan membayar lalu pulang jika bisa membujuk Anda untuk membeli barang-barang lain yang mungkin tidak terlalu dibutuhkan.

Proses itulah yang sesungguhnya menjadikan belanja di Indomaret, Alfamar(e)t, dan market-market sejenis mereka, sebenarnya tidak lebih efisien dari belanja di warung Cak Nari. Jika di Cak Nari, Anda tinggal datang sebutkan kebutuhan Anda, bayar, selesai perkara. Meski kadang ditambah pertanyaan macam, “kuliahmu kok durung lulus ae le?” Tapi setidaknya Anda bisa pura-pura tidak mendengar setiap ada yang membicarakan kata berawalan K dan berakhiran H, apalagi ada imbuhan –Mu.

Jika di minimarket, begitu Anda menyerahkan barang yang hendak dibeli ke kasir, pertanyaan pertamanya selalu sama, “Ada yang lain?” Shit men! mereka pikir kita memiliki semacam amnesia sampai-sampai tidak mampu mengingat kebutuhan sendiri.

Lalu pertanyaan berikutnya adalah, “kartu membernya ada?” Maksudnya, jika Anda memiliki kartu member Freemason atau Iluminati, Anda bisa belanja tanpa membayar. Karena dunia ini milik Anda seutuhnya. Atau setidaknya jika Anda menghendaki potongan harga yang tidak lebih besar dari ongkos parkir, Anda bisa tunjukkan kartu member minimarket itu. Dan rasanya siapa saja yang memiliki kebutuhan untuk menghemat uangnya sudah sedari awal menyiapkan kartu-kartu itu tanpa diminta.

Tunggu, ini belum saatnya Anda membayar. Karena masih ada satu pertanyaan lagi sebelum prosesi serah-terima barang dan uang. Pertanyaannya yaitu, “pulsanya tidak sekalian?” Mereka tampaknya pantang menyerah dalam menanyakan kebutuhan kita. Meskipun membeli pulsa ini bisa dijadikan modus bagi Anda yang ingin bertukar nomor HP dengan mbak cantik penjaga kasir.

Sudah dikasih uang pun tidak lantas pertanyaan mereka terhenti. Tampaknya mereka sering grogi dengan uang berwarna merah atau biru. Karena jika Anda menyerahkannya, mereka akan bertanya, “ada uang pas saja?” Padahal pada akhirnya mereka selalu punya kembalian atas berapapun uang yang Anda berikan.

Lalu akhir-akhir ini, pertanyaannya bertambah satu lagi, “mau pakai kantong plastik?” Untuk yang ini saya tidak bisa berargumen karena sudah menjadi peraturan negara. Meskipun kebanyakan orang tetap saja tidak menggubris pertanyaan ini dan tetap membeli kantong itu.

Masalah pertanyaan-pertanyaan tadi bisa menjadi semakin runyam jika yang bertanya adalah mbak kasir cantik. Sensasi adrenalin yang menderu kencang menghindarkan para pria untuk menatap matanya dan menghambat kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut mbak kasir tadi serasa membuyarkan dunia, seperti pertanyaan-pertanyaan jaksa kepada Jessica. Pada akhirnya, proses belanja jadi terhambat beberapa detik.

Dalam kesempatan-kesempatan tertentu, Anda bisa  membawa kartu remi atau papan catur ketika berbelanja. Terutama jika antriannya panjang dan ibu-ibu di ujung antrian membayar menggunakan kartu kredit. Kartu ini sungguh menyusahkan dalam berbelanja di minimarket. Peralatan harus dipersiapkan, klik sana-sini di komputer kasir, gesek, masukkan sandi (yang akan di cek berkali-kali dulu jika penggunanya ibu-ibu), lalu cetak struk. Keseluruhan proses bisa memakan 5-10 menit, bahkan  lebih jika ada kesalahan.

Jadi, jika anda hanya ingin membeli sabun colek atau rokok, sebaiknya pergilah ke warung Cak Nari. Karena di minimarket, proses membayarnya tidak sepadan dengan barang yang Anda beli. Tidak efisien.

Editor: Redaksi
Penulis
sdk-men-placeholder

Mikail Gibran

Perokok aktif. Pernah jadi pegiat persma.
Opini Terkait
Patut Dicoba: 8 Pekerjaan untuk Para Caleg yang Gagal di Pemilu 2024
Guru honorer
Menulis untuk Keabadian itu Omong Kosong
Topik

Kuesioner Berhadiah!

Dapatkan Saldo e-Wallet dengan total Rp 250.000 untuk 10 orang beruntung.​

Sediksi.com bekerja sama dengan tim peneliti dari Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada sedang menyelenggarakan penelitian mengenai aktivitas bermedia sosial anak muda. 

Jika Anda merupakan Warga Negara Indonesia berusia 18 s/d 35 tahun, kami mohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner yang Anda akan temukan dengan menekan tombol berikut

Sediksi x Magister Psikologi UGM

notix-opini-retargeting-pixel